Seorang gadis yang dalam posisi tertunduk mengurung di dalam kamarnya yang gelap, luka luka berada hampir di sekujur tubuhnya bisa di pastikan jika ia merupakan korban dari kekerasan. Surainya yang panjang sebiasanya rapih itu harus berantakan dan menutupi sebagian wajahnya, pandangan gadis itu kosong tanpa adanya emosi di dalamnya.
Keadaan yang cukup mengenaskan, dibayangnya terbayang-bayang sosok gadis bersurai pendek berdiri sembari menenteng ranselnya, apa yang menjadi bayangan nya merupakan sosok yang memang begitu sangat sangat di benci oleh nya.
"Tunggu... tunggu aja pembalasan gue.. lo kira udah enak gitu aja di sekolah.. lo tunggu pembalasan gue..."
"Yesa... kimak lo anjing!!"
Semenjak keluar dari sekolah membuat Nata mendapatkan siksaan bertubi tubi dari orang tuanya seolah ia merasakan penderitaan seperti apa yang di rasakan oleh Yesa selama di sekolah. Selama ini dia selalu dijadikan pembantu oleh kedua orang tuanya dan disiksa.
Ini yang membuat Nata tidak terima dan semua perlakuan nya kembali kepadanya dan ia seolah harus merasakan penderitaan seperti yang dirasakan oleh Yesa. Mereka mengatakan bahwa ia sudah mempermalukan nama baik keluarga dan begitulah sampai setiap hari mereka yang semula memanjakan dan menyayangi nya kini malah berbalik untuk menyiksanya.
Bukan hanya Nata seorang tapi anak buahnya yang lain pun sama, merasakan seperti yang dirasakan oleh ketuanya tentang mereka yang mendapatkan perlakuan setimpal dari keluarganya memang ada dua atau satu yang tidak mendapatkan perlakuan pembalasan sebagai bentuk pelajaran tapi tetap saja pendidikan mereka terputus karena bullying yang dilakukan.
Jadi sepakat sore nanti mereka berkumpul dan berdiskusi di sebuah taman, kelompok ini masih di ketuai oleh Nata yang mengusulkan untuk berkumpulnya mereka dan membicarakan tentang apa yang menimpa mereka.
Mereka menggunakan pakaian pakaian tertutup seperti berusaha identitas mereka tidak diketahui karena ini tidak hanya sekedar untuk berkumpul, ceritanya disini seperti gangster gangster yang meneror tetapi bedanya disini di anggotai oleh perempuan.
Taman yang lokasinya tidak jauh dengan lokasi rumah Nata, taman yang sepi dan jarang di tempati jadi pas untuk menjadi tempat perkumpulan teman teman nya.
Nata sebagai ketua lalu Shevi, Riena dan Alvira semuanya sudah berada di lokasi. Duduk melingkar membentuk "U" terbalik, Nata berada di ujung depan sedangkan anak buahnya masing-masing berada dua disisi kiri dan kanan.
"Gue gak terima!" Protes Riena menepuk pahanya dengan keras, "si bangsat Yesa yang udah bikin kita keluar dari sekolah!"
"Gara gara si kimak Yesa gue jadi disiksa ama bokap gue!" Lanjut Shevi, "tuh bocah.. berani juga ya ama kita"
"Pengen banget gue remukin tuh punya muka, sok polos Anjing!" Timpal Alvira.
Sebagai ketua Nata berusaha untuk tenang walau hatinya ingin mengamuk dan menyatakan pendapatnya di hadapan mereka dengan kalimat persahabatan nya yang melekat akan kata kata kasarnya. Menghela nafas serta mengontrol nafasnya untuk tetap stabil berusaha bersabar.
Mereka masih terus ribut hingga kini ia turun tangan untuk menghentikan teman teman nya.
"Daripada elo pada pecicilan unfaedah mending lo dengerin gue" kata Nata memulai tapi sayang tidak di gubris oleh teman teman nya, "woy!! Pe'a dengerin napa!!" Tegasnya kemudian sampai membuat teman teman nya terdiam.
"Ketua sudah marah" celetuk Riena langsung mendapatkan sikutan dari Sheva.
"Gue punya rencana bagus buat kalian, dengerin tapi! Lo mau kita ngemata-matain tu si culun" ungkap rencana yang dibuatnya, "kita ngebuntutin tu bocah"
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Novela Juvenil"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...