BAB 2 GUE ALFA!

221 48 3
                                    

Diem dikira songong, banyak tanya dikira caper, suka ngajak ngobrol dianggap nyebelin. Serba salah anj! Sirkuit otak manusia muternya gimana sih kampret! Pusing gw_-

Huffft... sabar. Gw waras. Gw harus bisa tetep waras biar tugas cepet kelarr!

Btw, jangan lupa vote, komen, sama follow kalo suka! Biar diri ini makin semangat nulis!

Typo tandai!

.

.

.

"Ugh..."

"-?! NAH! BANGUN LO AKHIRNYA!"

Dahi Alfa berkerut. Dia tidak membuka matanya hanya untuk mendengarkan teriakan seseorang yang memekakkan telinganya. Sayangnya, itu bukanlah akhir.

"RAFA!"

"RAFAEL!"

Masih ada dua orang lainnya yang juga berteriak di ruang tertutup ini.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Ada yang sakit?"

"Lo tuh ya! Kalo sakit tuh jangan kabur-kaburan! Ngerepotin tau nggak?!"

Dan bla...bla...bla...bla...

Alfa hanya membiarkan setiap kata yang terlontar menyeberangi telinganya. Yang lebih penting... siapa mereka? Selain dokter yang merawatnya sebelum ini, tak ada satupun dari mereka yang Alfa kenal.

Dan itu membuat Alfa semakin kesal. Netra hitamnya kian dingin dan menusuk.

"Diam!"

Deg!

Hanya satu kata yang Alfa butuhkan untuk membungkam semua mulut. Ia sama sekali tak peduli dengan berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan tiga orang di sampingnya. Dia hanya butuh mereka untuk diam.

"Ck!"

Kepalanya berdenyut menyakitkan dan telinganya tak berhenti berdengung sejak dia sadar. Itu karena dia merasa ada sesuatu yang dia lupakan dan Alfa berusaha keras untuk mengingatnya.

Namun, semakin Alfa mencoba mengingat, semakin menyakitkan siksaan di kepalanya. Inilah kenapa dia lebih suka ditikam daripada merasakan sakit karena hal tidak jelas seperti ini. Setidaknya luka fisik yang bisa dilihat membuatnya lebih tenang.

Menyerah. Tidak ada gunanya mengingat apa yang sudah terjadi. Lebih dari itu... Alfa melirik tiga manusia yang bertingkah canggung di samping brankarnya.

"Siapa?" Tatapan Alfa mengarah langsung ke mata seorang wanita yang pertama kali dilihatnya.

Reyna yang melihat itupun tersentak tak percaya. Dia menoleh pada Theon yang langsung dijawab dengan anggukan oleh sang empu.

"Kamu... nggak inget saya?"

Alfa mendatarkan wajahnya. Bahkan Arkanna yang notabenenya tidak mengenal semua orang itu menatap Reyna dengan mata julid. Emang situ penting?

"Heh, tante! Emang lu siapanya dia? Gue denger si cupu kuker* ini nggak punya siapa-siapa tuh? Kenapa lu kayak ngaku-ngaku jadi orang penting di sini?"

*kurus kering

"Apa?!"

"Apa?! Emang gue salah?"

"..." Alfa menatap datar pertengkaran di depannya.

Merasakan pendekatan seseorang, pemuda itupun menoleh untuk melihat siapa yang berdiri di samping di dekatnya. Itu si dokter.

FUGUE: Mantan Bos Gangster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang