Chapter XIV " Rekan "

8 3 2
                                    

Di sebuah rumah tua di ujung wilayah kerajaan, malam gelap semakin menambah nuansa suram pada bangunan yang sudah lama tak terawat itu. Suara angin malam berdesir melalui celah-celah dinding kayu, mengiringi pertemuan rahasia sekelompok orang yang berkumpul di dalamnya. Mereka duduk mengelilingi meja besar, wajah mereka diselimuti bayangan samar dari cahaya lilin yang berkedip-kedip.

"Apakah semuanya sudah dipersiapkan?" tanya seorang pria berperawakan tinggi, mengenakan jubah hitam yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Suaranya serak namun tegas, memancarkan otoritas yang membuat semua orang menatapnya dengan serius.

"Sudah, Pemimpin," jawab seorang wanita bertudung, suaranya tenang tapi penuh ketegasan. "Kami sudah mempelajari jadwal pertandingan akhir pekan ini. Saat final pertandingan ganda berlangsung, kita akan menyelinap ke Colosseum. Ada satu murid yang memiliki kekuatan sihir kegelapan. Dia target kita."

Pria berjas hitam itu tersenyum tipis, matanya berkilat dingin. "Sihir kegelapan, ya? Kekuatan itu sangat jarang ditemui di akademi. Hanya sedikit yang terlahir dengan kemampuan seperti itu, dan jika kita bisa mendapatkan murid ini... kita akan memiliki senjata yang sangat kuat."

Suasana di ruangan itu semakin serius. Semua yang hadir tahu betapa berbahayanya kekuatan sihir kegelapan. Mereka juga sadar bahwa penculikan murid dari akademi bukanlah tugas yang mudah, terutama pada saat final pertandingan, ketika keamanan akan diperketat.

"Kenapa kita harus repot-repot mengejar kekuatan ini, Pemimpin?" tanya seorang pria di ujung meja, wajahnya penuh luka parut yang membuatnya tampak garang. "Kekuatan sihir kegelapan memang luar biasa, tapi risiko yang kita hadapi juga sangat besar. Akademi itu dilindungi oleh para penyihir hebat."

Pemimpin itu menatapnya dengan penuh arti. "Kita membutuhkan kekuatan ini untuk melawan pemerintah. Selama ini, kita hanya mampu bergerak di bayang-bayang, menyebarkan kabar dan menghasut rakyat di pinggiran. Dengan sihir kegelapan, kita bisa membawa perlawanan kita ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah tidak akan bisa lagi mengabaikan keberadaan kita."

Pria dengan wajah penuh luka itu terdiam, tampak sedang merenung. Setelah beberapa saat, dia mengangguk, tampaknya setuju dengan rencana tersebut.

"Jadi, kapan kita bertindak?" tanya seorang wanita dengan suara serak. Dia adalah Elise, salah satu anggota terbaik kelompok tersebut, dan wajahnya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan.

"Kita akan bertindak pada saat final pertandingan ganda," jawab Pemimpin. "Saat itu, fokus semua orang akan tertuju pada pertandingan. Kita akan menyusup dari lorong bawah tanah yang terhubung ke Colosseum, membawa anak itu keluar sebelum siapa pun menyadari apa yang terjadi."

Elise dan seorang pria muda bernama Ryden saling berpandangan, lalu Ryden angkat bicara. "Siapa yang akan menjalankan misi ini? Apakah kami berdua yang bertanggung jawab?"

Pemimpin mengangguk. "Ya, kalian bertiga yang akan menjalankan misi ini."

" Bertiga? " Elise tampak bingung.

" Iya, dengan anak ini " Pemimpin itu menunjuk seorang anak yang tiba-tiba muncul disampingnya.

" Elise, kau memiliki kemampuan untuk mengendalikan cairan, dan Ryden, kau ahli dalam menembus pertahanan. Juga anak ini yang bisa memuluskan rencana dengan sihir penyamaran miliknya. Aku percaya kalian bertiga bisa menyelesaikan tugas ini."

Ryden mengangguk penuh keyakinan. "Kami tidak akan mengecewakanmu, Pemimpin. Kami akan membawa anak itu keluar dari Colosseum tanpa jejak."

Senyum dingin menghiasi wajah Pemimpin. "Itulah yang ingin kudengar. Ingat, sihir kegelapan adalah senjata yang sangat kuat, tapi juga sangat berbahaya. Kita harus bisa mengendalikannya agar tidak berbalik menyerang kita. Begitu kita mendapatkan murid ini, kita akan memastikan dia setia pada kita."

𝙹•𝙼𝙰𝚇 𝚁𝙴-𝚅𝙾𝙻𝚄𝚃𝙸𝙾𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang