15. Kekuatan Di Antara Kegelapan.

100 11 0
                                    

Author POV

Suasana di kamp Qiandra semakin tegang seiring dengan mendekatnya gelombang serangan baru. Para mafia, yang sebelumnya terlibat pertikaian, mulai memahami betapa gentingnya situasi ini. Bagi mereka, menyelamatkan diri dari ancaman besar lebih penting daripada menyelesaikan dendam lama. Mereka mulai bersiap-siap, meskipun masih ada ketidakpercayaan di antara mereka.

Adel, yang berada di garis depan, memperhatikan setiap gerakan pasukan. Dia tahu bahwa kekuatan musuh kali ini bisa jauh lebih mengerikan dari sebelumnya. Cahaya merah yang semakin terang di kejauhan memberikan tanda bahwa makhluk-makhluk buas yang tak terhitung jumlahnya akan segera menghancurkan apa pun yang menghalangi jalan mereka.

Taufik menghampiri Adel, suaranya bergetar meski ia berusaha terlihat tenang. "Kita siap, tapi ini bukan seperti serangan sebelumnya. Ada sesuatu yang lebih besar datang bersama mereka."

Adel mengangguk, matanya memancarkan determinasi. "Aku tahu. Tapi kita tidak bisa mundur sekarang."

Tiba-tiba, angin bertiup lebih kencang, membawa serta suara-suara aneh dari balik kabut hitam. Tanah bergetar di bawah kaki mereka. Dari kejauhan, bayangan besar mulai muncul, siluet-siluet hitam dengan ukuran raksasa. Tubuh-tubuh mereka melengkung dan berjalan dengan cara yang tak lazim, sementara suara langkah mereka seolah menghancurkan segala sesuatu di bawahnya.

"Apa itu...?" bisik salah satu prajurit elit Qiandra dengan ngeri.

Adel menarik napas dalam-dalam, memegang erat pedangnya. “Itu bukan sesuatu yang biasa kita hadapi... tapi kita harus siap.”

Pasukan elit Qiandra bergerak cepat membentuk formasi, bersiap menghadapi gelombang makhluk-makhluk itu. Di sisi lain kamp, para mafia yang sudah berjanji untuk setia pun mengambil posisi, meskipun jelas terlihat ketakutan di wajah mereka. Kali ini, mereka menghadapi sesuatu yang lebih mengerikan daripada konflik internal mereka.

Di tengah kepanikan, Adel melirik ke arah Shakhara. Sosok itu masih berdiri tenang, tak tergerak oleh ancaman di depannya. Adel tahu bahwa kekuatan besar itu bisa menjadi kunci untuk bertahan hidup, namun dia juga tahu risiko besar yang datang bersamanya.

“Shakhara, apakah kau akan membantu kami?” Adel bertanya dengan hati-hati, meski sebagian besar dari dirinya berharap untuk bicara dengan Zee.

Shakhara hanya menyeringai, auranya semakin pekat. “Aku tidak akan membiarkan diriku dihancurkan oleh makhluk-makhluk lemah itu. Tapi kau harus tahu, setiap kali aku menggunakan kekuatan ini, Zee semakin jauh. Kau siap kehilangan dia?”

Adel terdiam sejenak, berjuang antara perasaan dan logika. Dia tahu bahwa saat ini, mereka sangat membutuhkan kekuatan Shakhara, namun dia juga tidak bisa mengabaikan apa yang mungkin terjadi pada Zee.

“Kita akan menemukan cara untuk menyelamatkan Zee,” jawab Adel tegas. “Tapi untuk saat ini, kita butuh kekuatanmu.”

Shakhara hanya tersenyum dingin sebelum perlahan mengangkat tangannya. Energi hitam yang melingkari tubuhnya mulai berputar lebih cepat, menembus tanah, dan menciptakan lingkaran kekuatan di sekelilingnya. Adel bisa merasakan tanah di bawah kakinya bergetar hebat, dan dengan suara yang hampir seperti raungan, kekuatan besar itu dilepaskan.

Gelombang energi hitam itu menghantam makhluk-makhluk raksasa yang mendekat, menghentikan langkah mereka seketika. Makhluk-makhluk itu berteriak dalam kemarahan, namun jelas bahwa kekuatan Shakhara membuat mereka mundur. Untuk sementara, pasukan Qiandra mendapatkan waktu yang sangat berharga.

Namun, di balik keberhasilan sementara itu, Adel tahu ini belum berakhir. Pertempuran yang lebih besar masih menanti di depan, dan pertarungan batin Zee dengan Shakhara hanya akan semakin rumit.

𝐌𝐀𝐅Ì𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang