"Cantik nggk dit?"
Laki laki yang dipanggil Radit itu menoleh, memperhatikan sebuah foto di ponsel yang diperlihatkan temannya, Fariz.
"Yee ditanya malah diem bae." Fariz menarik ponselnya kembali. Dia kembali memandangi foto itu senyum senyum sendiri, ngezoom dikembalikan dizoom lagi dikembalikan lagi. Mirip sekali dengan orang yang sedang kasmaran. Padahal foto itu lebih mirip paparazi dari jauh, lebih banyak buramnya daripada foto jelasnya.
"Dia siapa ?"
Suara itu menyadarkan lamunan Fariz yang tadi senyum senyum sendiri. Dia menoleh pada Radit yang kini juga tengah menatapnya, sedikit kebingungan. Apanya yang siapa? Fariz mengusap tengkuknya, dia bingung. Menyebalkan sekali temannya yang satu ini, tiap kali dia suka sama orang Radit yang kena semprotnya ikut diganggu oleh ke randoman dan bucinya si Fariz. Apakah dia akan seperti Fariz juga jika jatuh cinta? Hal itu membuat Radit tersenyum terpaksa, dia merebut paksa ponsel milik Fariz yang hendak ditahan oleh laki laki itu. Kembali menunjukan foto tadi kehadapan Fariz dengan kecerahan yang lebih seperti cahaya ilahi.
"Ini nih" Radit menunjukkan gambar di ponsel itu tepat di hadapan wajah Fariz. Hal itu membuat Fariz menampilkan wajah masam, tidak suka.
"Salma." Jawabnya ketus, lantas mengambil paksa ponselnya dari tangan Radit. Dia tidak asing dengan perempuan itu. Perempuan yang punya nama baik disekolah, siswi perempuan yang punya banyak prestasi. Paling populer diantara para guru, tapi Radit tidak mengetahui namanya dia hanya sering melihatnya bersama Nada, teman satu kelasnya.
"Salma?" Radit mengulang kata yang sempat di ucapkan Fariz.
Temannya itu mengangguk.
"Iya namanya Pandya Salma Rinjani."
Radit mengangguk angguk kepala, yah menurut standarnya perempuan yang mempunyai nama Salma itu cantik dan manis mungkin? Namanya juga indah sepertinya ibu dari perempuan itu suka menyelipkan nama nama indah pada nama putrinya.
"Anak kelas mana?"
"Kelas sebelah 12-3." Fariz masih memandangi foto itu, ya tuhan penampakan temannya yang sedang kasmaran sedikit membuatnya cemas Fariz bisa gila karna perempuan.
Kelas 12-3 yah dia masuk jajaran anak anak paling disiplin dan pintar satu angkatan. Tidak heran dia sering berseliweran masuk Ig kelas atau Ig sekolah foto bersama sebuah piala dan juga beberapa orang teman sekelasnya.
Ternyata selera Fariz tinggi juga. Nggk main main mau deketin anak olimpiade. Tapi emang si Fariz termasuk laki laki yang punya tipe tinggi terhadap perempuan, nggk sembarangan di sukai. Mantan gebetan nya aja termasuk jajaran anak berprestasi kalo nggk yaa anak yang berpengaruh di sekolah.
"Selera Lo tinggi juga ternyata." Radit menoleh hal itu membuat Fariz tertawa.
"Iyalah, kita itu harus cari cwe yang punya privilege baik disekolah. Biar apa? Biar kita nanti ketularan."
Raditya menatapnya datar, mulailah temannya itu mengeluarkan kalimat kalimat bijak soal cinta. Padahal satu pun mantan pdkt an nya belum pernah dapet.
"Kayaknya buat yang ini gue nggk akan nunda lagi dit, klo bisa." Kata Fariz sambil terus memandangi foto itu. Radit menaikan satu alisnya, maksudnya Fariz mau pdkt sama si Salma itu? Yang bener.
"Beneran? Mau pdkt sama dia?"
Fariz mengangguk mantap yaa dimana lagi dia bisa bertemu dengan perempuan cerdas, punya prestasi dan punya senyum yang manis. Sayang kalo dianggurin. Tapi setelah itu Fariz langsung menghela nafas, dia menurunkan foto Salma itu dan meletakkan diatas meja.
"Tapi bisa nggk ya dit?" Wajah Fariz kusut
Astaga kenapa lagi dengan anak ini, Radit menepuk dahinya pelan. Tadi aja sok bijak, sok optimis ini malah sekarang ke PD an nya turun.
"Lo tau kan, si Salma emang mau dengan seorang Fariz yang yaa lo tau sendiri lah."
"Bahkan dulu mantan gebetan gue aja langsung infill liat tingkah gue." Lanjutnya
"Jangan anggap Salma sama dengan perempuan itu, gue liat dia nggk pilih pilih amat soal temen."
"Lo tau dari mana?"
"Dari liat mukanya."
Fariz tertawa lalu tersenyum kecil, kembali mengambil foto Salma di atas meja lantas memandanginya.
Radit menghela nafas, yah semoga untuk yang kali ini teman nya itu beruntung. Dia membiarkan Fariz masih memandangi foto paparazi salma itu, hingga sebuah panggilan membuatnya menoleh.
"Dit?!"
"Iya" Balas Radit sedikit berteriak, dia menoleh ke arah sumber suara dimana seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut digerai berada.
Dia melambaikan tangan, dan disebelahnya ada seorang perempuan lagi berdiri tinggi badan keduanya tidak terlalu banyak berbeda hanya saja tinggi badan temannya itu jauh lebih tinggi ya bisa dibilang jarang ada anak perempuan dengan tinggi hampir 160 cm, nah itu yang ada dipikiran Radit sekarang, sedikit menerka tinggi badan dari teman dari temannya. Padahal dia bukan anak paskibra melainkan anak olimpiade geografi dan anak sastra terbaik didikan pak Agam.
Nada berdiri diambang pintu memanggil Radit dengan suara keras dan di balas Radit juga sedikit keras. Nada melambaikan tangan meminta Radit untuk menyusulnya di ambang pintu dia bersama seseorang tapi tidak asing di indera penglihatan nya.
Radit tiba di samping nada, seorang perempuan yang masih memakai kacamata baca itu menatap matanya. Tatapan matanya percaya diri dan tajam. Dia sedikit menyunggingkan senyum, kala tatapan matanya melihat Radit. Hal itu membuat seorang Raditya membeku, senyumnya manis.
"Gue Salma." Gadis itu mengulurkan tangan, meminta tanda perkenalannua dengan Raditya lewat jabat tangan.
"Raditya." Radit balas menyaut uluran tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randhu
Teen FictionAku seperti lampiasan rasa dari seorang penulis disana. "Aku tau Rin, aku salah. Sering membuatmu kecewa adalah kesalahanku. Namun. aku juga tidak bisa untuk membangkang kepadanya. Disisi lain aku bingung harus memilih perempuan yang aku cintai atau...