"Plis... hiks.. hikss... jangan bully gue terus..." ucap gadis malang itu sembari memohon kepada para pembully didepan nya.
"Hah?!" Mereka pura pura tidak dengar permohonan yang diungkapkan oleh gadis itu dianggap hanyalah bagaikan angin lalu.
Mereka para pembully sudah melancarkan aksinya dari beberapa menit yang lalu, melakukan perbuatan yang selalu dilakukan nya sebagai bentuk rasa nafsu besar untuk menyiksa gadis yang tidak memiliki salah apa-apa.
Hanya ada mereka berempat dan ia sendirian berada di gudang tua belakang sekolah, para pembully melancarkan aksinya di saat jam istirahat. Gadis yang terbully ini niatnya hanya menuju ke kantin untuk mengisi perutnya dengan jajanan disana sehingga sebelum menuju ke tempat itu ia sudah di cegat oleh mereka duluan.
Dia dibawa kesini, gudang kosong yang konon katanya angker menurut cerita dari teman teman nya mana hal itu dari cerita itulah yang membuatnya ia merasa ketakutan setengah mati ketika ia dibawa kesini.
Jam istirahat telah berakhir dan mereka berencana untuk keluar, aksi bully ini sudah selesai pada akhirnya yang mana mereka pergi dari lokasi kejadian dengan meninggalkan nya.
Posisi korban bully dalam jatuh tersungkur itu berusaha untuk berdiri agar bisa bersama keluar dari tempat ini tapi salah satunya yaitu pembully tadi malah menendang kepalanya yang memegangi kaki si pembully tersebut.
"Kenapa lo pegang-pegang kaki gue? Jijik tau nggak kaki gue dipegang!"
"Hikss... hikss..." dia menangis, "plis... jangan tinggalin gue disini plis..."
"Eh?? Hello... kalau elo mau kabur ya elo berdiri dong masa lo harus pake acara pegang kaki gue"
"Plis... plis... jangan tinggalin gue.. plis..."
Mereka tidak mengubris dengan permohonan anak itu yang mereka lakukan dan pikirkan adalah bagaimana mereka bisa cepat cepat untuk sampai kelas dalam keadaan mendekati jam masuk.
Ia ditinggalkan bahkan dengan sempatnya mereka mengunci dengan kunci slot dari pintu luar gudang.
Yesa yang dalam keadaan hampir menyamai lumpuh ia seperti tidak memiliki tenaga untuk sekedar duduk. Kaki, tangan, punggung, serta kepala ia merasakan sakit yang teramat sakit akibat dari penyiksaan yang dialaminya.
Jadi banyak hal yang mereka siksa pada anggota tubuhnya, seperti membentur benturkan kepalanya sampai sampai berdarah pada pelipis kemudian memukul kaki dan tangan nya dengan kayu yang tertancap paku hingga keduanya berdarah.
Kacau sudah keadaan nya di tambah lagi ia dikunci dari dalam, lengkap sudah.
Tidak ada jalan keluar dan hanya ia seorang di dalamnya, di dalam ruang gelap hanya mengandalkan cahaya terpancar dari jendela atas.
Andaikan saja jika jendela itu pendek, ya minimal paling 1,5 meter tapi sayang nya dan jalan satu satunya selain pintu adalah menuju jendela. Jendela setinggi 7 meter itu tidak akan memungkinkan ia untuk bisa memanjat keatasnya.
Sekarang apa yang ia lakukan, hanya menunggu seseorang membukakan pintu nya dan itu sangat mustahil mengingat sudah bangunan ini telah lama dikosongkan dengan bumbu bumbu seram yang mungkin saja tidak ada seorang pun yang berani masuk bahkan berada di wilayah ini pun mungkin tidak.
Di sisi lain ketika guru di kelas sedang mengajar mereka dikejutkan dengan bangku kosong yang ada di depan. Bangku yang di tempati oleh Yesa ini membuat guru bertanya dengan murid lainnya akan keheranan.
Setiap jam setelah istirahat Yesa tidak pernah berada di kelas, hanya dia seorang yang belum masuk ke kelas. Memang ada beberapa anak bolos dipelajaran tertentu di kelas ini tapi yang tersorot dan membuat semua guru merasa heran adalah pada sosok Yesa ini.
Ketika bertanya dan mengapa Yesa tidak ada di dalam kelas setiap sehabis Istirahat lalu salah satu diantara mereka akan menjawab.
Menjawab dengan memutar balikan fakta, sebagian besar anak di dalam kelas tentu tahu kalau Yesa pasti dikunci di suatu ruangan tapi mereka memilih untuk tidak ikut ikut menambahkan.
Selain hanya karena tunduk dan takut pada empat cewek pembully ini juga mereka tidak peduli dengan sosok Yesa itu.
Apanya yang spesial dari sosok Yesa? Dia hanyalah gadis bodoh dan tidak berguna, menjadi beban bagi teman teman nya. Beban yang harus di basmi tidak berarti apa-apa untuk mereka. Kalau di tanya terkadang di jawab beda dengan apa yang ditanya dalam arti kalau anak itu tidak nyambung diajak bicara.
Anak rada-rada konslet.
Guru yang mendengar penjelasan dari si pembully itu hanya mangut mangut, ia sudah termakan oleh ucapan anak itu bahwa benar kalau Yesa memang suka membolos.
Kembali lagi pada Yesa yang bersusah payah untuk berdiri dari sekian ia menahan perihnya rasa sakit pada tubuhnya memaksakan untuk berdiri.
Berdiri membungkuk dengan kaki yang di seret paksa berjalan demi bisa berada di depan pintu.
Yang dilakukan nya adalah menggedor gedor pintu gudang dan berteriak meminta tolong dengan harapan jika orang yang mendengarnya agar bisa menolong dirinya yang terperangkap.
Tentu saja itu bodoh, sekuat tenaga pun baik memukul pintu dengan tangan lemahnya atau berteriak yang seiring lamanya mulai melambat pelan bahwa faktanya tidak akan terdengar dari luar.
Hingga habis harapan bahwa tubuhnya merosot ke lantai sembari menangis, menangis tersedu-sedu sembari memikirkan nasibnya yang miris.
Disini bodohnya dia tidak membawa ponsel, ponsel miliknya yang berada di dalam tas dan tidak tahu ia tak dapat membayangkan apa yang terjadi pada tasnya.
Kesempatan ketika tidak ada yang dimana pasti ponselnya akan di utak atik oleh teman teman sekelasnya dengan geng pembully di kelas ikut serta dalam membuka semua isi ponselnya.
Memang tidak ada yang aneh-aneh, paling hanya ada foto semasa ia masih kecil, foto ia bersama dengan ibunya yang saat ini sedang bekerja di luar kota atau ya foto foto pribadi.
Dia takut jika ponselnya itu akan diisi dengan hal yang tidak tidak tapi untung saja dompet yang berisi kartu ATM itu selalu dibawanya.
Di saat ia pasrah dan putus asa ia di datangi oleh salah satu sosok di sampingnya. Sosok yang tiba tiba hadir berada di sampingnya, pakai baju terusan rok sampai dibawah lutut lalu rambut panjang yang menjuntai.
Dia duduk di samping Yesa yang membuat dia ikut berteriak dan reflek mendorong tubuhnya untuk mundur tapi sosok yang tiba tiba misterius berada di sampingnya menghampirinya dengan cepat hingga mencoba Yesa untuk tetap tenang.
"Tenang... tenang..."
Yesa masih dalam ketakutan nya menunjuk nunjuk sosok itu dan berusaha untuk lolos darinya, "lo siapa? Tiba tiba elo muncul di sebelah gue. Lo setan ya.."
"Setan pala lu peyang, gue bukan setan bego!"
"Lah? Terus lo siape?"
"Lo kagak perlu lo tau gue siapa yang gue nanya elo ngapain disini"
Ketika ditanya begitu kemudian Yesa menceritakan tentang apa yang terjadi penyebab ia bisa berada di dalam gudang terbengkalai ini. Tentang pembullyan yang dialaminya membuat sosok itu serius mendengarkan sembari mangut-mangut.
"Sedih amat nasib lo ya Sa"
"Ya emang gini lah gue, lo bisa ngebantuin gue kagak"
"Gak tau ya, soalnya lo bilang kita ke kunci dan jalan satu satunya itu ke jendela. Kagak mungkin kan kita terbang keatas buat keluar dari gudang, kan kagak mungkin"
"Terus gimana? Elo juga kok bisa elo ada disini"
"Entah, gue juga kagak tahu"
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Teen Fiction"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...