Chapter VII " Awal dari sebuah Akhir "

16 3 2
                                    

Amba dan Tukam menatap pertarungan yang semakin sengit dengan penuh rasa cemas dan ketidakberdayaan. Hati mereka bergemuruh, ingin sekali bergabung dalam pertempuran itu dan membantu teman-teman mereka yang kini berjuang mati-matian. Namun, mereka melihat Profesor Iron Ie memberi isyarat tegas, memandang mereka seolah berkata, *“Pergilah, demi masa depan kita.”* Dengan berat hati, mereka hanya bisa pasrah. Mereka tahu ini adalah pilihan terbaik, meskipun meninggalkan sahabat-sahabat mereka terasa seperti mengkhianati diri mereka sendiri.

Di tengah hiruk-pikuk pertarungan, Sei Moet, Profesor Iron Ie, dan Masros Die mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Mereka diselimuti luka dan terengah-engah, berusaha sekuat tenaga untuk melawan serangan tanpa henti dari Vuad dan enam subjeknya. Setiap elemen dari lawan semakin intensif, sementara Vuad terlihat semakin gila dan haus akan kemenangan. Dengan sihir kegelapan yang mengalir deras dalam dirinya, ia tampak tak terkendali, seperti berada di ambang kekuasaan mutlak.

Vuad, dengan senyum dingin yang penuh kebencian, melangkah maju dan merapal mantranya. Udara seolah berhenti, gravitasi terasa meningkat, dan kegelapan mulai berputar di titik tengah ruangan. Dengan tangan terangkat tinggi, Vuad menciptakan kekuatan pamungkasnya—sebuah lubang hitam yang mengancam akan menelan apa saja di depannya. Lubang hitam itu berputar dengan intensitas yang menakutkan, memancarkan aura gelap yang seolah menghisap semua cahaya dan kehidupan di sekitarnya. Amba dan Tukam, yang berada jauh di belakang, dapat merasakan energi mengerikan itu, meskipun mereka sudah berada di ujung lorong.

Lubang hitam itu mulai menarik segala sesuatu dengan kekuatan yang luar biasa. Alat-alat laboratorium, pecahan kaca, dan puing-puing runtuhan mulai terhisap. Profesor Iron Ie, Sei Moet, dan Masros Die berjuang keras melawan tarikan lubang hitam itu, tetapi tubuh mereka semakin melemah.

Sei Moet menatap ke arah Profesor Iron Ie, berusaha menegaskan tekad terakhirnya. Ia menggunakan sisa energi yang dimilikinya untuk mengendalikan elemen-elemen di sekitarnya, menciptakan perisai api dan angin yang mengelilingi mereka, berusaha sekuat tenaga untuk mencegah lubang hitam itu menelan mereka. Namun, energinya mulai memudar. Cahaya api yang berkobar mulai meredup, sementara perisai angin melemah.

Di sisi lain, Masros Die yang masih bertarung melawan Vuad, merasakan kekuatan anti-sihirnya tidak mampu membendung kehancuran lubang hitam itu. Ia tahu bahwa ini adalah akhir dari segalanya, namun tak ada rasa takut dalam dirinya. Dengan tatapan penuh tekad, ia berkata kepada Vuad, “Kalau ini akhirnya, setidaknya aku akan memberikan segalanya untuk menghentikanmu!” Ia maju dengan keberanian, mendekat ke Vuad yang terus mempertahankan lubang hitamnya, berharap bisa mengganggu konsentrasi Vuad dan memberi kesempatan bagi teman-temannya untuk selamat.

Namun, Vuad hanya tertawa, mengabaikan bahkan anak buahnya sendiri yang terhisap ke dalam lubang hitam itu. Dia tak lagi peduli apakah siapa pun—kawan atau lawan—akan hancur di dalam kekuatan yang telah ia ciptakan. Baginya, hanya ada satu tujuan: memastikan kemenangan absolut, meski harus menghancurkan segala yang ada di hadapannya.

Amba dan Tukam, yang sudah berada di kejauhan, menoleh sekali lagi, menatap pertempuran yang tak mungkin mereka lupakan. Mereka mendengar raungan, dentuman, dan ledakan elemen yang beradu dengan kegelapan. Dengan hati yang hancur, mereka melarikan diri, mengikuti perintah Profesor Iron Ie, membawa harapan untuk masa depan yang masih mungkin diselamatkan, meskipun mereka harus meninggalkan sahabat-sahabat mereka di belakang.

Di tengah hiruk-pikuk kehancuran, Profesor Iron Ie, Sei Moet, dan Masros Die tetap berdiri, mengerahkan segala yang mereka miliki dalam upaya terakhir. Mereka tahu bahwa ini mungkin adalah pertempuran terakhir mereka, namun semangat untuk melawan tidak pernah pudar. Mereka bersatu, saling melindungi, menghadapi lubang hitam itu dengan keteguhan hati, bersumpah bahwa meskipun mereka akan hancur, mereka tidak akan pernah tunduk pada kegelapan.

𝙹•𝙼𝙰𝚇 𝚁𝙴-𝚅𝙾𝙻𝚄𝚃𝙸𝙾𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang