Chapter VI " Takdir "

11 4 2
                                    

Setelah merenungkan berbagai pendapat dan kekhawatiran dari rekan-rekannya, Profesor Iron Ie akhirnya mencapai sebuah keputusan yang tidak mudah. Ia menyadari bahwa ramuan ini, dengan semua risikonya, mungkin bisa menjadi satu-satunya cara untuk melindungi dunia jika situasi tak terkendali. Dengan hati yang berat, ia memutuskan untuk mempercayakan ramuan ini kepada empat orang yang paling ia percayai—Amba, Tukam, Sei Moet, dan Masros Die.

Di suatu malam yang tenang, ia memanggil keempatnya ke ruangannya. Botol-botol kecil berisi ramuan itu sudah siap, masing-masing tertutup segel khusus yang hanya bisa dibuka oleh penerimanya. Profesor Iron Ie menatap mereka dengan tatapan serius, memastikan bahwa mereka mengerti beban tanggung jawab yang akan mereka pikul.

“Ramuan ini bukanlah sekadar kekuatan,” ia memulai, “melainkan sebuah keputusan akhir, senjata terakhir yang bisa kita gunakan saat situasi di luar kendali. Jika pada suatu saat kalian merasa bahwa semua yang kita lakukan tidak bisa mengendalikan keadaan lagi, kalian diperbolehkan untuk menggunakan ramuan ini. Namun, ingat, keputusan itu bukanlah sesuatu yang dapat diambil dengan mudah. Sekali kalian menggunakannya, jalan yang kalian tempuh mungkin tak akan pernah bisa kembali.”

Amba menatap botol kecil di tangannya, lalu menatap Profesor Iron Ie, “Kau mempercayai kami dengan tanggung jawab sebesar ini. Apakah kau yakin ini jalan yang terbaik?”

Profesor Iron Ie mengangguk perlahan. “Kalian adalah orang-orang terbaik yang aku miliki, yang aku percaya mampu memikul beban ini. Jika ada yang bisa mengendalikan atau bahkan menahan diri dari godaan kekuatan ini, aku percaya kalianlah orangnya.”

Tukam memegang botolnya dengan ekspresi serius, berpikir dalam-dalam tentang apa yang harus ia lakukan bila saatnya tiba. Sei Moet, dengan tatapan berani, mengangguk pada Profesor Iron Ie, mengisyaratkan bahwa ia siap menerima tanggung jawab tersebut. Masros Die, dengan pandangan penuh keteguhan, berkata, “Kami tidak akan mengecewakanmu, Profesor. Jika memang saat itu tiba, kami akan siap.”

Profesor Iron Ie menghela napas panjang, sedikit lebih tenang melihat kepercayaan mereka. “Ingatlah, ramuan ini bukanlah penentu nasib kita, tetapi hanya alat terakhir yang bisa membantu kita menghadapi yang tak terbayangkan. Aku berharap kita tak pernah sampai harus menggunakannya. Namun, bila saatnya tiba, kalian akan tahu apa yang harus dilakukan.”

Malam itu, keempatnya meninggalkan ruangan dengan botol masing-masing, membawa sebuah janji yang tak terucapkan—bahwa mereka akan melindungi dunia dengan segala yang mereka miliki. Di hati Profesor Iron Ie, ada perasaan campur aduk antara harapan dan ketakutan, sambil berdoa agar keputusan yang ia buat hari ini tidak akan membawa kehancuran di masa depan.

* * *

Profesor Iron Ie selalu memegang teguh kepercayaannya pada takdir. Di tengah segala ketidakpastian yang ia hadapi, ia percaya bahwa alam semesta memiliki cara untuk menyeimbangkan segalanya. Ia meyakini bahwa setiap kejahatan yang muncul, betapa pun kuat dan mengerikannya, pasti akan memicu kelahiran sebuah kebaikan yang sepadan untuk melawannya. Meski mungkin bukan pertempuran yang cepat atau mudah, ia percaya bahwa kebaikan pada akhirnya akan mengalahkan kegelapan, bahkan jika itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

Ketika ia menyerahkan ramuan kepada keempat orang yang paling ia percayai, kepercayaannya pada takdir semakin kuat. Ia tahu bahwa jika kekuatan sihir kegelapan bangkit dan membahayakan dunia, kebaikan pun akan muncul untuk menyeimbangkannya. Bagi Profesor Iron Ie, Sei Moet, Masros Die, Amba, dan Tukam bukan sekadar sekutu, tetapi manifestasi dari harapan yang akan selalu muncul untuk menantang ancaman terbesar.

Ia melihat pada ramuan-ramuan itu, tersimpan dalam botol-botol kecil di tangan orang-orang yang ia percayai, dan merenung, “Kita mungkin tidak akan melihat kemenangan kebaikan dalam sekejap. Mungkin kegelapan akan menutupi jalan kita, namun aku yakin, seperti siklus alam, kebaikan akan selalu menemukan jalan untuk menang. Dan jika kita memiliki peran kecil dalam pertempuran itu, maka itulah takdir kita.”

𝙹•𝙼𝙰𝚇 𝚁𝙴-𝚅𝙾𝙻𝚄𝚃𝙸𝙾𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang