Setiap hari tak ada tanpa yang namanya pembullyan, dia selalu sering menjadi pihak yang terintimidasi oleh mereka berempat.
Kelompok bully yang beranggotakan Nata, Shevi, Riena dan Alvira itu selalu mengintimidasinya setiap saat terlebih lagi untuk Nata yang menjabat sebagai ketua geng bully tersebut.
Mereka yang telah berhasil merusak mentalnya menjadi seperti ini. Dengan susah payah dan diam diam di saat waktu jam istirahat Yesa mengonsumsi obat itu dengan rutin.
Obat menurut anjuran yang disarankan oleh dokter, obat yang membuatnya ia tenang dan efeknya menjadi kecanduan akan obat yang di minumnya. Obat yang di minumnya membuat ia begitu candu.
Tapi entah mengapa, dia merasa bahwa obat yang diminumnya kini seperti tidak berefek apa-apa, dia meminum obat nya melebihi anjuran yang seharusnya. Dia meneguk lima pil secara langsung agar membuat pikiran nya tenang.
Jadwalnya besok ia akan izin bersekolah untuk meminta resep obat, jadwal rutin nya untuk kontrol ke psikiater dan juga untuk mendapatkan obat nya yang sekarang ini sudah sisa sangat sedikit.
"Masih bisa nggak ya?" Tanya Yesa pada dirinya menatapi sebuah pil yang berada di dalam plastik. Ia ragu jika obat itu masih bisa bertahan sampai besok.
Setengah hari ia mendapatkan gangguan dan hari ini juga merupakan hari ia untuk bersyukur karena hari ini ia bisa mengikuti pelajaran sepenuhnya.
Pikiran nya mulai perlahan tenang, lima pil obat habis dalam satu tegukan dengan efek nya yang membuat kantuk menyerangnya. Di kelas yang sepi sebelum ia pada akhirnya tidur dia berusaha untuk mengamankan barangnya supaya pembully tersebut tidak bisa menganggunya kembali.
Tapi kemudian ada seseorang yang menganggunya kembali, Yesa memutar kedua bola matanya dengan berat ketika melihat sosok yang tak asing itu berada di depan bangkunya. Dia tidak berniat untuk membully nya seperti mereka berempat tapi kehadiran nya dalam kondisi ia saat ini itu begitu sangat menganggunya.
"Lo kenapa kesini?" Tanya Yesa pada anak itu, kedatangan nya begitu sangat tidak tepat pada waktunya.
"Main ngusir aje lu" Alice yang merasa kesal ketika kedatangan nya seperti tidak dianggap penting.
Mata birunya menatap fokus pada arah sebuah obat yang terletak begitu saja diatas meja, obat yang terbungkus plastik biru dengan tulisan obat dan anjuran pakai.
Menatap serta memeganginya untuk memeriksa obat tersebut, "lo yakin dengan minum obat ini elo bisa tenang?" Tanya Alice disertai dengan rasa khawatir.
Yesa mengangguk, "iya, gue kalau minum disini selalu diem-diem. Gue gak mau dianggep lemah mental sama mereka" jawabnya dengan jelas akan ke santainya.
"Berapa lama?" Tanya Alice lagi.
Anak itu diam sejenak, dia sama sekali tidak tahu menjawab pertanyaan teman nya, "gak tau, kalau hari ini lancar tanpa gangguan ya gue bisa tenang seharian"
"Udah habis berapa pil lo?"
"Gue udah habis 5 tadi"
"Pagi siang?"
"Kagak. Pagi 2 terus tadi ini gue habis 5"
Minimal satu atau dua untuk anjuran pakai. Satu atau dua pil setiap pagi, siang dan malam dan ini Yesa tidak mempedulikan anjuran pakai yang ia pedulikan saat ini adalah untuk mengatur pikiran nya supaya ia bisa tenang.
Jawaban yang dilontarkan Yesa membuat Alice terkejut mendengarnya, dia berdiri dari tempat duduknya untuk memberikan kata kata pada Yesa.
Habis 5 pil melebihi dengan saran yang dianjurkan, Alice meraih pipinya dan menyentuh kedua bahunya menatapi dirinya dengan cemas. Ia takut jika sampai terjadi sesuatu pada Yesa.

KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Teen Fiction"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...