CHAPTER 6 (masa lalu)

983 66 3
                                    

HAPPY READING

Elvano melihat seorang wanita membanting vas pada Riolan. Elvano segera berlari dan menjauhkan wanita itu.

"Anda siapa?" Sarkas Elvano.

"Bagus disini udah ada simpenan, jangan lupa transfer mama!" Wanita itu adalah mama kandung Riolan.

"Kirim uang kalo kamu masih anak-ku!" Bentak mama Riolan sebelum pergi.

Elvano menatap tajam wanita yang pergi tersebut. Elvano kembali menatap Riolan yang sudah dibanjiri air mata. Elvano memeluk tubuh Riolan yang lebih kecil darinya sambil menyeka air mata Riolan dengan ibu jarinya. Elvano mendorong Riolan masuk kerumahnya, membawanya duduk di salah satu sofa.

"Dia ibumu?" Ucap lembut Elvano.

"I..i..iya" ucap Riolan sambil terbata-bata.

"Ceritakan semua yang terjadi. Apa yang dia lakukan padamu?!" Tegas Elvano.

"Sebelumnya aku tinggal di luar negeri dengannya. Tapi mama berselingkuh dan ayah mengetahuinya. Mereka bercerai dan mama-lah yang mendapatkan hak merawat ku.

Mama sekarang berfoya-foya, selalu minta uang padaku setiap bulan. Aku akan memberikan semua uang yang ayah kirim padaku, dengan menyisakan sedikit."

Elvano mendengarkan dengan baik sambil mengelus kepala Riolan. "Lanjutkan, kau masih menyembunyikannya bukan?" Elvano menatap Riolan dengan serius.

"Katakan semuanya!" Tegasnya pada Riolan.

Riolan merasa sedikit takut oleh ekspresi Elvano yang serius. Riolan kembali menceritakan dengan kepala menunduk.

_flashback_

Seorang anak kecil berumur lima tahun terlihat bahagia sedang bermain dengan ibunya. Seorang lelaki tua tampak sibuk membakar daging. Keluarganya terlihat sangat bahagia tanpa ada kekurangan.

"Ibu, kakak, ayo bermain bola" anak kecil berumur 6 tahun menghampiri mereka.

"Bermainlah dengan adikmu, ingat berhati-hatilah saat bermain!" Tegasnya.

"Baik ibu!" Kompak mereka berdua.

Mereka berdua menuju taman yang tidak jauh dari sana. Dengan kakaknya yang berjalan duluan, diikuti oleh adiknya dibelakang.

Tinnnnnnn!!

Klakson truk begitu kencang, sang kakak yang terkejut tidak bisa menyelamatkan adiknya. Dalam sekejap sang kakak melihat adiknya yang sudah terdorong beberapa meter. Sang adik terluka sangat parah, dengan kulitnya yang sudah terbungkus oleh darah.

"Sayanggg!" Teriak ibu mereka, berteriak pada anaknya yang sudah berlumur darah tidak sadar.

Kedua orang tua itu sibuk dengan adiknya. Kakaknya hanya mematung tidak bergerak, begitu shock dengan kejadian yang baru saja terjadi. Mereka segera menuju rumah sakit. Sayangnya dokter tidak dapat menyelamatkan adiknya.

Pemakaman adiknya dilakukan dengan penuh kesedihan. Setelah pemakaman selesai, sampai dirumahnya.

Pyyaarrrr!

Sebuah vas yang terbuat dari kaca dilemparkan sang kakak. Ayahnya hanya diam sambil melihat apa yang dilakukan oleh ibunya.

"Dasar anak pembawa siaall!!" Bentak ibunya.

"Anak-ku meninggal karna mu!!" Marahnya.

Riolan yang masih kecil hanya bisa menangis. Tangan dan kakinya terluka oleh pecahan kaca. Dia duduk sambil memeluk kakinya, tidak berani melihat ibunya yang marah.

"Kalau aja kamu ngak ngajak anak-ku semua ini ngak bakal terjadi!" Amukannya tidak kunjung reda, ibunya melemparkan semua barang yang ada di dekatnya.

"Mulai sekarang saat memperingati kematian anak-ku kau akan mendapat siksaan yang lebih kejam daripada kematian!!!" Teriknya sambil menggeret Riolan yang masih kecil menuju gudang.

Ibunya terlihat mengambil pisau entah darimana. Mendekati Riolan yang sangat ketakutan dengan tangisannya yang sangat deras.

Srekkkkk!!

Pisau itu mendarat pada punggung Riolan. Ibunya tampak menulis nama Reozen, nama anaknya yang telah meninggal. Tanpa belas kasih ibunya tampak menggores dengan perlahan, seperti membuat sebuah karya yang indah dengan senyum lebar di bibirnya. Riolan menangis sambil menjerit merasakan sakit pada punggungnya.

"Ibu maafkan aku, aku tidak sengaja!" teriaknya dengan suara yang serak, kurang minum.

"Memaafkanmu? Itu hanyalah mimpi!" Ibunya tersenyum melihat karyanya yang terlihat indah.

Ibunya kembali menusukan pisau pada telapak tangan Riolan. Pisau itu semakin dalam menembus kulit Riolan yang masih kecil. Ibunya melepaskan pisaunya, tanpa mencabut pisau yang menancap pada telapak tangannya.

"Renungkan semua perbuatanmu!!" Bentaknya sambil meninggalkan gudang dan menguncinya dari luar.

Riolan menangis meraung, merasakan sakit pada tangan dan punggungnya. Riolan hanya bisa membiarkan tangannya tertancap pisau, tanpa bisa mencabutnya. Riolan menangis hingga tertidur oleh tangisannya.

Keesokan harinya pintu masih belum kunjung dibuka. Riolan hanya bisa memandangi pintu dalam kegelapan. Riolan merasa sangat lapar hingga perutnya terasa sakit.

Beberapa jam Riolan memandangi pintu sambil terisak tanpa bisa menangis. Terdengar suara pintu terbuka dari luar. Secara perlahan pintu itu terbuka menunjukan sosok ayahnya.

Ayahnya membawanya untuk diobati, dan memberinya makan. Hanya keheningan yang mengisi, ayahnya hanya diam tanpa berniat untuk bicara.

_flashback off_

"K..karena itulah, s..setiap tahun ibu akan menyiksaku." Riolan menceritakan sambil terisak.

"Sebenarnya ibu baik, hanya saja setelah adik-ku meninggal ibu berubah" Riolan menangis dengan deras mengingat semua perlakuan ibunya.

Elvano memandang dengan sangat marah. Elvano ingin menemui wanita itu dan menyiksanya, hingga tidak ingin hidup di dunia.Elvano melihat Riolan yang menangis, ekspresinnya berubah lebih lembut.

"Siapa nama ibumu?" Tanya lembut Elvano.

"SINTYA ANGGRANIA" Riolan menjawab tanpa tau apa yang ingin dilakukan oleh Elvano.

"SINTYA ANGGRANIA" gumam Elvano dengan deep voice-nya.

HAPPY READING
SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA
🥳🥳🥳

TYPO BERTEBARAN
VOTE JIKA SUKA

TRANSMIGRASI ELVANO [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang