8

6 2 1
                                    

Hujan deras turun membasahi kota juga termasuk membasahi SMA Angga Nirmala yang berada di pinggir kota itu. Seorang gadis yang memiliki rambut panjang, tengah memandang langit yang kelabu, dia menghela nafas hampir dua jam lebih hujan tidak kunjung reda. Dia duduk di bangku koridor yang dekat lapangan voli untuk melepas sepatu juga kaos kaki. Salma meruntuki diri bisa bisanya ceroboh tidak membawa sendal ketika tau kota tempat kelahirannya itu sudah memasuki musim hujan.

Gadis itu mengembangkan payung berwarna blue sky yang tidak pernah absen ada di dalam tasnya. Ketika payung itu mengembang sempurna barulah tangan kanannya menenteng sepatu pantofel miliknya. Dia akan menerjang hujan itu untuk sampe ke halte. Salma tidak mungkin menunggu hingga hujan itu reda bisa bisa ketika angkutan umum sudah tidak ada, hujan itu baru berhenti.

Ketika kaki kecil pucat milik Salma  mulai menapaki lapangan voli tiba tiba terdengar petir menggelegar. Salma berjingik kaget, dia hampir terjatuh karna terpleset genangan air pinggir lapangan voli ketika sebuah tangan memegang bahunya.

"Lo nggk papa?"

Salma mengangguk, payung yang tadi di pegangnya sudah terseret angin hingga ketengah lapangan voli. Sebab saat dia kaget, tangannya reflek melempar payung berwarna blue sky hadiah dari mas Alif sebelum berangkat ke kota.

"Lebih baik duduk dulu."

Salma memegang dada sebelah kirinya, petir tadi membuat jantungnya tidak stabil. Hingga tangannya mengeluarkan keringat dingin. Radit ikut duduk di samping sama ketika pandangan matanya menangkap raut wajah Salma yang memucat

"Kok Lo pucet sal?"

Radit panik melihat wajah Salma yang memucat. Dia reflek memegang tangan gadis itu yang kini dingin.

Laki laki itu menoleh ke kiri dan ke kanan koridor sekolah sudah sepi. Tidak ada seorang pun yang lewat lagi. Jam pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Ditempatnya berdiri sekarang hanya ada dia dan Salma. Radit bingung harus meminta tolong pada siapa.

Bibir Salma yang tidak terpoles pewarna apapun sangat terlihat pucat. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya guna mengusir rasa dingin dan anxiety yang muncul akibat mendengar bunyi petir tadi. Hal itu tidak luput dari atensi Raditya.

Laki laki itu reflek melepas jaket berwarna navy yang ada di tubuhnya untuk dipakaikan pada Salma. Disampirkannya pelan, pada bahu salma hingga membuat gadis itu menatap Raditya.

"Lo tetap disini, jangan pergi kemana mana. Gue bakal balik. Janji tetep disini oke?"

Laki laki itu berlari menyusuri koridor, meninggalkan Salma yang mematung sambil memegangi jaket navy yang oversize di tubuhnya.

Hujan bertambah deras, Salma suka hujan bahkan sangat sangat suka. Hanya saja gejala anxiety nya akan muncul jika mendengar suara yang keras seperti petir. Sejak ayahnya meninggal dia selalu takut dengan suara keras.

Gadis itu kembali memandangi koridor tempat Raditya berlari. Sikap laki laki itu membuat hatinya hangat, dia seperti mas Alif tapi dengan perlakuan yang berbeda.

Hingga sebuah tapak kaki menyadarkan lamunannya. Raditya kembali dengan membawa kantung air panas kecil berwarna pink.

"Tangan Lo dingin tadi."

Raditya berjongkok, laki laki itu sedikit menarik tangan salma. dia meletakkan kantung air panas di atas kedua telapak tangan gadis itu memintanya untuk menggenggam. Sedangkan tanganya bergerak untuk menggosok punggung tangan Salma yang juga dingin. Seketika rasa hangat mulai menjalar pada telapak tanganya. Kantung air panas dan gosokan tangan Radit pada punggung tangan Salma membantu banyak.

Salma menatap Radit yang berjongkok di depannya. Menatap laki laki itu yang sibuk menggosok lembut punggung tanganya berusaha agar tangan itu tetap hangat.

"Makasih." Salma berujar pelan.

Hal itu membuat Raditya mendongak, menatap wajah pucat Salma yang kini tersenyum padanya. Raditya ikut  tersenyum lantas mengangguk dan kembali menggosok tangan Salma dengan lembut.

Tanpa Raditya sadari, seseorang berdiri di ujung koridor. Dia menatap nanar perlakuan Raditya pada perempuan yang dia suka. Hatinya seperti dihujam ribuan peluru. Sungguh sakit sekali. Apakah sekarang aku akan kalah dengan sahabatku sendiri ?

Fariz berbalik arah, dia berjalan memutar untuk pergi ke parkiran. Menghindari untuk bertemu salma ataupun Raditya.

***

Haiii ges......
Makasih udah mau stay di ceritaku sampe bab 9 ini😊😊

Tetep stay ikuti Raditya, Fariz sama Salma yak

Kira kira gimana perkembangan hubungan Fariz sama Salma yaa🤔 setelah dia tau sohibnya juga suka sama gebetannya.

Apa Fariz sama Radit bakal tetep sohib pan??🤔

Janlup pantengin part selanjutnya

Bye....
Lup lup buat kalian semua 🫶

Tertanda

isnibna

RandhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang