Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Assalamu'alaikum." salam nya sambil tersenyum.
Profesor Shofie yang sedang membolak balik berkas itu mendongak, dan tersenyum lebar begitu melihat Lakshita. "Wa'alaikum salam. Kamu sudah sampai."
Setelah bersalaman dan berpelukan sebentar, sang tuan ruangan mempersilakan Laks untuk duduk. Sementara Profesor Shofie membuatkan minuman.
Laks melihat sekeliling. "Kamu baru merenovasi ruangan?" tanya nya. Sebab satu bulan yang lalu saat dia datang, belum seperti ini dekorasinya. Terutama yang paling menonjol adalah pohon apel cukub besar di samping jendela.
Sambil membawa minuman, sang empu ditanya menjawab. "Ya, Laks. Ini baru selesai tiga hari lalu. Kau tau, aku bosan dengan interior nya yang sudah bertahan lima tahun." jawabnya.
Mendengar itu Laks tertawa.
Sejak Profesor Shofie pulang dari Amerika lima tahun lalu, Laks sangat sering datang kesini. Saat itu Profesor Shofie masih menjadi Wakil Direktur. Satu tahun lalu ayahnya meninggal, dan Profesor Shofie lah yang menggantikan nya di posisi itu.
Dulu Shofie pertama kali mengambil jurusan Psikolog di Universitas Indonesia. Namun saat semester akhir, dia berbanting arah ke Spesialis penyakit dalam, dia meninggalkan Indonesia saat itu juga. Dan melanjutkan studinya di Universitas Harvard, Cambridge.
Dari yang Laks dengar, ada sebuah kejadian yang membuat nya seperti itu. Kejadian menyakitkan yang membuatnya enggan kembali ke tanah air, sampai gelar Profesor di dapatnya, dan karena dia ingin menemani Lakshita. Barulah dia memutuskan untuk kembali.
Laskhita mulai mengenal Profesor Shofie sejak Profesor Shofie masih tinggal di Inggris, tepatnya delapan tahun lalu.
Mereka saling kenal lewat sosial media, saat itu Shofie membuat lapak untuk seseorang bisa bercerita apapun kepadanya lewat pesan. Dan Laks mengikutinya secara asal. Begitulah akhirnya Laks merasa nyaman bercerita, hanya pada Shofie.
Tentu Laks datang menemuinya saat Profesor Shofie sudah pulang bukan berniat mencari obat. Dia menemui Profesor Shofie karena Shofie pernah bercerita jika dulunya jurusan yang dia ambil adalah Psikolog.
Laks ingin ditemani tanpa dihakimi.
Profesor Shofie sempat bingung, tapi lama-lama dia mengerti, bahwa Laks tidak butuh obat, dia juga tidak ingin mencarinya. Dia hanya ingin bercerita pada orang asing, yang bisa memahami dirinya.
Seseorang yang tidak dikenal oleh satupun keluarganya, dan seseorang yang jauh. Jadi dia tidak perlu sungkan atau berpikir dua kali.