Bab 25. Tanda

19K 2.1K 586
                                    

Selamat hari jumat semuanya ❤️ saat nya bertemu Paduka dan Kedele ✨️🔥

Siapkan hatinya

Happy Reading

Agnor telah berusaha tenang begitu Malika dengan suka rela rebah di sisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agnor telah berusaha tenang begitu Malika dengan suka rela rebah di sisinya. Gadis itu dengan damai tidur di samping Agnor, tanpa mempedulikan Agnor kapan-kapan saja bisa menyerangnya.

Apakah Malika berpikir si orang sakit ini tidak akan bisa melakukan apa-apa? Sebenarnya Agnor tak ingin melakukan hal tak bermoral seperti ini. Namun, sejak kapan Agnor peduli dengan moral?

Ia akhirnya bertekuk lutut pada keinginan untuk mencicipi manis memabukannya bibir Malika. Ia ingin kembali mereguk rasa yang membuatnya rindu untuk menyesapnya kembali. Ia ingin mengulangi ciuman panas mereka terakhir kali di apartemennya, ciuman panas yang membuat Agnor berakhir tak bisa tidur dan begitu cabul membayangkan Malika ketika ia memuaskan diri sendiri.

Seperti dugaannya, lembut bibir Malika masih sama, manisnya pun masih sama. Yang berbeda hanya keadaan Malika yang tak membalas lumatan demi lumatan bibirnya. Bibir lembut itu tak bergerak sedikit pun walau lidah basah Agnor menjilatnya, membuat warna liptint Malika perlahan pudar.

"Malika ..."

Agnor ingin lebih, ia ingin menyusup ke dalam mulut Malika dan membuat gadis itu melenguh atas permainan lidah keduanya. Untuk sesaat Agnor berhenti, tatapannya jatuh pada kemeja Malika yang gadis itu jadikan outer. Haruskah Agnor lepaskan?

Belum sempat otaknya memproses apa yang ia inginkan, tangannya telah lebih dulu menyingkap kemeja Malika. Menampilkan bahu mulus dan tank top hitam di baliknya.

Lelaki itu meneguk ludah susah payah. Ia ingin sekali mengerjai seluruh tubuh Malika, tapi ... keadaan tak memungkinkan. Seharusnya Agnor dirawat di rumah saja. Toh lukanya tak terlalu parah. Dengan begitu, ia bisa puas melakukan apa pun tanpa terhalang gerak oleh infus sialan ini.

Malika yang telah terbangun ketika Agnor melumat bibirnya perlahan membuka mata. Ternyata bukan halusinasinya, lumatan basah bibir Agnor benar-benar nyata. Lihat saja tatapannya yang persis layaknya hewan buas mengintai mangsa. Dalam dan tajam seakan mengoyak seisi kepala Malika.

Alih-alih menjauh dari sumber bahaya, tangan Malika malah terulur menyentuh pipi Agnor yang tengah berbaring miring di sisinya. Pipi lelaki itu masih lebam, sudut bibirnya pun belum sepenuhnya sembuh. Tidak kah terasa sakit ketika mencium Malika?

"Lo nggak marah?" tanya Agnor pelan.

"Hm?"

Agnor membiarkan jemari Malika berpuas diri menyusuri pipinya. "Gue ... nyium lo tanpa izin."

"It's oke."

"Serius?" Tangannya yang bersarang jarum infus ikut menyusuri pipi Malika. Pelan, penuh kehati-hatian. Begitu Malika mengangguk atas jawabannya, Agnor kembali bertanya. "Boleh minta lagi?"

Paduka Agnor (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang