09

417 66 4
                                    




.

.

.



Turut membantu Haruto menjaga Hiro mungkin bisa dikatakan sebagai keputusan terberani yang sudah Junkyu ambil, sekalipun lelaki itu tidak pernah meminta bantuan padanya.

Tapi bila mengingat apa yang sudah terjadi di masa lalu, Junkyu tak bisa hanya terus menerus merasa bersalah. Junkyu ingin melakukan sesuatu yang setidaknya bisa sedikit menghapus dosanya pada mendiang Junhee.

Dari semua cara yang muncul, menjaga Hiro adalah keputusan yang Junkyu ambil. Bukan serta merta karena ingin menebus kesalahannya, tapi Junkyu juga ingin Hana memiliki teman bermain karena ia sekarang sudah tidak bisa sesantai dulu.

Seminggu setelah perbincangannya dengan Mashiho adalah hari dimana Junkyu mulai menjaga Hiro.

Haruto masih belum tahu soal hal ini. Jujur saja Junkyu takut Haruto marah dan menganggapnya lancang jika dia tahu Hiro dititipkan padanya.


Tapi berkat dorongan kata-kata dari Mashiho dan orangtua Haruto, Junkyu mulai meyakinkan diri untuk siap menjelaskan pada Haruto apabila pria itu nanti marah padanya.

Berhubung Hiro mulai hari ini akan bersamanya dari pulang sekolah sampai sebelum jam makan malam, Junkyu akan membuatkan anak itu bekal juga seperti Hana. Tidak akan Junkyu biarkan anak itu membeli makan sembarangan.

"Ibu, itu Hiro," ucap Hana saat mereka berdua baru saja tiba di depan gedung sekolah.

Junkyu pun segera menatap ke arah yang dimaksud oleh Hana. Benar saja, di dekat pintu lobi ada Hiro yang sedang duduk sendirian sambil menundukkan kepala.

Teringat kalau hari ini Hiro sudah tidak lagi berangkat sekolah bersama sepupunya membuat Junkyu mengerti bagaimana perasaan Hiro sekarang. Sudah pasti anak itu sedih karena sepupu yang biasa mengantarnya sampai ke kelas kini sudah tak ada lagi.

"Hana, ayo hampiri Hiro," ajak Junkyu sambil tersenyum.

Hana mengangguk lalu berjalan cepat menuju Hiro.

"Hiro!" panggil Hana.

Hiro mendongak, menatap tepat ke arah Hana serta Junkyu yang berjalan di belakang gadis kecil itu.

"Kamu sedang apa sendirian disini? Kenapa tidak langsung pergi ke kelas?" tanya Hana sesampainya di samping Hiro.

Hiro diam. Dirinya hanya menatap Hana sebentar sebelum akhirnya kembali menundukkan kepala.

"Hiro?" panggil Hana.

Hana tepuk pundak Hiro, tapi tak mendapat respon sama sekali dari Hiro. Laki-laki kecil itu masih setia menatap ke arah lantai.

"Hiro."

Suara lembut Junkyu terdengar memanggil nama Hiro.

Ibu satu anak itu pun kemudian menempatkan dirinya di depan Hiro, lalu mengusap rambut Hiro yang sangat halus dan wangi.

"Hiro pasti masih sedih ya ditinggal kak Hajoon?" tanya Junkyu.

Hiro melirik Junkyu dengan sorot mata yang sudah bisa membuat Junkyu menebak bagaimana perasaan anak itu sekarang.

"Hiro tenang saja, masih ada Hana yang bisa temani Hiro bermain. Siang nanti juga Hiro ikut dengan bibi ke toko seperti waktu itu. Nanti bibi juga akan buatkan roti yang enak untuk Hiro. Jadi jangan lama-lama sedihnya, ya? Masih ada Hana dan bibi kok," ucap Junkyu sambil terus mengusap rambut Hiro.

ReWriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang