Marah

219 16 1
                                    

Marvian terus menarik Jevan lebih jauh ke tempat yang cukup sepi yaitu digudang kosong yang berada diatap mereka selalu mengobrol disana.

Jevan terus meringis menahan perih karna kuku jari Marvian yang cukup panjang itu menusuk lengannya

" Shh kak lepas sakit " Pinta Jevan mencoba melepaskan tangan Marvian dengan tangan lainnya

Marvian tak mendengarkan hatinya serasa ditutup kegelapan dan  Sebenarnya Marvian tak suka dicueki seperti itu, amarahnya selalu tiba²membludak apalagi oleh orang tersayangnya,Sampai ia membawa Jevan ke ujung sana dimana terdapat rak buku yang cukup tinggi dan tak terpakai lalu sebuah sofa merah pekat yang sedikit berdebu

Marvian lalu melepaskan genggamannya dan sedikit mendorong Jevan kedepannya,Ia mengusap pelipisnya kasar lalu mendekat pada Jevan ia ingin tau apa alasan Jevannya ini cuek padanya

" Jelasin kenapa kamu kayak gini " Tanyanya menatap Jevan yang masih menunduk tak menjawab , Jevan terdiam membisu ia tak berani menjawab ataupun sekedar bertatapan dengan pria didepannya yang berdiri hanya beberapa cm saja

" Jelasin kenapa kamu kayak gini " Tanyanya menatap Jevan yang masih menunduk tak menjawab , Jevan terdiam membisu ia tak berani menjawab ataupun sekedar bertatapan dengan pria didepannya yang berdiri hanya beberapa cm saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Visualnya-

Marvian menghela nafas lelah karna tak mendapat jawaban , ia kemudian mencengkram kedua tangan Jevan cukup keras membuat tubuh Jevan tertarik padanya ia benar²kesal kenapa Jevannya seperti ini

Jevan kembali tersentak dan menatap Marvian ia ciut seketika,ini adalah pertama kalinya Marvian marah padanya apa dirinya semengesalkan itu?, padahalkan yang harusnya marah tuh dia bukan Marvian.

Jevan menggeleng cepat entah jawaban untuk apa

" Jawab!!" Sentaknya dan mengeraskan cengkrangkamannya lagi

" Shh a-aku " Jevan tak sanggup tuk menjawab bibirnya terasa kelu saat ingin berkata jujur

Marvian memandang Jevan lelah ia mencoba sabar " Apa ? Aku apa Jevan ?"

" A-aku cemburu kak " Terangnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Marvian

Marvian mengerutkan dahinya " Cemburu sama siapa ?" Marvian kembali bertanya

Jevan mendongakkan kepalanya menatap pria itu matanya sedikit bergetar ada embun disana.

" Sama kakak dan kak anan " Finalnya,matanya sudah hampir mengeluarkan air mata jika saja ia tak menahannya

Marvian melengos tak percaya " Kamu lupa kakak udah jelasin semuanya ? aku bilang gak ada hubungan apapun sama anan,dia cuma temen deket aku " Jelasnya ,Tangannya melonggar tak seperti tadi

" Tetep aja , aku cemburu kak Anan terlalu deket sama Kakak, aku udah sebisa mungkin buat berfikiran positif tapi aku-"Lantangnya mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya

Marvian menunggu ucapan Jevan selanjutnya yang sempat terpotong

" Aku gabisa " Ujarnya sendu

Marvian mengerti sekarang kenapa Jevan bersikap seperti ini,ia kemudian memeluk Jevan " Maaf sayang , kalo aku bikin kamu cemburu tapi kamu juga harus ngertiin aku ya, Anan itu temen aku jadi aku deket sama dia " Jelasnya sesekali mengecup ngecup kepala Jevan agar pacarnya ini luluh

Just You!! [Jaemjen ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang