25 menit perjalanan pulang dari sekolah menuju ke rumahnya, rumah kecil yang berada di kawasan pinggir jalan membuat mulut Alice hanya mengangga dia segera turun dari boncengan motor Yesa. Mengingat tadi bagaimana dia harus berpegangan pada pinggang ramping teman nya itu.
Seperti Valentino Rossi, ngebutnya tidak kira-kira dan ia baru bisa merasakan nafas lega ketika seusai berada di rumah Yesa.
Kehadiran nya yang ikut dalam perjalanan pulang yang terabaikan membuat Alice merasa sangat sedih, dia turun dari motor dan segera menghampiri Yesa yang tampak seperti.... kesetanan mungkin?
Dia tiba tiba berlari dan meninggalkan Alice begitu saja mengabaikan nya. Alice yang melihat Yesa begitu langsung saja panik dan ikut berlari juga.
Langsung membuka kunci dan melemparkan ke sembarang tempat lalu diluar kendalinya mengacak ngacak barang yang ada di ruang tamu, entah itu bantalan kursi ataupun meja yang ia tendang hingga melempar kursi ke segala arah.
Tertawa dan menangis bersamaan membuat Alice tidak bisa melakukan apa apa lagi dia begitu ketakutan ketika melihat sosok ganas Yesa ini. Rambutnya yang pendek terjambak sampai helaian rambut rontok.
"Dia setan ya?" Pikir Alice yang masih bersembunyi dibalik kursi melihat kegilaan teman barunya.
Barulah kemudian amukan itu terhenti ketika Yesa membanting tubuhnya hingga terduduk diatas lantai, kegilaan nya telah berakhir dan tersadar ia melihat sesuatu yang berantakan. Semua emosi selalu ia pendam dan melampiaskan kepada barang barang sekitar membuat Yesa sedikit menyesal.
Saat diperjalanan dalam keadaan kalut ingin segera sampai rumah, ketika emosi menguasai tubuhnya membuat ia memacu kecepatan pada motor menerobos paksa menyaingi kecepatan kendaraan lain.
Selamat sampai rumah tapi tidak dengan emosinya yang masih terus memuncak hingga kini selesai.
Dia melupakan sesuatu dan kemudian keluar menuju tempat motornya berada terpakirkan disana.
"Alice... Alice..." panggil Yesa mencari cari keberadaan gadis misterius tersebut, "oy Alice... lo ikut gue kan tadi"
"Disini Yes...!" Sahut Alice seru yang sudah berada di depan pintu rumah.
"Udah sampe pintu aja lo, cepet amat"
"Yee.. udah dari tadi kocak!"
Tentang tadi, Alice meminta untuk Yesa bercerita dengan apa yang dialaminya tadi. Kini mereka berada di kamar belakang milik Yesa yang merupakan kamar impian semua orang atau anak laki laki tentu nya. Mereka berdua duduk diatas ranjang kasur hingga salah satunya bercerita sembari mendengarkan.
Tentang Yesa yang ternyata ia baru tahu bahwa ia telah mengalami pembullyan di saat ia sejak masuk SD segala macam pembully an yang telah ia dapatkan dari mereka membuahkan hasil yang menyakitkan.
Bukan hanya pembully an yang dialaminya ketika dilingkungan sekolah tetapi masalah keluarga yang berusaha ia tutupi mengingat bahwa faktanya adalah Yesa merupakan anak Broken Home seperti sebagian anak diluar sana.
Disimpulkan bahwa ibu dan ayahnya bercerai pada saat diusianya yang masih sangat kecil sempat hak asuh jatuh berada di tangan ayahnya yang dimana hal itu menimbulkan penderitaan awal dengan kemalangan hidup yang dirasakan nya. Mental nya yang harus ditekan keras terlebih menghadapi ibu tiri yang selalu menyalahkan bahkan berani main tangan pada nya.
Hak asuh kembali di tangan ibunya dengan ia yang ditinggal pergi oleh ibunya yang bekerja dan hidup bersama dengan bibi serta neneknya.
Neneknya yang tukang mengatur ngatur serta bibinya yang suka sekali memarahinya tanpa alasan yang jelas sama sekali tapi beruntung ketika neneknya sudah meninggal ia sudah terbebas dari satu masalah dan yang kedua adalah dimana Bibi nya yang bekerja di luar kota membuat ia merasa bebas dari dua orang mengikat perasaan nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Novela Juvenil"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...