ReWrite
.
.
.
Sudah terhitung lima hari berlalu semenjak Haruto mengetahui alasan sebenarnya dibalik kepergian Junkyu.
Jika ada yang berpikir selama lima hari kebelakang ia mencoba untuk menemui Junkyu dan meminta maaf. Maka pikiran kalian salah. Haruto hanya berdiam diri di rumah sepulang bekerja selama lima hari berturut-turut.
Pikirannya terus bekerja keras, mencari cara untuk memperbaiki kesalahannya yang sangat besar itu.
Ini tidak mudah. Bahkan beberapa kali pikiran untuk mengakhiri segalanya dengan cara yang buruk sering terbesit di kepala Haruto.
Beruntung dirinya masih memiliki sedikit kewarasan sehingga tak ada satupun ide buruk itu yang hendak ia laksanakan.
Sore ini, di depan halaman rumahnya, Haruto yang sedang mendapatkan jatah libur sedang menikmati secangkir teh dan buku album kenangannya bersama Junhee, Junkyu, dan yang lain.
Di dalam album foto itu, Haruto baru menyadari bahwa dibanding Junhee, foto Junkyu lebih banyak ia simpan–meskipun sebagian dari foto tersebut adalah foto-foto dengan pose aneh.
Saat sedang asyik memandangi kenangan di masa lalu, suara pintu gerbang yang dibuka membuat Haruto sedikit terusik.
Awalnya Haruto mencoba untuk tidak peduli akan siapa yang datang. Paling kalau bukan orangtuanya pasti teman-teman orangtuanya.
Namun, saat suara cempreng yang sangat khas di telinga Haruto memanggil namanya membuat Haruto seketika menoleh.
"Paman Haru!"
Haruto terbelalak.
Disana, di dekat pintu gerbang yang terbuka, Hana melambaikan tangan sambil tersenyum cerah padanya. Anak itu berjalan bersama dua orang yang sangat Haruto kenal.
Melihat Hana berjalan ke arahnya sambil tersenyum membuat Haruto sedikit menarik ujung bibirnya ke atas. Andai saja dirinya tak mengingat pesan Jeongwoo, Haruto pasti akan mendekati Hana lalu memeluk putri kandungnya itu.
"Paman kemana saja? Kok tidak pernah jemput Hiro pulang sekolah lagi? Padahal Hana ingin bertemu dengan paman lagi tahu," ucap Hana sesampainya ia di depan Haruto.
Haruto yang mendengar perkataan Hana pun tersenyum. Ia rendahkan tingginya di depan Hana, kemudian mengusap kepala gadis kecil itu hingga membuat Hana kembali tersenyum manis.
"Maaf ya? Pekerjaan paman tidak bisa paman tinggalkan, jadi sulit bagi paman untuk menjemput Hiro sekaligus bertemu lagi denganmu," ujar Haruto, sambil menahan perih di hatinya ketika harus menyebut dirinya sendiri sebagai paman.
Padahal yang berbicara dengannya sekarang adalah putri kandungnya.
Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa seenaknya mengaku sebagai ayah kandung Hana. Dirinya harus terlebih dahulu mendapatkan maaf dari Junkyu, sekaligus mendapatkan izin untuk mengakui siapa dirinya pada Hana.
Dari Hana, tatapan Haruto kini beralih pada Junkyu. Detik itu juga Haruto bangkit berdiri tanpa melepaskan pandangannya barang satu detik saja.
"Kudengar dari kakakku kalau kamu yang menjemput Hiro pulang akhir-akhir ini," ucap Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReWrite
ספרות חובביםWatanabe Haruto, telah kehilangan istri tercintanya, yakni Choi Junhee, di usia muda usai melahirkan buah hati mereka. Hidup Haruto seketika hancur, seperti buku cerita yang dibakar hingga habis tak bersisa. Tak ada harapan untuk cerita kisahnya be...