"Terus di SMA lo gimana? Lo masih dibully"
"Gitu deh" jawab Yesa disertai helaan nafasnya, "tapi Puji Tuhan sekarang tuh pembully udah keluar dari sekolah"
"Elo ada ee rasa dendam gitu nggak ama mereka?"
"Kagak ada sih, gue gak mau dendam dendam gitu malah tambah sakit kalau pake acara dendam segala. Ya kalau rasa sakit juga ya masih lagian pun apaan sih.. diingetin mulu, gak penting"
David tersenyum miris melihat raut wajah Yesa, jadi Yesa itu ternyata berat juga dan dia bukan tipikal orang pendendam seperti kebanyakan. Sepertinya David tidak akan sanggup jika ia merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Yesa.
"Kalo misalnya libur, elo biasanya ngapain aja nih selain ke taman"
"Gue sih ya andalan nya ke taman atau nggak dirumah gitu.. ee gue kadang eksperimen masak atau nggak gue dengerin lagu"
"Sama dong kek gue, gue juga kadang suka dengerin musik juga"
"Oalah, sama"
"Lo suka lagu apa?"
"Banyak sih, jenis genre nya juga sih. Rock metal, pop, begitulah"
"Buseet suka lagu metal lo"
"Iya, suka. Itu gak tau gue yang awalnya suka pop jadi beralih ke lagu rock gitu"
"Wihh keren keren"
Yesa tersenyum ketika dia mendapatkan pujian dari David. Tapi senyuman itu tidak bertahan lama sebelum pada akhirnya segerombolan gadis gadis busana terbuka itu menghampiri mereka berdua. David menatap mereka dengan tatapan tidak suka membuang muka berbeda dengan Yesa yang hanya diam dan mencoba untuk tidak peduli.
Pertemuan mereka bukan pertemuan yang direncanakan.
"Oh, jadi ini... elo... sekarang temenan ama anak autis ini?" Sindir Emma pada David ketika melihat Yesa berada di sebelahnya.
"Sembarangan lo ngomong gue anak autis" protes Yesa setelahnya membuat Emma tersenyum sinis pada Yesa.
Walau ragu ragu tapi Yesa berusaha berani untuk menunjukkan protes ketidaksukaan nya.
Merasa bahwa dirinya tertantang membuat Emma kemudian menghampiri Yesa, "udah berani lo ya ngelawan gue, hah?!" Kesalnya sembari menyentuh kasar kedua pipi Yesa, "udah punya nyali juga lo ya, anak sialan!"
Berusaha melepaskan dan menampar pipi Emma sebagai balasan nya hingga memerah kemudian disusul dengan Catrine yang menampar balik pipi Yesa hingga memerah juga. Tadinya memerah akibat di sentuh kasar oleh Emma kini bertambah lagi akibat di tampar oleh teman nya itu.
"Ngapain lo pada kesini?" Tanya Yesa dengan nada menantang, "mau ganggu gue lagi, mau bully gue lagi..."
Catrine tersenyum sembari menyentuh dagu Yesa dengan sangat lembut, "tau aja lu..." ucapnya dengan nada menggoda, "ya mengingat nostalgia di masa lalu, you know lah ya..."
Senyumnya berusaha mengusir ketakutanya dan ragu-ragu, dia berusaha untuk berani walau hatinya takut tapi berusaha untuk belajar berani serta mengusir ketakutan nya, "lo gak cape? Gak bosen? Bikin mental gue rusak"
"Kami kangen ama lo, gak ada yang bisa dijadiin bahan ekprimen" kata Emma dengan santai, "ya lagian elo lemah banget ya.. gitu aja udah langsung kena mental.. lemah lo..." anggapnya dengan santai dan penyakit mental itu untuk orang lemah seperti Yesa.
"Udah ege" David yang sudah muak mendengarkan dua perempuan tidak tahu malu, "eh Ani-Ani mendingan elo pergi aja sana, ganggu mood aja" usir David sembari memijat pelipisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/378499718-288-k514621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Fiksi Remaja"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...