Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah
. . .
Lakshita kini berada di dalam mobil, menuju rumahnya. Setelah pembicaraan yang sedikit canggung antara dia dan Kafka tadi.
Tapi tidak bisa di pungkiri Kafka adalah orang yang cukup menyenangkan.
Tunggu, apa dia barusaja memikirkan Kafka?
Laks menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikirannya tentang lelaki itu.
Setelah itu, Laks memandang keluar jendela mobil. Menghela napas lelah.
Setiap dia dalam perjalanan pulang, selalu seperti ini. Seperti ada sesuatu yang menyegahnya. Dia seperti tidak ingin pulang ke rumah lagi, tetapi tidak di perbolehkan untuk pergi.
Laks hanya diam memandangi gedung-gedung tinggi yang dia lewati, sampai akhirnya sampai di rumah.
Saat memasuki perkarangan rumahnya, Lakshita tersenyum. Lalu turun dari mobil setelah mengucapkan terimakasih.
Inilah rumahnya. Rumah tempatnya pulang.
Memandang rumah itu sejenak, ia melebarkan senyum, lalu berjalan masuk. “Assalamu’alaikum. Shita pulang…”
Tidak ada jawaban, seperti biasa. Lakshita terus tersenyum, menaiki tangga menuju kamarnya.
Saat membelokkan kaki, terlihat ibu nya sedang berada di ruang tengah lantai dua. Sepertinya sedang bersantai.
Beberapa saat terdiam, Akhirnya Laks memutuskan untuk menyapa.
Lagi-lagi melebarkan senyumnya. “Ibu…” ia memanggil.
Ibunya menoleh kearahnya dan tersenyum. “Kamu sudah pulang rupanya.”
Laks mengangguk, lalu duduk di samping ibunya. “Ibu sedang apa disini? Menunggu ayah?” tanya nya.
Ibunya menggeleng. “Sedang duduk saja. Ayahmu sedang ke luar negeri, tidak bisa ditunggu.” jawab ibunya.
Lakshita menatap ibunya lama. Biasanya ibunya akan ikut kemanapun ayah nya pergi, dan meninggalkan nya. Tumben sekali kali ini ibunya tidak pergi.
“Oh iya, Laks. Ibu ingin bicara.” ujar ibunya, menghadapkan badan ke arahnya.
Laks pun kembali menatap, menunggu apa yang akan dikatakan oleh ibunya. “Ibu dan ayah harus menetap lagi di Kanada.”