TWENTY TWO

698 42 1
                                    

Apa telat nih up nya? Nggak kan?😅

Yasudahlah, selamat membaca😙
.
.
.

Setelah kejadian dimana Jeno kesal dan memarahi Renjun sama Haechan, pada malam itu Jaemin sama sekali nggak bisa tidur dengan tenang karna omongan Jeno tadi yang terus berputar di pikiran nya.

'Nggak perlu, dia juga nggak pernah percaya sama Jeno, tapi Jeno bakal menunggu nya mau sampe kapan pun itu'

Jaemin dibuat kepikiran, sampelah jam satu dini hari, dia dengan kesal berlalu keluar dari kamarnya menuju ke dapur buat sekedar minum.

"Please gue mau tidur~"

"Napa lo?"

Jaemin terlonjak kaget saat Jeno menghampiri nya, sama seperti Jaemin, Jeno juga turun hanya minum.

"Aku nggak lihat kamu di kamar, jadi aku turun buat cari kamu sekalian pengen minum. Ngapain kamu di sini?"

"Minum"

Balas Jaemin singkat, dirinya tiba-tiba saja gugup saat di hadapan Jeno, nggak tau kenapa dia pengen banget peluk cowok dihadapan nya ini sekarang tapi nggak bisa, mengetahui hubungan mereka tidak baik-baik saja dia pun menarik niatnya itu.

"Jen"

"Hm?"

"Apa kamu capek nungguin aku?"

"Apa maksud kamu?"

"Apa aku jahat karna buat kamu berharap dengan aku?"

"Cukup! Aku nggak capek, aku nggak berharap. Aku hanya butuh kamu di sisi aku, mau sampe kamu nikah pun atau suatu saat kamu menolak perasaan aku, ngerti?"

Jaemin menggeleng keras, dia tau banget perasaan Jeno seperti apa, bahkan dia saja bisa merasakan betapa capeknya berharap dengan seseorang yang bener-bener dicintai nya.

"Aku nggak bakal nikah sampe kapan pun, kalo orang itu bukan kamu!"

"Itu terserah kam......ah?! M-maksud kamu?"

"Ya nggak ada maksud apa-apa, yuk tidur"

Jaemin pengen berlalu tapi tangan nya di tarik sama Jeno yang butuh penjelasan, bahkan posisi mereka saat ini, Jeno lagi mengunci tubuh Jaemin di meja dapur.

"Jelasin ke aku"

"Ihh kamu udah ngerti kali"

"Nggak ngerti"

"Yaudah kalo nggak ngerti"

"Jaem"

Jaemin menciut saat suara berat itu memasuki indra pendengaran nya, dengan gugup menarik Jeno dalam pelukannya membuatkan Jeno kaget.

"J-Jaem?"

"Aku minta maaf karna telat menyukai kamu Jen, tapi aku pengen bilang kalo aku suka kamu, di detik ini dan sampe kapanpun itu"

Jeno nggak bisa ngomong, dia berharap ini tidak mimpi jadi dia mencoba mencubit punggung Jaemin yang mulus itu.

"Arkhhhh sakit bangsat!!!"

"Eh? Ini nggak mimpi ya?"

"Apaan kamu huaaaa sakit"

Jaemin berusaha menggapai punggung nya buat di garuk tapi kasian, dia malah kayak jadi monyet di depan Jeno.

"Maaf, aku pikir aku lagi mimpi"

Jeno yang bersalah pun mengelus punggung Jaemin bagian dicubit nya, dengan lembut dan sedikit meniupi nya.

"Jadi kamu berharap ini mimpi?"

"Ya enggaklah, tapi kamu beneran Jaem? Kamu terima aku kan sekarang?"

Cupp

Jaemin bukannya menjawab, malah mengecup lembut bibir Jeno dan memberikan sedikit lumatan di sana sebelum melepaskan nya sesaat.

"Percaya apa nggak nih? Kalo nggak yau......"

"Percaya kok, percaya!"

Jeno tiba-tiba saja jadi manja pada Jaemin, lihat saja bibirnya yang melengkung kebawa itu, menampilkan wajah bocahnya.

"Nggak usah kayak gitu, jelek"

"Apa iya?"

"Iyalah, Icung lebih ganteng kali dari kamu"

"Yaudah, pacaran sana sama Icung"

Plak

"Ushh mana bisa, dia anak kita Jen"

Semu merah jelas di sekitar pipi Jeno, entah kenapa dia begitu seneng saat Jaemin bilang 'anak kita', dia seperti sudah punya istri dan anak saja.

"Anak kita?"

"Iyalah, terus anak siapa?"

"Nggak, seneng aja kamu bilang kayak gitu. Makasih"

"Apaan?"

"Makasih karna mencintai aku, makasih karna terima aku, makasih karna menyayangi Icung yang notabene anak kita. Kedepannya, apapun keputusan kamu aku terima, walaupun kamu pengen putus dengan aku suatu saat nanti"

"Sama-sama buat mencintai kamu, terima kamu dan menyayangi Icung, tapi tidak dengan putus karna aku nggak bakal ninggalin kamu sama sekali, sampe kita nikah"

"MAMA!! NANA PENGEN NIKAH SAMA NONO!!"

"Apaan Jeno? Diem!"

Dengan cepat Jaemin menutup mulut Jeno membuatkan anak samoyed itu tertawa bahagia dengan tingkah nya sendiri.

Salting itu harus~

.
.
.
.
.
Bersambung

Like, follow & share

Tiba-Tiba Jadi Ortu || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang