BAB 5 SEKOLAH PARA BERANDAL

856 121 5
                                    

Uhum. Meskipun gw sering ngeluh kek gitu, sejujurnya gw suka kok ngerjain pekerjaan gw (ugh... kenapa wp jadi tempat curhat gw??? ಠ⁠◡⁠ಠ)

Btw, jangan lupa vote, komen, sama follow kalo suka! Biar diri ini makin semangat nulis!

Typo tandai!

.

.

.

Seminggu berlalu sejak kejadian di rumah sakit. Namun tampaknya, beberapa insan belum bisa melupakan apa yang terjadi padanya dalam waktu yang singkat itu.

Arkanna misalnya, pemuda itu sudah termenung di atas rooftop sejak berjam-jam yang lalu, berkelut dengan pikirannya yang semerawut. Angin yang berhembus lembut tak membuatnya berkedip. Bahkan sinar matahari yang menyorot wajahnya tidak membuat pemuda itu tergerak untuk pindah.

Pemuda itu menampilkan berbagai macam ekspresi dengan kepala menghadap ke langit. Hingga puncaknya, pemuda itu tiba-tiba menggertakkan gigi, berbalik menghadap pagar pembatas, mencengkramnya dengan kuat, menarik napas panjang, lalu mengambil ancang-ancang berteriak.

"RAFAEL ANJINGGG!"

"KAKAK BANGSAAT!"

Hening seketika.

"Eh?"

'Sejak kapan ada orang lain di sini?' Begitulah kira-kira isi pikiran dua orang yang memasang tampang bodoh di sana.

Arkanna dan Vene, keduanya saling berhadapan dengan pose dan ekspresi yang sama, tampak bodoh dan setengah syok.

"LO!!!" Bahkan dua orang itu berteriak dan saling menunjuk dengan kompak.

"Arkanjing?!"

"Venenjing?!"

Hm, mereka sangat serasi.

Seolah tersadar akan sesuatu, keduanya tiba-tiba membulatkan matanya. Vene melotot karena marah, sementara Arkanna melotot karena syok.

"Lo! Beraninya lo ngumpatin Kak Rafael!"

"Lo baru aja ngumpatin Zyne yang selalu lo tempelin itu?!"

Keduanya berteriak bersamaan dan terdiam bersama juga.

"Rafael itu kakak lo?! Sejak kapan?!"

"Sejak lahirlah, kampret! Dan gue nggak ngumpatin Kak Zyne ya!"

Mungkin karena tatapan Arkanna yang terlalu blak-blakan, Vene bisa tahu apa yang dipikirkan pemuda di itu.

"Nggak percaya lo?!"

"Ya enggaklah! Semua anak juga dah tau kalo Rafael itu nggak punya orang tua, apalagi sodara. Dan kalopun ada, nggak mungkin lo yang punya spek setan ini jadi sodaranya, kan?"

"Si kampret ini..." Vene sudah mengepalkan tangannya, bersiap untuk memukul, namun akhirnya gadis itu hanya menghela napas dan menatap ke langit. Tubuhnya merosot seiring desahan lelah keluar dari mulutnya.

"Gue jahat banget ya?"

"Iya lo jahat. Kan udah gue bilang kalo lo itu spek setan."

"...Ck!"

Vene memicingkan matanya. Orang di sampingnya ini memang berbeda dari semua pria yang dia kenal. Lidah Arkanna sangat 'fleksibel' hingga ingin rasanya dia memotongnya.

"Dah lah! Mo balik gue."

Vene meninggalkan Arkanna dengan wajah kusut. Berlama-lama di sini tidak baik untuk kesehatannya. Berasa darah tinggi gue bicara sama dia.

FUGUE: Mantan Bos GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang