Chapter XXVII " Kehilangan "

7 3 2
                                    

Pusaran di tengah Danau Sepr Mea semakin mengamuk, airnya naik turun, menciptakan gelombang yang tinggi hingga menimbulkan deru yang memekakkan telinga. Suasana semakin mencekam, dan angin berputar mengelilingi danau dengan kekuatan yang nyaris menumbangkan pepohonan di sekitarnya. Dari dalam pusaran itu, sosok raksasa berbentuk kabut pekat mulai muncul. Sosok itu berpendar biru kehijauan, dan meski tak tampak wujudnya yang jelas, mata merah menyala menghujam siapa saja yang berani menatapnya. Penduduk Paisley gemetar ketakutan, mereka tak berani memandang langsung sosok itu dan segera jatuh berlutut, mulut mereka menggumamkan doa-doa dengan napas tersengal-sengal.

Di tengah suasana yang menegangkan itu, Zayrs berdiri, tubuhnya bergetar antara rasa takut dan bingung. Matanya terpaku pada sosok raksasa yang terus bergerak semakin dekat ke tepi danau, menuju Amaya yang berdiri sendirian di atas batu besar di tepi danau. Sinar matahari yang memudar membuat sosok Amaya tampak semakin pucat, namun wajahnya tetap menunjukkan keteguhan yang tidak pernah dilihat Zayrs sebelumnya.

Zayrs mendekat ke seorang wanita tua yang berdiri di dekatnya. “Apakah… itu penunggu danau yang mereka bicarakan?” tanyanya setengah berbisik, matanya masih terpaku pada sosok raksasa itu.

Wanita tua itu menatap Zayrs sejenak, lalu mengangguk. “Ya, itulah penunggu danau Sepr Mea. Makhluk yang menjaga keseimbangan alam di sini, tapi ia juga makhluk yang tak kenal ampun.” Suara wanita itu bergetar, menunjukkan betapa menakutkannya sosok tersebut bagi penduduk kota.

Zayrs menelan ludah, merasa ada sesuatu yang menyesakkan di dalam dadanya. “Lalu… mengapa Amaya harus di sana? Bukankah dia hanya menjalankan ritual penghormatan?” Ia menoleh menatap wanita itu, wajahnya penuh tanda tanya.

Wanita tua itu menghela napas panjang, tampak ragu untuk berbicara. “Setiap sepuluh tahun, penunggu danau ini meminta seorang gadis berusia tujuh belas tahun sebagai persembahan. Ini adalah bagian dari kesepakatan kuno yang dibuat nenek moyang kami demi melindungi kota Paisley dari murka penunggu danau.” Wanita itu menundukkan kepala, seolah merasakan beban berat di hatinya. “Jika persembahan tidak diberikan, ia akan menghancurkan kota ini.”

“Amaya…” Zayrs menahan napasnya, suaranya bergetar. “Jadi Amaya akan… mati?” Kata-kata itu nyaris tak bisa keluar dari mulutnya, dan dadanya terasa seperti dihantam ribuan palu. Rasa bersalah dan keputusasaan melanda dirinya. Mengapa Amaya tidak memberitahunya? Mengapa ia tidak menyadari hal ini lebih awal?

Wanita tua itu mengangguk pelan, tatapannya penuh iba. “Dia tahu risikonya, Zayrs. Dia menerima takdir ini dengan ikhlas, demi melindungi kita semua.”

Zayrs mengepalkan tangannya, wajahnya berubah tegang. “Tidak. Ini tidak benar. Tidak seharusnya ada orang yang harus mati untuk melindungi kota ini,” ucapnya dengan suara penuh amarah dan ketidakberdayaan.

Di tengah amukan pusaran itu, Amaya menatap ke arah penunggu danau dengan mata penuh keteguhan, meski sesekali tubuhnya gemetar. “Aku… aku datang untuk memenuhi kewajibanku,” katanya pelan namun tegas. Suaranya terdengar lembut di antara deru angin yang kencang, namun cukup kuat untuk mencapai telinga Zayrs. “Penunggu danau Sepr Mea, aku adalah persembahan untukmu, demi kedamaian kota Paisley.”

Penunggu danau itu menundukkan tubuh raksasanya, wajahnya mendekat pada Amaya hingga bayangan besar menutupi tubuhnya. Tatapan makhluk itu tak berperasaan, matanya berpendar merah dan menembus tubuh Amaya dengan tatapan yang seolah hendak menelan jiwanya. Amaya hanya menutup matanya, menghembuskan napas panjang sebagai tanda kepasrahannya.

Namun sebelum Amaya benar-benar diambil oleh penunggu danau, Zayrs melangkah maju, menerobos kerumunan dengan wajah penuh tekad. “Amaya!” teriaknya, suaranya mengalahkan deru angin dan riuh gemuruh air yang bergelora. “Jangan lakukan ini!” Zayrs berusaha merangsek lebih dekat, tetapi beberapa orang di sekitarnya menahan tubuhnya, memohon agar ia tidak mendekati tepi danau.

𝙹•𝙼𝙰𝚇 𝚁𝙴-𝚅𝙾𝙻𝚄𝚃𝙸𝙾𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang