Chapter XVI " Pertemuan "

9 3 1
                                    

Pagi itu, seorang gadis kecil dengan wajah penuh kebingungan dan keresahan diam-diam menyelinap keluar dari rumahnya. Kakinya berlari tanpa tujuan yang pasti, hanya mengandalkan dorongan dari rasa penasarannya untuk pergi sejauh mungkin. Nafasnya terengah-engah, dan tatapannya mulai dipenuhi rasa panik saat ia menyadari dirinya berada di tengah-tengah hutan. Pohon-pohon tinggi dan rimbun mengelilinginya, semak-semak menutupi sebagian besar tanah, dan suara serangga yang tak henti-hentinya mengusik kesadarannya bahwa ia benar-benar telah tersesat.

Setelah merasa cukup jauh dari rumahnya, gadis itu berhenti. Matanya menatap sekeliling, mencari sesuatu yang familiar, namun tidak ada yang ia kenali. Ia benar-benar tersesat. Tak tahu harus kemana lagi, kakinya mulai goyah, tubuhnya terasa lelah. Gadis kecil itu mendekati salah satu pohon besar yang berdiri kokoh di tengah hutan dan bersandar di sana. Air mata mulai membanjiri pipinya. Isak tangis kecil keluar dari bibir mungilnya, namun tak ada siapa pun di sana yang mendengarnya. Kelelahan mengalahkannya, hingga akhirnya ia terlelap di bawah pohon itu.

* * *

Beberapa saat berlalu, dan matahari kini sudah lebih tinggi di langit. Sinar teriknya menembus celah-celah dedaunan pohon, menerpa wajah gadis kecil yang masih tertidur. Tiba-tiba, gadis itu tersentak bangun oleh cahaya siang yang menyilaukan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Namun, ketika ia membuka mata sepenuhnya, ada sesuatu yang mengejutkannya. Di depannya, tergeletak seorang anak laki-laki yang tampaknya seumuran dengannya.

Gadis kecil itu menatap bocah tersebut dengan cemas. Tubuh anak laki-laki itu diam, tak bergerak, dan gadis kecil itu ketakutan setengah mati. Dalam kepanikan, ia berteriak keras, suara yang menggemakan seluruh penjuru hutan.

"AAAAH!" jeritnya.

Teriakan itu mengejutkan anak laki-laki yang tergeletak di tanah. Dengan cepat, ia terbangun, matanya terbuka lebar, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menatap gadis kecil yang tengah menangis di depannya dengan kebingungan.

"Ada apa?" tanyanya sambil mengucek matanya, seolah masih berusaha mengingat bagaimana ia bisa berada di tempat itu.

Gadis kecil itu tergagap, suaranya terputus-putus oleh isakan tangis yang belum mereda. "K-kukira kamu... kamu tidak hidup... dan... dan aku juga... tersesat..." Air matanya kembali mengalir, membuat wajahnya semakin basah oleh tangis.

Anak laki-laki itu memandang gadis kecil tersebut dengan tatapan tenang. Ia merasakan simpati yang mendalam. "Jangan menangis," ucapnya lembut, mencoba menenangkan gadis itu. "Ayo, aku antar kau kembali ke rumahmu."

Anak laki-laki itu mencoba berdiri, namun begitu kakinya bergerak, tubuhnya terhuyung-huyung. Ia jatuh kembali ke tanah, lututnya terasa kaku, seolah-olah tubuhnya belum siap untuk bergerak.

"Kenapa ini?" gumamnya bingung. Kakinya terasa berat, otot-ototnya kaku, dan ia tidak bisa berdiri dengan baik. Seolah tubuhnya terlalu lama tertidur dan kehilangan kekuatannya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya gadis kecil itu dengan suara lirih, menghapus air mata di wajahnya. Kekhawatiran tergambar jelas di matanya, meskipun ia sendiri masih merasa ketakutan.

Anak laki-laki itu menatap ke arah gadis kecil yang ada di depannya, lalu tersenyum tipis. "Ya, aku tidak apa-apa. Sepertinya aku terlalu lama tertidur. Bisa kau bantu aku berdiri? Oh, dan tolong... jangan menangis lagi."

Gadis kecil itu, meskipun masih diliputi kebingungan dan rasa takut, mengulurkan tangannya. Ia membantu anak laki-laki itu untuk berdiri perlahan-lahan. Mereka berdua saling bertumpu satu sama lain, anak laki-laki itu berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang masih terasa lemah.

"Terima kasih," ucap anak laki-laki itu dengan tulus. "Sekarang, mari kita cari jalan pulang."

Mereka mulai berjalan bersama, gadis kecil itu menggandeng tangan anak laki-laki tersebut dengan erat, seolah takut jika ia akan tersesat lagi. Sementara anak laki-laki itu masih merasa tubuhnya berat, ia berusaha menjaga agar gadis kecil di sampingnya tidak semakin ketakutan.

𝙹•𝙼𝙰𝚇 𝚁𝙴-𝚅𝙾𝙻𝚄𝚃𝙸𝙾𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang