"Belle, gue minta kuaci lo."
"Belle, minjem novel, dong."
"Eh, gue mau nyalin PR IPA."
"Kita nonton Upin & Ipin aja gak, sih?"
Aku tidak bisa masuk sekolah hari ini, selain mendapat surat peringatan dua dan skorsing selama dua hari, aku juga sedang tidak enak badan. Dalam keadaan yang buruk seperti ini, untungnya keempat temanku menjenguk saat jam istirahat di sekolah sedang berlangsung. Kami semua sedang duduk di ruang keluarga rumahku saat ini.
"Gue seneng kalian masih inget sama gue, tapi tolong tau diri dikit, dong," ucapku kepada teman-temanku.
"Kenapa emangnya?" tanya Deon yang matanya fokus ke arah TV.
"Mana makanan buat gue? Masa dateng cuma bawa diri doang," jawabku.
"Belle cepet sembuh, ya. Nanti kita jalan-jalan, dan gue beliin apapun yang lo mau," kata Arkan sambil terus mengambil kuaci yang tersisa separuh dari dalam toples.
"Masa Belle doang, kit– eh ...." Adit yang sedang menyalin PR Carissa tidak sengaja menumpahkan air. Dia langsung menaruh jari telunjuknya di depan bibir sebagai isyarat menyuruhku diam, lalu mencoba mengeringkan buku Carissa.
"Hiks ... hiks ... huee ...." Carissa yang sejak tadi membaca novel dalam diam, tiba-tiba menangis.
Adit menjadi panik. "Carissa kenapa? Maaf, Adit gak sengaja."
"Cogan di novel ini mati, nanti nasib tokoh utama ceweknya gimana?"
Adit langsung menghela napas lega, Carissa menangis bukan karena dia. Sedangkan aku hanya mendengus geli.
"Eh, lo semua kemaren disuruh masuk ruang BK, kan, jadinya?" tanyaku.
"Belle, kita lupa ngasih tau lo. Kita dapet SP satu, kecuali Arkan," kata Adit dengan ekspresi yang sangat serius.
"Kan, emang Arkan gak masuk ruang BK." Carissa mendelik tajam ke arah Adit.
"Gapapa, cuma SP satu doang, masih aman. Stella noh, dapet SP satu sama skorsing seminggu," kata Deon.
"Maaf ya, gara-gara gue, lo semua jadi keseret." Kali ini aku benar-benar menyesal.
Arkan mengusap dahiku yang masih diperban. "It's okay, Belle. Bukan salah lo. Emang Pak Heri yang aneh, mereka bertiga gak ngapa-ngapain malah ikut kena."
"Itu terjadi emang karena mereka belain gue," ucapku yang masih merasa bersalah.
Carissa merangkul bahuku. "Nggak, Belle. Gue rasa itu pak botak lagi banyak masalah aja, akhirnya kita dijadiin pelampiasan."
Aku yang mendengar ucapan Carissa hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, merasa sedikit lega karena mereka benar-benar tidak menyalahkanku sedikitpun.
"Jam istirahat udah mau abis, mending lo pada balik sekolah, tapi sebelum itu bersihin ruangan ini dulu," ucapku pada akhirnya.
"Males gak, sih, balik lagi?" tanya Deon. Carissa dan Adit langsung mengangguk.
"Mau bolos?" tanya Arkan, yang berhasil membuat kami semua terkejut.
"Serius lo ngajakin kita bolos? Lo gak kesurupan, 'kan?" Adit bertanya dengan hebohnya .
"Ketua kelas, gue gak nyangka." Carissa menutup mulutnya, seperti orang shock.
"Gak usah macem-macem, nanti lo semua malah makin kena masalah," ucapku yang tidak setuju.
"Udah terlanjur kena masalah ini, biarin aja gak, sih?" Deon menaik turunkan alisnya, meminta persetujuan dari yang lain.
"Ngasal banget kalo ngomong, tapi gapapa, gue setuju." Carissa tersenyum lebar, membuat single dimple-nya terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Zavian
Novela JuvenilUntukmu, lelaki pemilik tatapan sedalam samudera dan senyuman sehangat mentari. Aku tak pernah lupa dengan awal pertemuan kita yang kurang baik, rasanya saat itu aku baru saja mengalami bencana besar. Sampai pada akhirnya takdir kembali mempertemuka...