11

12 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . .


Pada pagi harinya, pukul enam Lakshita terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.

Mimpi.

Tanpa sadar dia menghela napas sedikit lega.

Laks mengusap wajahnya, menatap tempatnya terbaring. Ini kasur. Berarti semalam dia pingsan lagi. Laks menghela napas lagi. Saat hendak kembali berbaring, dia teringat sesuatu. Dan langsung bangkit karena itu.

Ayahnya ada di rumah bukan? Apa itu artinya kini ayahnya tahu, tentang kebiasaan pingsan, atau bahkan tahu tentang penyakitnya?

Lakshita berniat keluar dan memastikan nya sendiri, namun saat baru saja dia hendak memutar gagang pintu, pintu itu sudah lebih dulu dibuka dari luar. Rupanya itu paman Udin.

"Paman." panggil Lakshita lirih. Paman Udin tersenyum tenang. "Kamu sudah bangun." ujarnya. Lakshita mengangguk.

Laks segera bertanya perihal ayahnya. "Dimana ayah?"

Paman Udin mengerti dengan arti pertanyaan Lakshita. Ia menggeleng setelahnya. "Tidak ada dirumah." jawabnya.

Laks terdiam. Benar, ini sudah sering terjadi. Baguslah jika ayahnya tidak mengetahui apapun.

Sementara paman Udin merutuk dirinya sendiri karena tidak memberitahu Lakshita jika ayahnya lah yang paling khawatir semalam.

Mau bagaimana lagi, Harun melarangnya memberitahu Lakshita. Paman Udin menghela napas berat tanpa sepengetahuan Lakshita.

"Turunlah, bibi Santi sudah menyiapkan makanan." suruhnya.

Laks menoleh, "Bolehkah-" belum selesai, paman Udin sudah memotong ucapannya.

"Tidak, Laks. Aku sudah cukup sabar membiarkanmu tidak pernah makan. Jangan lagi."

Lakshita langsung menutup mulutnya rapat-rapat, menganggukan kepalanya patuh.

Paman Udin menggelengkan kepala heran, ia sudah kehabisan kata-kata.

"Mobilmu sudah di ambil. Kamu masuk kuliah hari ini?"

Laks mengangguk, "Ya, tapi kelas siang." jawabnya.

Paman Udin mengangguk paham. Saat hendak keluar ia teringat sesuatu, lalu mengeluarkan benda dari sakunya. Rupanya jam tangan.

"Dini hari tadi, temanmu datang dan memberi ini. Dia bilang kau meninggalkan nya di mobil." ujar paman Udin, menyerahkan arloji itu. Kemudian Laks menerimanya.

Senja & Kepergianmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang