Sore hari ini terlihat mendung, sepertinya akan segera turun hujan. Memandang ke arah jendela entah apa yang ia pandang, tersenyum lalu mengambil selembaran kertas untuk membuat sebuah perahu.
“Kayanya kalo aku main air hujan bakalan seru deh,” ucapnya sembari membawa hasil karya yang telah di buatnya.
Berlari ke luar rumah dengan jas hujan yang sudah di kenakan. Menari-nari di atas derasnya air hujan, membuatnya sedikit merasa tenang. Perahu kertas yang ia buat melaju mengikuti arus air yang mengalir, ia mengejarnya dengan tawa di bibirnya.
“Aku akan mengejar perahu itu sampai aku menyerah dengan sendirinya,” gumamnya dengan kaki yang terus melangkah.
“Ish, tunggu aku perahu!”
Gadis itu berhenti berlari ketika seseorang berteriak memanggil namanya di dalam rumah.
“Rinjani, masuk! Jangan terus main hujan nanti kamu sakit. Besok masih harus sekolah!” panggil Ibunya sembari membawa sebuah payung di tangannya.
“Ih Ibu, padahal aku masih mau main!” Ia mengerutkan bibirnya, berjalan dengan gontai ke arah dimana suara itu berasal.
Rinjani Liani Rembulan itu lah namanya. Gadis berkulit hitam manis ini memiliki bulu mata yang lentik serta rambut panjang bergelombang.
Rinjani merupakan seseorang yang cukup tertutup akan dirinya. Dia selalu merasa bahwa, menceritakan sesuatu yang dia rasakan kepada orang lain hanya menambah beban bagi pendengarnya. Namun dia siap menjadi seorang pendengar ketika seseorang ingin bercerita kepadanya.
Rinjani masuk ke dalam rumah sesuai dengan arahan Ibunya. Ia kembali memasuki kamar setelah membersihkan diri terlebih dahulu.
Ia sudah mengenakan baju piyama berwarna biru muda dengan earphone yang terpasang di telinganya.
Tangannya kini mulai mencari lagu kesukaannya untuk diputar. Tidak hanya mendengarkan lagu, ia juga senang akan membaca buku novel. Rinjani bernyanyi mengikuti lantunan lagu yang di dengarnya.
"Bawalah pergi cintaku
Ajak kemana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta.."
Meskipun suaranya terdengar tidak terlalu bagus namun, menurut Rinjani yang terpenting adalah pembawaanya saat bernyanyi.
"Sebentar lagi mau tidur ah, lagian gak ada lagi yang harus aku lakuin," gumamnya.
Ting...
Rinjani mengerutkan dahi, berpikir siapa yang sudah mengirimkannya pesan. Ia mematikan lagu kesukaannya yang masih berputar. Ia segera membuka pesan yang tertera di layar ponsel miliknya.
Hai, temenin aku ngobrol
Rinjani hanya membaca pesan yang ia pun tidak tahu siapa yang mengirimnya. Ia bermain sebuah aplikasi yang dimana di dalamnya banyak sekali orang yang berkenalan secara virtual.
Sambil membereskan kembali buku-buku yang telah ia baca, Rinjani menerima telepon dari orang yang mengirimnya pesan.
"Aku gak suka basa-basi, boleh gak kamu pura-pura jadi seseorang yang special buat aku? maksudnya kamu respon aku seolah-olah aku ini pacar kamu, gimana?" tanya seorang pria di balik telepon itu.
"Kenapa harus aku? Yang lain kan banyak, coba ke mereka aja deh!" sahut Rinjani di ujung telepon.
Karena kesal ia langsung mematikan teleponnya secara sepihak dan kembali membereskan bukunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
akara
Genç KurguJika setiap pertemuan seseorang akan berakhir dengan perpisahan, akankah kisahku dengannya sama dengan kisah orang lain di luaran sana? Meskipun perpisahan itu sudah menjadi hal yang biasa, semoga kita tidak pernah mengalaminya. Tuhan, aku tahu dia...