TWENTY ONE

683 40 1
                                    

Double up seperti biasa ya🤘

Jangan lupa like dulu sebelum bacanya biar nggak lupa nanti ok😁

Happy membaca'
.
.
.

Jaemin pengen masuk ke kamarnya tapi terhenti saat Haechan memanggil nya dan malah menarik dia jauh dari kamar itu.

"Ada apa Chan?"

"Kalian berantem kan?"

"Terus?"

"Nah, gue sama Renjun punya idea buat lo, biar Jeno nggak lama-lama banget cueknya"

"Gue bisa sen....."

"Udah, nggak usah nolak"

Haechan menarik Jaemin kembali ke hadapan pintu kamar itu, lalu mengetok pintu itu agar manusia di dalam lah yang membukanya.

"Apaan Chan?"

"Lo tunggu bentar"

Cklek

Jeno dengan pelan membuka pintu kamar tersebut, menatap kerut ke mereka berdua yang mana Haechan malah smirk padanya.

"Ada a......"

Cupp'

"Lo apa-apaan ah?!!"

Jeno menolak kasar tubuh Haechan saat anak itu dengan idea bodonya mencium Jaemin, pipi tapi membuatkan Haechan terpental jatuh.

"Kenapa? Lo kan nggak suka Jaemin lagi, ya gue ambil dia lah"

"Apa maksud lo ah?! Lo pikir gue nggak tau lo suka Mark!"

"Emang kenapa kalo gue suka sama Mark?! Apa gue nggak bisa suka sama temen gue juga?"

"Bajingan lo!!"

Jeno pengen membogem Haechan tapi tangannya di tahan sama Jaemin, manakala Haechan senyum-senyum nggak jelas.

Karna keributan mereka, seisi rumah menghampiri mereka dengan raut wajah tertanya-tanya kecuali Renjun yang udah tau dengan idea nya itu sendiri.

"Ada apa Jen, kok kalian berdua malah berantem?"

Tanya mama Lee yang khawatir, mana Jeno nya marah besar lagi, sampe-sampe urat di lehernya saja kelihatan.

"Jeno nggak tau apa yang dipikirkan sama anak ini, apa dia udah gila mencium Nana?!!"

"Ah?! Beneran Chan?"

Mark menatap nggak percaya pada Haechan, dia udah berusaha menerima anak beruang itu tapi malah dia dipermainkan.

Haechan terdiem, dia tidak kepikiran sama sekali kalo ada Mark di rumah itu juga.

"Gue kecewa sama lo"

Mark berlalu pergi membuatkan Haechan langsung saja panik bukan main dan dengan tak berdosanya mengeplak kepala Renjun.

"Auchh apa-apaan lo?"

"Ini semua karna lo, kalo bukan rencana lo gue nggak bakal ikut bangke!"

"Lo yang mau dan setuju-setuju aja ya gue ikutlah apa yang lo pengen"

Haechan mengusak rambutnya kasar, lalu pamit mengejari Mark yang mungkin saja udah berlalu pulang.

"Maksud kalian berdua apa?"

Jeno menatap tajam ke Renjun yang dengan susah payah menelan ludahnya pelan, melihat mata helang milik Jeno membuatkan Renjun tidak bisa ngomong.

"I-itu, kalian kan berantem jadi gue sama Haechan lagi rencanain sesuatu agar kalian akur-akur saja, tapi nggak tau kalo sampe kayak gini"

"Emang nggak ada rencana lain apa?! Gue bisa membenci Jaemin kalo kalian malah seperti ini, hubungan gue sama Jaemin bisa hancur tau nggak?!"

Jeno membentak Renjun yang kini udah menunduk tidak berani menatap ke Jeno, tangannya gemeteran karna idea bodo mereka itu.

"Udah-udah, kalian selesain dulu masalah kalian kalo beneran kalian berantem, jangan dimarahin Renjun nya"

"Jeno nggak bakal marah kalo bukan mereka yang duluan ma, Jeno nggak suka ada yang sentuh Nana apalagi sampe menciumi nya, padahal Jeno saja harus butuh bertahun-tahun buat dapetin satu ciuman, mereka malah dengan santai lakuin itu!!"

Jeno frustasi, mama Lee nggak nyangka anaknya bisa jadi seperti ini hanya karna Jaemin, padahal sebelum ini anaknya tidak pernah membentak maupun marah-marah sama orang lain.

"Iya-iya mama ngerti, kalo gitu sana cium balik Nana nya"

"Eh?!"

Jaemin terkekeh canggung mendengar itu, apa Jeno bakal menciuminya beneran.

"Nggak perlu, dia juga nggak pernah percaya sama Jeno, tapi Jeno bakal menunggu nya mau sampe kapan pun itu"

Jaemin menunduk nggak nyangka kalo Jeno cuekin dia itu karna ini, karna dia memberikan harapan lebih ke Jeno sampe anak itu harus menunggu jawaban darinya soal hubungan mereka.

Dia sadar, kalo dia itu sungguh mengesalkan.

.
.
.
.
.
Bersambung

Like, follow & share

Tiba-Tiba Jadi Ortu || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang