Hari ini karena mengingat tabiat Yesa yang sering membolos tersebut membuat dia diperintahkan untuk membersihkan gudang yang ada di sekolah, gudang besar yang menjadi tempat penyimpanan segala keperluan sekolah diantara lain barang barang kebutuhan praktek serta adanya kamera dan roll film yang terpajang pada rak yang ia bersihkan.
Bukan membolos tapi sayang dia dituduh membolos oleh guru maupun keempat geng bully itu berbohong agar mereka bisa selamat. Tanpa ada rasa bersalah atau sedikitpun ketakutan jika terjadi sesuatu pada mereka setelah guru itu mengetahui bahwa Yesa di sekap disuatu ruangan.
Sebelumnya mereka terlebih dahulu sudah mengancam Yesa jika berani melaporkan mereka dia akan mendapatkan lebih daripada yang sebelum sebelumnya.
Sering salah paham dan kemudian Yesa pun dijatuhi hukuman sebagai bentuk kesadaran diri untuk membersihkan gudang setiap harinya agar ia tidak kembali untuk membolos setelah jam istirahat.
Tapi sial ketika ia sudah selesai membersihkan gudang dari sekian ia membutuhkan waktu setengah jam pada saat Yesa hendak keluar dari dalam gudang seperti kejadian di gudang angker saat itu ia kembali di kunci dari dalam.
Orang yang mengunci itu adalah Alvira. Dia tersenyum sinis sembari memamerkan kunci yang sudah berada di tangan nya. Alvira merasa puas dan pergi tanpa meninggalkan kunci yang semula di tancap pada mulut pintu.
Panik dan Yesa berusaha menggedor gedor pintu gudang yang dikunci, "pliss... jangan kunci gue dari dalem plis... jangann!!" Jeritnya sembari terus mendorong dorong pintu yang dikunci.
"Kasihan deh lo..." ejek Alvira yang mulai menjauh dan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Yesa.
Untung saja ia sudah membawa tasnya dan jika tidak lihatlah apa yang terjadi jika pembully tersebut melakukan sesuatu yang buruk kepada tasnya seperti beberapa hari lalu begitu juga dengan ponselnya.
Saking bodohnya dia tidak memasang pengaman sandi pada ponselnya hingga pada akhirnya pun terjadi sesuatu pada ponselnya yang membuat Yesa membuang ingatan itu jauh jauh ketika tiba di waktu yang tidak tepat.
Cahaya luar yang mampu menulusuk dalam gudang hingga tak tampak menyeramkan seperti pada saat ia berada di gudang angker. Sesuai dengan tambahan angker dibelakangnya menggambarkan kondisi gudang tersebut.
Tapi ini menjadi pertemuan pertama ia dengan teman barunya.
Kini Yesa masih memukul pintu itu dengan keras, "plis.. jangan kunci gue dari dalemm... plis... plis...!!" Jeritnya memohon disertai dengan isak tangis.
Masih tidak di dengarkan membuat Yesa menangis sejadi jadinya, dia berusaha meminta tolong dengan memanggilkan nama guru yang memerintahkan nya atau siapapun itu dengan ia meminta tolong untuk segera di buka kan.
Tiga puluh menit kemudian ia terperangkap di dalam gudang dengan berbagai cara ia menjerit jerit meminta mohon untuk dibukakan hingga meminta tolong sembari menyebutkan nama guru yang telah memerintahkan nya.
Sayang itu tidak membuahkan hasil ketika ia putus asa dan dengan cari cara ia mengambil sebuah benda yang bisa membantu untuk membuka kan kunci persis seperti ia berada di dalam gudang angker tersebut.
Dia menyeka air matanya dan berusaha berhenti untuk menangis, dia berupaya mencari cara agar dirinya bisa keluar dari sini.
Tak lama setelah ia menemukan alat yang cocok untuk membantunya keluar yang dimana suara pintu yang terkunci itu terbuka dan menampilkan sesosok gadis berpakaian serba biru.
Gadis dengan rambut hitam khasnya yang panjang berdiri di tengah tengah pintu terbuka.
Mata Yesa menyipit dan terkejut akan kehadiran sosok yang tidak ia sangka-sangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Teen Fiction"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...