05

238 38 13
                                    





Setangkai bunga tulip putih tertata rapi di atas batu nisan bertuliskan nama Choi Junhee.

Orang yang meletakkan bunga tulip itu menyatukan kedua telapak tangannya, lalu menggumamkan doa yang hanya diketahui oleh Tuhan dan dirinya sendiri.

Usai doa itu terucap, kelopak mata yang terpejam pun perlahan terbuka. Iris coklat muda yang berkilau, memancarkan keindahan alami yang dapat menjerat hati pun muncul.

"Sudah kuduga kamu pasti akan datang ke tempat ini hari ini, Junkyu-ya."

Kim Junkyu, orang yang sedang mengunjungi makam Choi Junhee, menoleh ke belakang untuk mendapati teman masa kecilnya, yakni Park Jeongwoo.

Pria Park itu sudah semakin dewasa. Wajah khas anak-anak nakal tak ada lagi terlihat di wajahnya. Jeongwoo tumbuh menjadi pria matang yang hampir membuat Junkyu tak percaya kalau dia adalah Park Jeongwoo.

"Ini hari ulang tahun Junhee, tidak mungkin kan kalau aku tidak datang setelah kembali ke Seoul?" ucap Junkyu.

Senyum ibu satu anak itu mengembang, membuat Jeongwoo yang melihatnya ikut tersenyum.

Lantas Jeongwoo berjalan menghampiri Junkyu. Ketika dirinya sampai, Jeongwoo pun turut meletakkan bunga tulip yang ia bawa untuk Junhee.

"Sepertinya dia masih belum datang mengunjungi Junhee. Aku tidak melihat bunga khas yang biasa dia belikan untuk Junhee," ucap Jeongwoo.

Di sampingnya, Junkyu menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Kemudian ia memainkan jari-jemarinya di atas pahanya sendiri.

"Masih belum siap bertemu Haruto?" tanya Jeongwoo.

Saat itu angin berhembus cukup kencang, menyatu dengan sunyinya suasana sehingga membuat Junkyu semakin merasa gugup.

"Aku kasihan sekali pada Haruto, Kyu. Aku, Asahi, dan Jaehyuk, kami bertiga sudah bertemu denganmu lagi cukup lama semenjak kau pergi menghilang tanpa kabar. Tapi Haruto... dia bahkan tidak tahu kamu sekarang ada dimana," ujar Jeongwoo.

Tatapan Jeongwoo tertuju pada sisi samping wajah Junkyu. Kemudian ia rangkul pundak Junkyu dengan tangan kanannya hingga membuat sahabatnya itu menatap ke arahnya.

"Aku tidak bisa menjamin seberapa lama aku bisa menahan diri untuk merahasiakan keberadaanmu. Karena di sisi lain, aku tak tega pada Haruto. Begitupun dengan Asahi dan Jaehyuk," ucap Jeongwoo.

Pria Park itu menarik nafas lalu menghelanya. Ia tarik tangannya dari pundak Junkyu, kemudian mengacak-acak rambut hitam milik Junkyu sambil terkekeh.

"Cepat atau lambat, kamu pasti akan bertemu dengan dia. Apalagi ketika aku tahu kalau Hana sekarang satu sekolah dengan Hiro. Besar kemungkinan kamu akan bertemu Haruto lagi, cepat atau lambat. Jadi persiapkan hatimu ya," ucap Jeongwoo.

Setelah mengatakan kalimat panjang yang menghantarkan desiran kuat di hati Junkyu, Jeongwoo melangkah pergi dari sana.

Kepergian Jeongwoo terus dipandangi Junkyu. Sampai punggung tegap dan lebar itu tak lagi tumpuk, barulah Junkyu mengalihkan pandangannya kembali ke nama Choi Junhee.

Aku harus bagaimana, Junhee-ya?





~oOo~

ReWriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang