CHAPTER 13 (Cemburu)

1.4K 76 5
                                    


HAPPY READING

Keesokan harinya, Elvano telah siap dengan kemeja dan jas-nya. Kakinya mulai berjalan menuju tempat yang sering dia datangi. Dia terdiam beberapa saat di depan pintu, akhirnya menghela nafas dan mengetuknya.

Saat pintu terbuka, terlihat Riolan yang sangat manis ketika mengenakan setelan jas. Dia tersenyum manis melihat Elvano, tangannya mulai memeluk lengannya. Mereka berdua berjalan menuju gedung pertunangan Alex.

Mereka telah sampai, saat akan memasuki ruangan Elvano berbisik. "Apa kau tau, kau begitu manis hari ini, sangat, sangat, sangat..., manis sekali." Dengan tatapan lembutnya dia melihat Riolan, seulas senyuman tipis muncul bibirnya. Riolan menatap Elvano dengan wajahnya yang mulai memanas. Detak jantungnya mulai berjalan dengan cepat. Kupu-kupu diperutnya terasa banyak, Riolan menggigit bibirnya agar tidak tersenyum.

Saat langkah pertama mereka memasuki ruang pesta, suasana langsung terasa. Lampu-lampu temaram mempertegas kilauan ornamen dan dekorasi mewah yang memenuhi ruangan. Musik menggema dengan perlahan, mengiringi tawa dan percakapan yang berbaur di antara tamu yang mengenakan pakaian terbaik mereka.

Mereka memasuki ruangan, mencari orang yang mengundang mereka. Ketika akhirnya mereka bertemu dengan kakek alex, senyumnya langsung menyambut. Dengan anggun, dia mengulurkan tangan dan mengajak mereka berbincang-bincang. Meski sudah bertemu sebelumnya, kali ini rasanya berbeda. Dia tampak berseri-seri, dan ada kilauan kebahagiaan di matanya yang tidak biasa.

Obrolan pun mengalir, dari hal-hal ringan tentang dekorasi pesta hingga kesibukan masing-masing. Setelah berbincang beberapa saat, mereka menuju meja. Saat duduk di meja, mereka berdua menikmati hidangan dengan santai sambil sesekali berbincang. Tiba-tiba, suasana berubah. Lampu-lampu meredup, dan suara musik perlahan-lahan menurun. Semua tamu yang semula berbincang atau tertawa kini diam memperhatikan ke arah tengah ruangan, di mana pasangan berdiri berdampingan.

Sang pria berlutut, membuka sebuah kotak kecil dengan cincin yang berkilauan di dalamnya. Pria itu menatap wanita dengan ekspresi datarnya yang tidak berubah. Berbeda sekali, sang wanita menatapnya dengan wajahnya yang bahagia dan berseri-seri. Saat cincin berhasil terpasangkan, para tamu mulai bertepuk tangan bahagia.

Setelah itu, Alex dan pasangannya berdiri, menyalami dan berbincang dengan para tamu. Alex menatap Riolan dan kedua temannya yang baru datang.

"Kalian berdua dari mana?" Tanya Elvano dengan mata tajamnya.

"Maaf kita telat, kita ada urusan tadi sebentar, iya kan." Bumi menjelaskan, sambil memberi kode pada Deva, dengan lengannya yang menyenggolnya. Mereka berdua terlihat sedikit canggung dan kikuk. Elvano mengabaikan mereka berdua dan izin pergi ke toilet sebentar.

Saat sampai di toilet, Elvano mencuci tangganya dan membenarkan rambutnya. Saat  keluar dari toilet, tubuhnya terdorong ke dinding. Elvano melihat Alex yang menyudutkannya dengan datar.

"Kenapa?" Tanya Elvano dengan dingin, matanya melihat Alex dengan tajam.

"Lo Dateng kesini buat gue?" Tanya Alex, matanya memancarkan harapan pada Elvano.

" Maaf, gue udah ada Riolan, Lo lupain aja semuanya." Ucap Elvano dengan pelan.

"Lo.., segampang itu?" Air mata Alex berhasil keluar. "Gue dijodohin sama ayah gue, semuanya udah hilang ya?" Suara Alex bergetar saat mengucapkannya.

"Sorry, gue nggak bisa bantu Lo" ucapnya sambil menyerahkan hadiahnya pada Alex. Melihat itu Alex memeluk Elvano untuk terakhir kalinya.

"Crakk, tring...." Terdengar suara barang jatuh.

Elvano mengalihkan pandangan, melihat siluet Riolan yang berlari. Elvano segera melepaskan pelukan Alex padanya, dengan cepat dia berlari mengejarnya.

Elvano berhasil mengejar Riolan yang berlari. Dia memeluknya dari belakang. "Kamu jangan salah paham," ucap Elvano dengan lembut. Riolan segera menepis pelukannya, menjauh dari Elvano.

"Salah paham apa? Aku lihat El, Alex meluk kamu!" Ucap Riolan dengan matanya yang sudah ber-air.

"Nggak gitu, kamu dengerin dulu penjelasan ku" ucap Elvano, berusaha menjelaskan.

Riolan segera berlari dengan cepat, meninggalkan Elvano sendirian. Elvano yang melihat kepergian Riolan menatap dengan sedu. Dia segera mencari teman-temannya, Elvano yakin teman-temannya bisa membujuk Riolan.

_pov riolan_

Riolan merasa khawatir karena Elvano tidak kunjung kembali. Dia memutuskan untuk menyusul Elvano. Saat melewati lorong menuju toilet, Riolan melihat Elvano. Dia melihatnya sedang memberikan kado pada Alex. Alek melihat Elvano dengan tersenyum lembut dan memeluknya dengan erat.

Deg

Hatinya terasa sesak, melihat Alex memeluk Elvano dengan erat. Seolah-olah tidak mau membagi dan merelakannya pergi. Riolan mundur beberapa langkah, tangannya tidak sengaja menyenggol hiasan gelas. Dengan cepat dia segera berlari, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi.

Saat berlari dia terhenti oleh tangan yang mencekalnya. Punggungnya terasa hangat oleh pelukan Elvano, aroma strawberry menyeruak memasuki hidungnya.

"Kamu jangan salah paham," bisik Elvano padanya.

Salah paham apa? Dengan jelas Riolan melihat mereka berpelukan. Riolan Dengan sedikit enggan, melepaskan pelukan elvano.

"Salah paham apa? Aku lihat El, Alex meluk kamu!" Ucap Riolan dengan matanya yang sudah ber-air. Ucapnya mengeluarkan unek-uneknya.

Riolan segera berlari tanpa mendengar perkataan Elvano. Dengan cepat dia berlari kembali ke hotel. Rasanya sakit sekali melihat orang yang dia sukai dari lama, dengan mudahnya memeluk orang lain. Ralat maksudnya dipeluk orang lain dan dia hanya diam tanpa melawan.

HAPPY READING
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA
🥳🥳🥳

TRANSMIGRASI ELVANO [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang