BAB 14 DI BAWAH SAYAP ALFA (2)

282 62 11
                                    

Di-vote ya, sayangg~ ^^

Typo tandai!

Btw, gw baru ganti cover. Hm... kayaknya bakal ganti lagi nanti... Gue ngincer mata ungu. MATA UNGU TOLONG MUNCULAHH!!!

.

.

.

"J-Jangan ke-luar! Dia- nggak boleh-"

"Iya iya paham! Nggak usah bangun!"

Julian menekan bahu Farrel yang terus memaksa bangun.

"Kalian juga ke sini!"

Kenzo, Leon, dan Gin segera duduk berjajar di depan Julian.

"Bagaimana ambulannya?" tanya Julian sembari membersihkan luka-luka mereka.

"Itu..." Kenzo menghidupkan layar Hp-nya. Seketika wajahnya memucat. "Gawat. Mereka kayaknya dicegat."

Julian mengerutkan kening, menatap luka-luka Farrel yang masih mengeluarkan darah.

Sementara itu, di tempat yang berbeda...

"Tolong biarkan kami lewat! Ada pasien yang harus segera dirawa-"

BRAKKK!!

"!!!" Perawat itu nyaris menggigit lidahnya. Bahkan sang sopir di depan sudah pucat dan berkeringat dingin.

Keduanya menatap ngeri pada body mobil yang penyok.

"Bacot lagi, pala lu yang bakal kena!" desis seorang pemuda.

Dia mengangkat santai tongkat besi di tangannya dan-

BRAKKK!

Pukulan kedua diluncurkan. Pukulan itu merusak lampu mobil. Namun itu bukan akhirnya.

BRAAKK!

PRANGG!

PYARR!

"...Fiuuu~ Kuat juga tuh!"

"Haha, apa gue bilang! Lo harus beli tuh tongkat!"

"Halah bacot njing!"

Perawat yang melihat perdebatan itu sedikit merinding. Para berandalan ini mencegat mereka (tim medis), bahkan merusak kendaraan darurat, namun mereka (para berandalan) bersikap seolah tak ada yang salah.

Saat itu, langkah kaki seseorang menggema di bawah gelapnya malam. Samar, namun menekan. Evander, pria paling 'biasa' di kelompok preman itu menoleh lebih dulu, namun dia tak melihat apapun di balik kegelapan hingga-

"Ah. Ketemu."

Suara itu mengalihkan atensi semua orang.

Seorang pemuda dengan kaos hitam pendek dan celana training mendekati mereka dengan langkah gontai. Karena kaos yang dikenakannya cukup ketat, setiap lekuk otot di tumbuh pemuda itu tercetak jelas. Begitu kokoh dan terlatih.

Meski pemuda itu tak menunjukkan banyak ekspresi di wajahnya, sebenarnya dia memikirkan cukup banyak hal seperti, 'Anjirlah, bajunya si Juju kecil banget! Lain kali gue beli sendiri dah... kalo ada du...it?'

Evander tersentak saat pemuda itu tiba-tiba menatap mereka. Cukup lama, seolah tengah menilai suatu barang. Evander mengerutkan kening saat melihat sorot kekecewaan di mata pemuda itu. Namun jantungnya menegang saat mata itu tiba-tiba bersinar seperti predator yang melihat kumpulan daging segar. Evander merinding.

FUGUE: Mantan Bos GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang