4

6 4 0
                                    

"Bapak Raditya silahkan tanda tangan di sini." Fariz mengulurkan 2 lembar kertas pada Raditya meminta laki laki itu untuk membubuhkan tanda tangan disana. Dia melebihkan panggilan, seolah olah meminta tanda tangan kepada atasan padahal kertas itu hanya sekedar absen rapat dan evaluasi kegiatan MPLS.

Radit menyaut kertas itu, membubuhkan tanda tangan disana di bawah tanda tangan Fariz. Dia lalu mengoper pada teman satu organisasinya yang duduk persis dibelakang kursinya. Dia menoleh pada Fariz yang seperti sedang membaca ulang sebuah roomchat dengan seseorang. Temannya yang memiliki rambut sedikit kecoklatan itu tersenyum lebar sejak tadi.

"Lo kenapa?" Radit mengangkat satu alisnya heran, dia hendak mengintip apa yang di baca Fariz tapi temannya itu cepat sekali menutup roomchatnya yang kini Raditya simpulkan seorang perempuan.

"Oh belum cerita yaa." Fariz membenahi posisi duduknya sedikit mendekat pada Radit.

"Kemarin gue ngechat Salma. Bukan kemarin aja si, udh lumayan lama semenjak dia pusing pas MPLS."

Yeahhh Radit sudah menduga, pasti perempuan tapi dia tidak berekspektasi itu adalah Salma. Ya walaupun sedikit ada kecurigaan itu Salma tapi Radit tidak menyangka kalau Fariz bakal secepat itu.

"Dan Lo tau dia ternyata ramah orangnya, nggk sombong juga nggk pilih pilih amat cuma gue rada ngerasa dia nggk menganggap gue lebih dari seorang temen. Yaa bisa gue liat si dari balesannya." Fariz meng scroll layar ponsel, dia menghadapkannya tepat ke muka Raditya meminta temanya untuk membaca.

Radit mengangguk, benar apa yang dikatakan nada padanya. Perempuan yang memiliki nama belakang Rinjani itu memang ramah, tapi tak sembarang orang bisa dekat dengannya. Buktinya chat dari Fariz terbalaskan tapi Salma hanya sekedar menjawab apa yang Fariz tanyakan tidak lebih tidak kurang. Jawabannya pun terbilang singkat, hanya ala kadarnya.

"Kalo Salma justru Deket sama orang lain gimana riz?"

Bukan maksud apa Radit menanyakan hal itu, dia hanya tidak ingin temanya patah hati untuk kesekian kalinya.

Hal itu membuat Fariz langsung menoleh. Dia mengerutkan dahi, ponsel yang semua dia pegang kini tergeletak diatas meja.

"Iya nggk gimana gimana. Lagipula gue belum berada di fase cinta sama Salma jadi kalo misal dia Deket sama orang lain itu nggk masalah si."

Rapat evaluasi kegiatan MPLS selesai. Semua peserta rapat berhamburan keluar dari ruangan multi media disekolah. Suara riuh saling bercerita pun turut terdengar tepat setelah rapat itu selesai.

Fariz membenahi barang barangnya di atas meja. Kini dia dan Radit berjalan beriringan menuju ke parkiran.

Radit hanya mengangguk mendengar penuturan dari Fariz. Dia tau Fariz mulai bijak untuk mengolah perasaan tidak sembarangan lagi untuk menyukai seorang perempuan. Raditya hanya khawatir jika dia suka dengan Salma, dia tidak ingin melukai hati temannya itu. Tapi kepribadian Salma mirip sekali dengan teman SMP nya. Dia takut untuk menyukai seorang perempuan lagi.

Sifatnya sangat mirip. Bukan, bukan berarti Radit menyukai salma karna mirip temannya, hanya saja dia khawatir akan satu hal.

Dulu Raditya kalah dengan dengan sahabatnya sendiri. Mereka ternyata menyukai seorang perempuan yang sama. Radit yang kalah usaha membuat dia gagal mendapatnya cinta pertamanya. Dan hal itu membuat seorang Raditya sedikit menarik diri dari yang namanya perempuan. Dan yaa kini dia bertemu dengan seorang Salma. Dia memiliki kepribadian yang mirip dengan perempuan yang dulu pernah mengisi hatinya. Tapi rasa terpaksa di hilangkan karna kalah dengan temannya.

Dan Radit tidak ingin Fariz merasakan hal yang dulu dia rasakan. Sangat menyakitkan tapi apa boleh buat, itu diluar kuasanya dia hanya bisa berharap perempuan itu kini bahagia bersama pilihannya.

"Jangan ngelamun dit, mending kita cari makan."

Raditya tersadar dari lamunannya ketika Fariz menepuk pundak. Dia mendapati temannya itu sudah mengenakan helm.

"Mau makan apa?"

"Nasi Padang umma gimna?" Fariz menoleh pada Raditya, hingga temannya itu mengangguk menyetujui. Rapat dari pagi membuat perutnya lapar ditambah tadi hanya di beri Snack saja tidak ada makanan berat.

Radit mengangguk, dia ikut memakai helm dan mengejar Fariz yang sudah memacu motornya di jalan raya.

Selama 10 menit motor keduanya berjalan di jalan raya. Fariz memberhentikan motornya persis di depan warung nasi Padang.

WARUNG MAKAN PADANG UMMA UMI

Tulisan itu terpampang jelas di depan warung makannya. Fariz langsung melenggang masuk kedalam setelah memarkirkan motor nya sementara Raditya masih berdiri di depan rumah makan sambil melepas helm, dia meneliti setiap inci dari rumah makan itu. Sangat sangat khas dengan warung makan orang Minang.

Seorang wanita paruh baya terlihat menghampiri Fariz yang melihat lihat menu.

"Umma, Fariz pesen kaya biasa ya?"

Wanita yang memakai kerudung lebar itu mengangguk, wajahnya terlihat seperti orang Minang. Mungkin orang rantauan yang membuka usaha rumah makan itu yang berada di fikiran Raditya.

"Itu temen mu nggk di ajak masuk?"

Fariz menoleh, dia tersenyum datar melihat Radit masih berdiri di ambang pintu.

"Woi dit, klo Lo nggk mau masuk minimal jangan berdiri di depan pintu dong. Kasian sama pembeli yang mau masuk."

Radit yang menyadari hal itu hanya tersenyum canggung lantas melenggang masuk ke dalam rumah makan menyusul Fariz. Dia melihat lihat semua menu makan yang tersaji di depan sebuah etalase depan rumah makan.

"Lo mau makan apa?"

"Samain aja."

Fariz mengangguk lantas mengajak Raditya duduk di salah satu meja yang berada hampir di pojok agar mereka leluasa mengobrol.

Sementara itu, umma sangat cekatan menyiapkan makanan. Wanita yang mengenakan kerudung lebar berwarna coklat itu meletakkan rendang, nangka, telur balado dan sambal di atas piring. Lalu menyeduh teh.

Dia menyuruh seorang karyawan nya untuk mengantar ke meja Fariz.

"Silahkan mas."

Radit mengangguk, dia mulai melahap makanan yang berada di depannya. Menyuapnya hingga rasa dari makanan itu masuk ke indra pengecapnya.

"Enak kan?" Fariz bertanya di sela sela kunyahan. Hal itu membuat Raditya mengangguk, lumayan juga warung Nasi Padang pilihan Fariz. Batinnya.

RandhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang