5

3 3 0
                                    

"Mas Alif kenapa beliin Salma motor? Kan tau sendiri nggk bisa pakenya."
Salma menggerutu, dia belum pernah sama sekali belajar mengendarai motor. Alif saja belum pernah mengajari.

Terdengar suara tawa renyah di ujung telefon sana. Alif tertawa melihat wajah masam adiknya. Meski sudah 17 tahun adiknya itu tetap saja terlihat kecil dimatanya.

"Mas beliin itu biar kamu nggk bingung mau kemana mana. Sekarang kan nggk ada mas yang bisa nganterin kamu."
Jelas Alif sambil terus memperhatikan wajah Salma yang cemberut di layar ponsel miliknya.

Salma menghela nafas, dia tidak marah Alif membelikannya motor hanya saja dia tidak habis pikir dengan kakaknya itu. Kuliah saja baru selesai 6 bulan yang lalu, lantas dari mana dia bisa mendapatkan uang. Meski mas Alif selesai kuliah dalam waktu 3,5 tahun dan itu semua ditanggung beasiswa oleh kampus tapi tetap saja uangnya bisa buat keperluan di kota sana.

"Kebutuhan mas Alif disana gimana kalo uangnya buat beliin Salma motor?"

Salma mengangkat ponselnya lalu berjalan keluar kamar, dia menuruni anak tangga untuk pergi ke dapur mencari cemilan. Salma membuka rak gantung yang berada di atas etalase piring dan gelas. Dia menimbang mana cemilan yang pas karna di dalam rak itu banyak terdapat cemilan dengan berbagai rasa, yahh mas Alif yang mengiriminya tiap bulan memastikan adik kecilnya itu tidak kurang camilan.

"Ya nggk gimana gimana, kebutuhan mas aman, kamu nggk usah pusing. Mending latihan tu pake motornya."

Diseberang sana, Alif terlihat mengobrol dengan temannya. Dia menoleh kebelakang. Sementara Salma sibuk menguyah keripik kentang yang memiliki bungkus berwarna hijau.

Dia juga meraih dua buah jeruk dan satu buah apel yang berada di atas meja makan. Lalu membawanya duduk di ruang tengah.

"Iya deh iya, nanti Salma latihan."

"Nah bagus tu, jangan lupa buat SIM nya. Kakak tutup dulu telfon nya yaa masih ada kerjaan."

Alif melambaikan tangan tak urung juga Salma ikut melambaikan tangan sepersekian detik kemudian panggilan video itu usai. Salma tersenyum, mas Alif adalah tipe laki laki yang sangat green flag dia memperlakukan Salma sangat sangat baik, tidak pernah sekalipun membentak adik perempuannya.

Ponsel milik adik dari seorang yang bernama Pramada Alif Mahameru itu masih menampilkan roomchat bersama kakaknya. Sebuah pesan masuk lagi dari mas Alif tentunya. Sedikit menimbulkan getaran di tangan Salma ketika pesan dari mas Alif masuk.

Mas alipliplip: jangan buat kelayapan motornya ya adik manis😊

Salma menghela nafas, mana ada mau dibuat kelayapan, dia saja tidak tau cara mengendarainya.

Salma : Iya deh iyaa

Mas alipliplip: pinter deh adiknya mas

Salma mengangguk, iya lah anaknya ibu. Anaknya ibu semua nggk ada yang gagal. Lihat saja contohnya, mas Alif bisa masuk ke universitas ternama dengan jalur tes karena telat kuliah satu tahun serta bisa selesai kuliah dalam jangka waktu 3,5 tahun dengan bantuan beasiswa dari universitas. Tidak hebat mana lagi coba kakak laki lakinya yang satu itu.

Karena Alif memang dekat dengan adik perempuannya sehingga membuat salma tidak pernah kekurangan kasih sayang dari figur seorang laki laki meski bapak telah meninggal. Alif berusaha selalu ada untuk Salma. Meski begitu dia tau gerak gerik adiknya ketika sedang mood atau tidak, gampang saja melihat dari sikapnya.

Salma yang makan cemilan dengan santai ketika melakukan panggilan video dengannya menandakan moodnya sedang baik. Sehingga dia bisa tenang melihat Salma baik baik saja.

Salma masih sibuk menguyah keripik ketika pandangan matanya jatuh ke motor matic yang berdiri manis di ruang tamu rumah. Motor yang memiliki warna navy itu beberapa bagiannya masih terbungkus karna baru diantar belum lama sekitar 2 jam lalu. Dan detik setelah motor itu sampai dirumah Salma langsung melakukan panggilan video dengan Alif menunjukkan motor yang baru saja sampai di rumah dan juga menanyakan alasan kenapa Alif bisa membelikannya motor.

Salma meletakkan bungkus keripik di meja isinya tandas dalam sekejap lantas meraih sebuah jeruk yang ada disamping nya, dia sekarang berfikir siapa yang akan melatihnya mengendarai motor sedangkan ibu saja tidak bisa beliau setiap hari berangkat bekerja naik kendaraan umum, begitupula dengan Salma. Hanya mas Alif yang biasa mengendarai motor tapi sekarang jauh di kota. Apa lebih baik menunggu mas Alif pulang dari kota? Tapi itu masih lama, kakaknya itu masih ada urusan pekerjaan setelah masa studi nya selesai sehingga salma tidak bisa berharap Alif pulang lebih cepat.

Mungkin Salma akan meminta bantuan nada untuk mengajarinya. Lagipula anak itu biasa nganggur dirumah setelah pulang sekolah, jadi lebih baik Salma meminta diajari nada. Satu persatu buah jeruk yang sudah terkelupas dari kulitnya itu masuk ke dalam mulut Salma. Gadis itu menoleh ketika mendengar suara rintik air jatuh mengenai atap teras.

Hujan turun membasahi komplek perumahan. Suaranya merdu ketika jatuh diatas genting. Salma mendongak melihat jendela. Awan kelabu disana menurunkan airnya sedikit demi sedikit ketika sebuah pesan masuk di ponselnya.

Fariz OSIS : Maaf sal, kaya nya besok nggk jadi ketemu. Ada urusan mendadak, maaf yaa🙏

Notifikasi dari Fariz muncul di layar kunci. Salma menghela nafas, dia baik baik saja meski tidak bertemu dengan Fariz tapi kenapa laki laki itu meminta maaf. Apa benar dia menyukai salma seperti yang dikatakan nada beberapa hari yang lalu?

RandhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang