CHAPTER 5 (kaki terkilir)

1.1K 74 2
                                    

Happy reading

Alex melihat ibunya yang bersimbah darah di lantai karna bunuh diri. Alex segera memanggil ambulan dan membawa ibunya ke rumah sakit.

Elvano selama beberapa hari ini menjalaninya tanpa melihat atau mendengar kabar Alex. Elvano berencana untuk menjenguk Alex sepulang sekolah.

Saat perjalanan menjenguk Alex, Elvano melihat seorang di taman yang dilewatinya. Elvano memilih untuk melihat siapa orang di taman, dan segera memarkirkan mobilnya.

Elvano mendekatinya dan melihat bahwa itu adalah Alex. "Lo ngapain disini?" Elvano menghampirinya dan duduk disampingnya. "Nyari udara, El gua bakal tinggal di luar negeri sementara." Elvano tetap mendengarkan apa yang ingin Alex katakan. "Ibuk gue bunuh diri, gua disuruh keluar negeri buat ketemu bapak gue."

"Gue turut berdukacita ya, pergi aja gua dukung kok."
Elvano berusaha meyakinkan Alex, walaupun dia merasa sedih karena Alex akan pergi.

Alex tersenyum lembut, Alex berpamitan untuk pergi pada Elvano. Setelah itu Elvano kembali pulang untuk istirahat, dalam hatinya Elvano merasa sedikit tidak rela.

Skip

Selama seminggu setelah Alex pergi semua tetap berjalan seperti biasa. Anmyti dan Riolan masih sering bersama dengan Elvano.

Malam itu akan diadakan acara promnigh yang ditunda karna ada guru yang sedang sakit. Elvano sudah siap dengan kemejanya yang rapi, Elvano berangkat menggunakan mobil.

Saat sampai di sekolah, Elvano melihat sekolah sudah ramai dengan beberapa orang di parkiran. Elvano memasuki sekolah dengan beberapa siswa-siswi yang meneriakinya. Elvano menuju aula di sana sudah sangat ramai oleh siswa-siswi dan guru-guru.

"Elvano!"
Riolan memanggilnya sambil menghampirinya.

"Ayo duduk disana bentar lagi acaranya mulai"
Riolan menggandengnya dan membawanya duduk di kursi yang agak depan. Elvano hanya mengikuti tanpa protes, mereka menonton acara yang mulai. Acara itu diisi oleh sambutan, tari-tarian, pentas seni, penghargaan untuk guru, dan perpisahan, setelah acara selesai para murid diijinkan untuk bersenang-senang.

Elvano memutuskan untuk pulang karna sudah larut malam dan mengantarkan Riolan untuk pulang. Mereka naik mobil dengan Elvano yang menyetir. Selama perjalanan Riolan hanya diam dan memandangi Elvano yang sedang menyetir.

Mobil mereka berhenti di depan apartemen Riolan. Riolan tinggal di apartemen sederhana dilantai 3 nomor 131 kamar yang paling ujung.

"Makasih udah nganterin El" Riolan menatap Elvano sambil tersenyum lebar. "Hm, hati-hati" Elvano melihat Riolan dengan tersenyum tipis hampir tidak terlihat.

Riolan membuka pintu dengan tersenyum pada Elvano. Riolan tidak memperhatikan langkahnya karna fokus pada Elvano.

'brukkk'
"Awww" Riolan terjatuh karna tidak fokus pada langkah kakinya. Elvano segera keluar dari mobil dengan ekspresi khawatir. Elvano segera menghampiri Riolan dan melihat kakinya.

"Kayaknya cuma terkilir, mangkanya hati-hati." Riolan hanya menunduk dengan muka sedihnya, dengan telinganya yang sedikit merah karna malu. Elvano memegang pinggangnya, Riolan sedikit kaget sambil melihat Elvano dengan penuh tanya. Elvano menggendong Riolan ala bridal style, mata mereka bertemu dan saling bertatapan. Elvano bisa melihat pantulan dirinya disana, Elvano segera tersadar dan menggendong Riolan menuju apartemennya.

Riolan memeluk leher Elvano dan menyembunyikan muka merahnya di dada Elvano. Mereka melewati lift dan lorong yang terlihat sepi karna larut malam.

Elvano telah sampai pada pintu apartemen Riolan dan berhenti disana. "Apa sandinya?" Elvano memandang Riolan yang menyembunyikan mukanya, Elvano bisa melihat muka Riolan yang bersemu merah. "Tanggal ulang tahunmu" Riolan masih bersembunyi pada dada Elvano, Riolan merasa sangat malu dengan mukanya semakin merah seperti kepiting rebus.

Elvano sedikit kaget mendengarnya, kemudian Elvano sedikit terkekeh. Elvano memasukan tanggal lahirnya dan pintunya benar-benar terbuka. Elvano segera masuk dan menurunkan Elvano di ranjangnya. Riolan melepaskan pelukannya dengan sedikit kecewa, 'andai aja bisa pelukan lebih lama' batin Riolan dengan senyuman di wajahnya.

"Dimana kotak P3K nya?"
Elvano berkata sambil membuka sepatu Riolan. "Di laci meja belajar yang paling bawah" Riolan memandangi seluruh pergerakan Elvano. Elvano segera mengambil kotak obatnya dan mengobati luka luka Riolan dengan selep.

"Jangan banyak digerakin" Elvano sedikit mendekatkan duduknya pada Riolan. Elvano mengelus kepala Riolan dengan perlahan. Riolan melihat Elvano dengan mukanya yang kembali merah karena dielus. Riolan bisa mencium aroma strawberry yang manis dan nyaman pada Elvano.

"Gue pulang dulu" Elvano berpamitan dan berjalan meninggalkan Riolan. "Makasih, hati-hati dijalan!" Riolan sedikit berteriak pada Elvano yang sudah ada di pintu. "Ya" Elvano tersenyum manis padanya, Riolan terkejut dan kagum melihat Elvano yang terlihat lebih tampan saat tersenyum dengan lesung pipinya.

Elvano menuju mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan rata-rata. Elvano teringat pada Riolan yang bersembunyi pada dadanya dengan muka merah. "Lucu" gumamnya Elvano berpikir dirinya sedikit tidak waras.

Elvano sampai dirumah, ia segera mengganti baju dan tidur. Saat akan tidur Elvano teringat pada Riolan, Elvano tertidur dengan senyumnya.

Keesokan paginya Elvano segera bersiap dan mengendarai mobilnya menuju apartemen Riolan. Saat sampai Elvano melihat Riolan yang bertengkar dengan seseorang.

'pyarrr' suara vas yang dibanting.

"Dasar ngak tau diuntung!" Ucap seorang lelaki pada Riolan.

HAPPY READING
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA
🥳🥳🥳

Kritik dan saran boleh ditulis dikomen ya
TYPO BERTEBARAN
MAAF AUTHOR SEDANG SIBUK UJIAN

SLOW UP
SEMENTARA

TRANSMIGRASI ELVANO [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang