"Tuhhh kan gue ngmng apa, Fariz sama Radit itu suka sama Lo sal." Nada berteriak histeris hingga membuat siswa di depan koridor menoleh ke arahnya. Nada hanya nyengir, dia mengangguk kecil menandakan permintaan maafnya.
"Iya tapi kan kalo bener mereka bikin gue bingung." Salma menghela nafas, dia duduk di bangku yang ada di koridor depan kelasnya. Tadi nada mampir untuk meminjam catatan mapel umum tapi Salma yang bercerita tentang pertanyaan Radit kemarin membuat nada sedikit penasaran dan ya benar dugaannya dari gerak gerik 2 sohib itu mereka menyukai seorang yang sama. Entah Fariz maupun Radit juga sering bertanya tentang Salma ke Nada.
"Gue harus gimana, nad? Gue bingung kalo misal harus milih." Lanjutnya. 2 sohib itu kini benar benar membuat Salma bingung.
"Nggk gimana gimana. Kalo Lo mau, pilih aja satu, kalo nggk ya nggk usah milih. Gue yakin pertemanan mereka nggk akan bubar meski Lo jadian sama salah satu diantara mereka." Nada ikut duduk di samping Salma, dia merangkul pundak Salma yang ya mungkin untuk sedikit membuat perempuan itu sedikit tidak gundah.
Salma terlihat menghela nafas, dia terbayang rentetan chat dari Fariz dan juga sikap Radit padanya satu per satu momen itu berputar seperti kaset lama di pikirannya.
"Jangan bingung, ya udh gue balik dulu. Buku Lo gue bawa dulu yak."
Nada beranjak berdiri dan menoleh kembali ke arah Salma yang masih duduk dibangku.
"Oh iya satu lagi, kalo diantara 2 sohib itu nyakitin Lo bilang ke gue."
Nada melambaikan tangan, dia sedikit berlari karena suara bel pertanda masuk kelas sudah terdengar. Salma masih menghela nafas, dia melihat dari kejauhan Raditya dan Fariz berjalan beriringan dari arah kantin. Fariz yang juga melihat Salma dari kejauhan melambaikan tangan pada Salma. Disisi lain, Radit yang melihat Fariz melambaikan tangan menoleh juga ke arahnya.
Gadis yang mengenakan bandana berwarna biru itu menatap dua laki laki dari kejauhan. Salma bingung, haruskah dia membalas lambaian tangan Fariz atau membalas senyum Raditya yang lebar ke arahnya. Demi membalas keduanya secara langsung Salma kini melambaikan tangan sekaligus tersenyum itung itung membalas sapaan 2 sohib itu sekaligus.
Di tempatnya kini berdiri baik Fariz maupun Raditya salting sendiri. Muka mereka memerah melihat Salma yang membalas sapaan mereka.
"Tuh dit, gue mplenyot cuma di senyumin aja, apalagi senyumnya behhh manis banget dah." Fariz menunjuk mukanya sendiri, dia melompat kegirangan sambil berlari ke kelasnya.
Disisi lain Radit masih diam ditempat, dia kini memperhatikan Fariz dan Salma bergantian. Akankah perasaanya pada Salma salah? Mengingat Fariz juga menyukai perempuan itu.
Radit tidak berniat untuk menyukai salma. Benar benar tidak ada niatan. Perasaan itu tumbuh begitu saja. Tapi Radit tidak bisa dengan mudah memangkas perasaan itu. Dia menyukai salma dan tidak ada yang bisa memungkiri hal itu di benak seorang Raditya.
Masih ditatapnya Salma dari depan kelasnya hingga perlahan tubuh gadis itu beranjak dari tempatnya karena guru mapel selanjutnya sudah memasuki kelas.
Radit masih diam di tempat, dia tiba tiba teringat suatu hal.
3 tahun yang lalu
Seorang laki laki berlari kearah temannya yang duduk di kursinya.
Haikal, teman Raditya di kelas 9 kini duduk di kursi depan temannya. Dia yang baru kembali dari perpustakaan untuk rapat ekstra karya ilmiah remaja kini sedang tersenyum lebar.
"Radit, gue lagi seneng banget hari ini"
Radit yang sedang memainkan ponselnya menoleh.
"Gue jadian sama gendis." Teriak Haikal sambil memperlihatkan ponselnya.
Radit memperhatikan foto yang ada di ponsel milik Haikal seksama. Seorang gadis berambut sebahu tengah senyum sambil membawa buket bunga berwarna biru muda. Disampingnya Haikal juga tersenyum lebar.
"Kalian jadian kapan?" Radit bertanya pelan. Hatinya sakit, tapi demi temannya dia akan tetap menanggapinya.
"Tadi pas jam istirahat, seneng banget gue. Akhirnya cewe yang gue incer sejak tiga tahun lalu sekarang jadi milik gue."
Apa tiga tahun? Berarti sejak Radit mulai menyukai gendis. Haikal, temannya sendiri juga menyukai gadis itu. Raditya tersenyum miris, memang benar apa kata orang. Semakin dekat pertemanan seseorang makin besar kemungkinan untuk menyukai hal yang sama. Dan ini terjadi pada pertemanan Raditya dan Haikal sekarang.
Tanpa diminta Haikal bercerita banyak hal. Radit tetap mendengarkan meski hatinya sakit mendengar setiap kata kata Haikal. Tidak, bukan salah Haikal Radit patah hati. Laki laki itu tidak pernah bercerita bahwa naksir dengan seorang perempuan. Sedangkan Haikal seringkali menunjukan ketertarikan dengan gadis itu.
Laki laki yang memakai kacamata itu menceritakan sejak pertama kali dia menghubungi gendis karna urusan ekstra, lalu pdkt hingga bagaimana mereka jadian. Yahhh, Radit sedikit iri. Pasalnya Haikal mampu untuk memulai duluan dengan menghubungi gadis itu. Sehingga tidak langsung memberi kode tertarik dengan gendis.
Sedangkan Raditya? Dia sangat pasif, laki laki itu hanya mampu untuk memendang gendis dari jauh. Tidak ada pergerakan untuk tidak hanya sekedar menghubungi via chat.
Dan ya sekarang temannya sendiri yang mendapatkan cinta pertamanya.
Raditya menggelengkan kepala, bisa bisanya dia teringat kejadian tiga tahun yang lalu. Laki laki itu mengusap wajah hingga sebuah tepukan mendarat di bahunya. Raditya menoleh, persis dibelakangnya Fariz tersenyum lebar.
"Lo mau tetap disini atau mau dihukum suruh nulis lima belas puisi?" Fariz menunjuk lorong koridor.
Disana terlihat pak Agam tengah menuju ke arah mereka. Hingga Fariz benar benar menarik tangan Raditya untuk masuk ke kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Randhu
Novela JuvenilRaditya Mahardika, seorang anak dari golongan keluarga menengah ke atas. Orang bilang hidupnya sempurna, semua fasilitas ada. Semuanya serba bisa Tapi... Radit tidak pernah merasakan rasa bebas. Dia strict parents. Kalian tidak salah mendengarnya. S...