14

8 2 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . .

"Selamat ulang tahun, Laks."

Lakshita tertegun. Dia bahkan tidak ingat ini hari ulang tahunya, dan sepertinya memang tidak ada yang mengingatnya. Selain pria di depan nya ini, Kafka.

Ini hari ulang tahunnya. Tepatnya tanggal delapan bulan Mei.

Dia menatap apa yang di serahkan Kafka padanya. Itu seperti sebuah kotak pena, berwarna hitam dan tampak mengkilap. Laks menatap Kafka. Pria itu masih tersenyum tipis padanya.

"Ambil lah." ucap Kafka. Menyerahkan benda pipih di tangan nya.

Laks yang masih tertegun itu mengambilnya dalam diam. 

Benar ini kotak pena, tertulis merek Parker di atasnya. Dia menatap Kafka, "Merek ini mahal sekali." 

Tapi Kafka tidak bereaksi apa-apa.

Laks kemudian membuka kotak itu, terlihat pena berwarna abu-abu gelap di dalam nya.

Lakshita memandangi pena itu lama. Sampai tiba-tiba air matanya mengalir.

Kafka yang menyadari itu sedikit terkejut. "Ada apa, Laks? Mengapa kamu menangis?" tanya nya pelan. 

Laks menggelengkan kepala mendengar itu, tapi masih tetap diam. Kafka pun hanya bisa berdiri diam di depan gadis itu. Dia tidak bisa mengusap air matanya, tidak bisa memeluknya. Yang dia bisa dan mampu hanya menemaninya.

Hanya menemaninya.

Lima menit setelah itu, Laks mengusap air matanya. Dia tertawa kecil. "Maaf, aku suka sekali pena nya." ujarnya sesenggukan.

Kafka melihat gadis itu. "Kenapa menangis?" tanya nya dalam.

Lakshita menunduk lagi. "Tidak apa... hanya saja-" dia terdiam lagi, menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Hanya kamu orang yang mengingat hari ini, Kaf. Bahkan aku tidak mengingat hari lahirku sendiri."

"Hanya kamu..."

Kini Kafka lah yang terdiam. Lakshita menangis lagi sambil menggenggam kotak pena nya erat.

Sampai beberapa saat, mereka masih berdiri disana. Menikmati keterdiaman masing-masing.

Kemudian tiba-tiba rintik hujan turun, membuat mereka mau tidak mau tersadar dari diamnya. Kafka meraih tasnya diatas pagar, menutupi kepala Lakshita dan mengajaknya meneduh di lantai dasar gedung Fakultas Komunikasi.

Lakshita tertawa kecil begitu menyadari kedua lengan mereka basah, menatap Kafka. Dan lelaki itu lebih basah karena yang dia tutupi hanya kepala Lakshita, bukan kepalanya sendiri.

Dia lalu melihat sekeliling. Kafka yang menyadari itu segera bicara. "Banyak orang disini, tidak apa-apa." ucapnya. Laks menoleh, tersenyum mengangguk.

Mereka lalu duduk di kursi panjang yang ada disana. Saat Laks hendak duduk, Kafka mencegahnya dan menyuruhnya bergeser sedikit jauh. Lalu Kafka menggantikan nya menduduki tempat itu. Laks segera paham saat dia melihat seorang pria juga duduk di samping Kafka.

Senja & Kepergianmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang