Sepanjang perjalanan menuju tempat kediaman ahyeon, chiquita tak bisa menyembunyikan rasa takut setelah menyadari tentang mobil hitam yang sebelumnya mengikuti mereka dari belakang, walaupun mobil tersebut sekarang sudah menghilang entah kemana, tetap saja perasaan gelisah masih setia mengendap dalam hatinya.
Ia takut jika mobil hitam yang mengikutinya, memiliki hubungan dengan seseorang yang hampir saja menyelakai dirinya dirumahnya pada waktu itu, mungkin jika benar. Apa yang sebenarnya orang itu inginkan pada dirinya? padahal ia menyadari jika dia hanyalah orang biasa dan merasa tidak memiliki masalah bahkan dengan siapapun itu. Lantas mengapa ada orang yang hampir saja membunuhnya? pikiran itu kini membuat kepala chiquita sakit.
Beberapa kali ahyeon memperhatikan sikap-sikap yang diperlihatkan oleh sang sekretaris, agak membuat ahyeon sedikit khawatir dengan gerakan-gerakan kecil itu. Membuat dirinya merasakan rasa penasaran yang mendalam, ahyeon meliriknya setelah mereka keluar dari mobil, yang sempat digunakannya menuju ke basement apartmen.
Jemarinya ter ulur untuk menggenggam erat jari-jemari gadis yang berada disebelahnya. Spontan, wajah nya berpaling bersamaan setelah perlakuan yang baru saja diberikan oleh ahyeon. Salah satu alis bertaut keatas, semacam bertanya "ada apa?", namun tanpa bersuara.
Ahyeon memberikan senyuman yang tenang pada chiquita, membuat perasaan gelisah dan ketakutan yang sempat menyerangnya, kini mulai sirna secara perlahan. Senyuman yang diberikan CEO nya tersebut begitu ampuh menghilangkan gangguan yang sempat menyelimuti hatinya.
"Ada apa?, kamu kelihatan gelisah" ia masih memerhatikan setiap inci wajah chiquita dari dekat, tanpa menjauhkan jarak yang terlampau dekat saat ini. Gelengan yang didapat oleh pertanyaan yang dilontarkan ahyeon, lalu ia pun membalas senyuman tersebut. "Aku tidak apa-apa, mungkin sebaiknya kita cepat masuk, karena sekarang kita kedatangan tamu"
Ahyeon mengangguk mengerti, ucapan chiquita menyadarkannya kembali dari rasa penasaran yang menguasai pikiran dirinya. Ia tahu betul jika sikap yang chiquita tunjukkan dihadapannya tadi, bukan lah sesuatu yang dapat di sepelekan, atau mungkin dapat dihindari begitu saja.
Chiquita tidak biasanya seperti ini, membuatnya paham pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Namun, sekretaris mudanya belum bisa cerita pada sang bos perihal yang menganggu pikiran dan perasaanya.
"Eomma! ayo masuk, kita akan menghabiskan waktu bersama aunty ahyeon dan eonni chiquita disini" Jennie yang paham menarik lengan rora pelan, menuntun sang anak untuk segera masuk pada apartmen mewah milik keponakannya. "Hm, cepat dain. Kita akan makan banyak bersama mereka hari ini" ucap jennie yang diberikan acungan kedua jempolnya saat ini.
Mendengar sedikit percakapan yang berasal dari ibu dan anak didepannya ini, sedikit menyentuh hati chiquita. Bagaimana ia begitu merindukan sang eomma, yang sudah tidak ada lagi didunia saat ini. Surga adalah tempat orang tuanya tinggal sekarang, berharap jika kedua orangtuanya yang telah tinggal disana baik-baik saja.
"Eonni, apa air mata itu akan jatuh?" sang bos kali ini memang tidak menyadari perubahan raut wajah chiquita dari perasaan gelisah berganti menjadi raut wajah sedih, dan air mata telah menggenang di kedua matanya hendak turun, namun sengaja ditahan oleh sang pemilik kedua mata cat eyes tersebut.
Sebelum chiquita menoleh, ia sudah menghapus air matanya dengan cepat, lalu beralih menatap ke arah sumber suara yang memanggilnya, walaupun tanpa menyebutkan namanya, itu sudah cukup mendeskripsikan jika yang dibicarakan adalah kepada dirinya. "Ahh.... tidak dain, eonni baik-baik saja dan tidak ada air mata yang tersimpan di mata eonni" senyumannya terhias pada dain si gadis berumur 13 tahun tersebut.
"Baik lah eonni, aku kira kau ingin menangis. Sebaiknya kita cepat pergi menuju apartmennya aunty ahyeon. Agar kita cepat-cepat mukbang malam ini?" Lengan kecil rora menelusup, lalu meraih lengan chiquita untuk segera ia tarik dengan perlahan ke arah apartmen ahyeon yang sudah ia ketahui.