THIRTY ONE

295 16 1
                                    

Yoii aku kembali, walaupun sedikit telat karna banyak pikirin, nggak pa-pa lah ya~

Kalian nggak marah kan?🥹
.
.
.

"Kita potongnya di sini saja ya sayang, udah malam nggak ada yang buka lagi"

Icung mengangguk kecil, potong di toko mana aja nggak jadi masalah kok bagi nya, asal dia terlihat ganteng dimata Chenle udah cukup.

Modus kali lo cil!!

Kringg~

"Selamat datang ke toko potong rambut kami, apa perlu bantuan?"

"Iya mbak, ini anak saya kayak hutan banget rambutnya, bisa nggak potong yang ganteng-ganteng gitu, dia pengen memikat sang pujaan soalnya hehe"

Mereka pada terkekeh mendengar omelan Jaemin yang terlihat gemes itu, membuatkan sang mbak potong rambut tertegun dengan wajah ganteng Jaemin.

"Apa kamu bapaknya?"

"Saya? Nggak kok, ini bapaknya"

Jaemin menunjuk Jeno yang memasang kan wajah datarnya, bukan nya takut si mbak malah tambah tertegun dengan paras pahatan sempurna milik Jeno itu.

Dan lebih kagetnya saat mengetahui kalo Jaemin dan Jeno adalah pasangan yang udah punya anak, eh? Punya anak? Cowok?

"Apa dia anak kalian?"

"Iya, kenapa? Ada masalah?"

"Errr nggak kok, kaget aja soalnya"

"Bukan zaman sekarang udah normal ya soal yang kayak gini, kok masa nggak tau? Banyak toh di luar sana cowok sama cowok punya anak"

"I-iya, maaf kak"

Mbak potong rambut tersebut tiba-tiba jadi takut dengan Jeno, bukan apa Jeno hanya saja tidak suka ada yang nggak enak sama hubungan mereka padahal hubungan cowok sama cowok itu udah terlihat biasa bukan dimata manusia?

Emang ada sih yang belum nerima, karna sesuatu yang nggak bagus dicontohi sama anak-anak tapi gimana kalo salah satu cowok itu bisa hamil? Apa masih bisa terlihat cowok dimata kita?

Ya nggak lah, parasnya aja cantik plus sempurna kayak Jaemin, mau gimana lagi.

"Mau potong apa nggak nih rambut anak saya?"

"A-ah silakan"

Icung naik dengan lucu ke kursi potong rambut dan karna kependekan, kursinya pun dinaikkan sedikit sampe bisa kelihatan dikaca depan.

Chenle sedari tadi tersenyum kecil menatap Icung yang udah siap untuk dipotong rambutnya, dia seperti nya tidak ingin pulang dulu deh.

.
.
.

Setelah beberapa menit Icung akhirnya selesai motong rambut, dengan senyum cerah menuruni kursi tersebut menghampiri Chenle yang kaget dengan bocil itu yang tiba-tiba menggenggam tangannya.

"Gimana ta? Ganteng nda atu?"

Chenle seketika jadi gugup mendengar nya, apalagi di tatap lurus seperti itu oleh bocil berumur delapan tahun notabene nya anak sepupunya.

"G-ganteng kok, jangan suka yang lain ya"

Chenle mengusak rambut Icung gemes, sampe rambut anak itu berantakan menambahkan lagi kegantengan nya.

Baru delapan tahun saja udah ganteng, gimana kalo nanti gedenya, bisa-bisa nggak bisa lepas Chenle kalo kayak gini mah.

"Icung janji hakalan cama tata aja celamanya, Icung kan cayang cama tata"

"Iya kakak ngerti, kakak juga sayang sama Icung kok"

"Yeahhhh tata cayang cama Icung, kita bica pacalan kan?"

"A-ah?!"

Seketika Chenle terkaget-kaget dengan pertanyaan anak itu, tiba-tiba banget nembaknya?

Jaemin dan Jeno hanya bisa menggelengkan saja kepala mereka, melihat Icung seperti itu anaknya terlihat udah begitu gede bahkan mereka bisa merasakan seperti nya mereka udah menjaganya lebih dari umur anak itu.

"Iya kakak Chenle milik kamu, nanti udah gede jangan malah suka yang lain ya"

"Iya bundaa~"

.
.
.
.
.
Bersambung

Like, follow & share

Tiba-Tiba Jadi Ortu || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang