14

422 44 9
                                    

ReWrite


.

.

.


Pagi di kediaman keluarga Watanabe hari ini terasa sangat berbeda. Setidaknya itu yang dirasakan oleh pasangan yang lebih dewasa ketika melihat putra mereka dan cucu mereka tampak akrab.

Haruto yang setiap pagi biasa mereka lihat enggan memperhatikan Hiro hari ini melakukan hal sebaliknya. Pandangan Haruto banyak tertuju pada Hiro, tak jarang juga dirinya membantu mengolesi roti panggang milik Hiro atau sekedar membantu mengisi gelas minum Hiro.

Kedua orangtua Haruto tak bisa menyembunyikan senyum terharu mereka usai melihat pemandangan langka itu. Mereka tersenyum sepanjang acara sarapan sampai tak sadar jika objek mereka sudah menyelesaikan sarapan mereka.

"Ibu dan Ayah kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Haruto usai menyadari keanehan di diri orangtuanya.

"Ah! Itu!" ny. Watanabe menggeleng cepat tanpa memudarkan senyum dari wajah cantiknya, "Ibu hanya senang melihat interaksi kamu dan Hiro. Ibu terharu sekali sampai rasanya ingin menangis," ucapnya.

Mendengar itu, Haruto pun tersenyum lalu melirik Hiro.

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk berubah, Bu. Aku tidak ingin penyesalanku menjadi lebih dalam jika aku terus menyia-nyiakan kesempatan bersama putraku. Karena itu aku ingin belajar menjadi ayah yang baik," ungkap Haruto.

"Syukurlah. Ayah senang mendengar keputusanmu, Haruto. Ayah yakin kamu pasti bisa menjadi ayah yang baik untuk Hiro," ucap tn.Watanabe.

"Benar, ibu juga sangat yakin," timpal ny.Watanabe.

Haruto tersenyum usai mendapatkan dukungan dari orangtuanya. Dirinya pun sangat berharap bisa menjadi ayah yang lebih baik untuk Hiro agar bisa memperbaiki semua kesalahannya.

"Kalau begitu aku dan Hiro berangkat dulu ya, Ibu, Ayah. Aku harus mengantar Hiro ke tempat Junkyu dulu agar Hiro berangkat dengan mereka," ungkap Haruto.

Kedua orangtua Haruto mengangguk kompak. Tak lupa mereka menitipkan salam mereka pada Haruto dan Hiro untuk disampaikan ke Junkyu dan Hana.

Setelahnya semuanya siap, Haruto dan Hiro bergegas masuk ke dalam mobil. Hiro duduk di kursi depan, di samping ayahnya yang akan mengemudi.

"Seatbelt-nya sudah dipakai?" tanya Haruto.

Hiro tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Sudah, ayah," jawabnya.

Senyum Haruto kembali mengembang ketika mendengar nada bicara Hiro. Walaupun bukan yang ceria seperti Hana, Haruto tetap senang karena kali ini Hiro berbicara tanpa ada rasa takut.

Haruto sangat senang mendengarnya.

"Baiklah. Kita berangkat sekarang!" ucap Haruto sedikit bersemangat agar putranya antusias.

Namun, tampaknya Hiro terlihat biasa-biasa saja, tidak antusias seperti apa yang sudah Haruto bayangkan.

Sial! Aku malu sekali, batin Haruto.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Haruto bergegas menyalakan mesin mobil lalu mulai mengendarai kendaraan beroda empat itu meninggalkan area rumah.




~oOo~

ReWriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang