Meninggalkan Yesa yang dalam posisi ter bully dimana Alice tanpa pilihan lain untuk melaporkan guru BK dan juga guru walikelas. Melaporkan kejadian yang sebenarnya tentang apa yang dialami oleh Yesa sekarang, mengalami perundungan yang sampai kemudian Alice melapor pada kedua guru tersebut.
Kebetulan mereka berdua sedang berada di dalam ruang kantor sedang membicarakan hal sesuatu yang penting. Ada guru walikelas Yesa beserta guru BK pun di sana sedang mengobrolkan sesuatu, mungkin biasa tentang siswa yang nakal dan tentunya yang menjadi sorotan adalah Yesa.
Yesa menjadi buah bibir dan banyak dibicarakan oleh para guru tentang ia yang di tuduh sering membolos.
Tanpa malu Alice menerobos masuk ke dalam ruang kantor dan langsung melaporkan kejadian perkara.
"Yesa di bully!" Tegas Alice memberitahu kedua guru tersebut dan menyuruh untuk mengikutinya.
Alice berlari dan segera menyelamatkan Yesa yang dalam keadaan babak belur, habis lah riwayat mereka berempat ketika perbuatan mereka selama ini diketahui jelas oleh kedua guru yang baru saja menyaksikan kebrutalan empat pelaku bully tersebut.
Keadaan nya kacau, terdapat banyak luka di area wajah Yesa hingga memar di pergelangan tangan kirinya. Nata yang masih terus melempar lempar obat Yesa kini hanya bisa terpaku akan kehadiran kedua sosok yang akan menghabisi riwayat nya.
Bukan hanya Nata saja tapi begitupula yang lain, langsung saja diberi pembinaan pada mereka berempat sedangkan Yesa posisinya sudah diamankan oleh guru walikelas bersama dengan Alice juga yang akan ikut membantu Yesa berbicara.
Guru walikelas tersebut meminta penjelasan Yesa terkait tentang obat yang ada di dalam plastik klip tersebut. Yesa hanya tunduk diam sedangkan Alice bersedia untuk menjelaskan apa yang terjadi.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Guru walikelas meminta penjelasan Yesa sekarang.
"Selama ini saya akan memberitahu kalau Yesa itu bukan bolos dari jam pelajaran" Alice memulai menjelaskan, "setelah jam istirahat bukan kemauan Yesa untuk tidak hadir di kelas, sehabis istirahat Yesa mendapatkan pembully an dari mereka berempat"
Guru walikelas tetap setia mendengarkan, dia terkejut ketika mendengar fakta sesungguhnya dari teman Yesa itu bahwa selama ini bukan karena Yesa membolos tetapi melainkan ia mendapatkan pembullyan.
Pelakunya adalah mereka berempat itu.
"Sengaja Yesa di sekap disuatu ruangan biar di sangka bolos, pernah dia di sekap berada di gudang luar sekolah sampai Yesa ketemu dengan saya"
"Dia tidak pernah mau bilang kalau dia dibully lantaran di ancam oleh mereka, dia selalu diam kalau ditanya alasan mengapa ia bolos karena dia diancam. Saya sudah suruh dia berkata apa adanya tapi dia tidak mau bahkan dengan ibu nya sendiri pun dia tidak mau menceritakan apa yang ia alami"
"Lalu tentang obat itu, Yesa mengalami gangguan mental tanpa sepengetahuan orang tuanya. Saya saksi mata nya dan tahi ketika saya melihat Yesa mengamuk saat dirumah, obat itu berfungsi untuk menenangkan agar mencegah ia untuk mengamuk"
"Dulu sampai ia sekolah sekarang dia tidak pernah bebas yang namanya pembullyan, mentalnya di tekan dan dirusak sampai ia harus mengonsumsi obat agar Yesa bisa sembuh"
"Mereka sudah membuat Yesa seperti ini, apa tidak ada tindakan lanjut bagi mereka. Stop menormalisasikan Bully, anda sebagai guru harus menindak lanjuti memberi konsekuensi atas perbuatan mereka"
"Perbuatan mereka sudah merugikan Yesa, bukan hanya bully fisik tapi mereka juga sudah merampas hak milik Yesa seperti mereka pernah merampas uang 40.000 yang padahal uang itu digunakan untuk beli bensin pulang pergi"
"Saya harap setelah anda mendengarkan cerita saya, tolong percaya. Kejadian tadi sudah bisa membuktikan dengan jelas bahwa Yesa adalah korban dari semua ini"
Kebenaran yang diucapkan oleh Alice membuat guru itu tak bisa berkata apa-apa dan berusaha mencerna dengan apa yang dikatakan oleh anak itu. Yesa hanya diam sembari mengangguk dan ia sedikit heran ketika tidak ada kecurigaan dari guru tersebut menanyakan gadis asing yang telah membawa nya menuju ke hadapan Yesa dalam keadaan mengenaskan itu.
Dia takut dan guru walikelas itu mencoba merangkulnya dengan memeluk tubuh mungilnya, ia memberikan obat penenang yang baru Yesa beli kemarin sebagai bentuk penekan bukan penyembuh.
Disini Alice menggaris bawahi dengan segala perbuatan bully yang pernah Yesa rasakan dari teman teman nya terdahulu hingga sekarang membuat mental nya terganggu. Sulit untuk sembuh, Alice menjelaskan nya tanpa melewatkan sedikitpun hingga ia mengatakan bahwa Yesa tidak dapat mengendalikan emosinya.
Bisa menyerang siapa saja hingga pertolongan pertama adalah pada obat, tapi untuk dosis Alice tidak berani menceritakan dan takut jika bertambah masalah apabila ia menyebutkan nya.
Untuk saat ini emosi Yesa dalam keadaan stabil, dalam keadaan stabil dan dapat mengontrol emosi dengan baik setelah ia di rangkul oleh guru walikelasnya dan mendapatkan posisi hangat dan menenangkan.
"Alice... makasih ya... udah bantuin gue ngomong..."
"Sama-sama, lo kagak perlu pendem terus. Demi mental lo Yes. Setelah ini lo kudu jujur ama nyokap lo"
Walikelas itu hanya mempedulikan Yesa saja tidak dengan demikian pada Alice. Alice menatap Yesa dan mencoba untuk menenangkan nya, atas pembully an yang ia dapatkan selama ini membuat kesan trauma terdapatkan pada ingatan Yesa.
Atas kejadian ini orang tua mereka berempat harus datang ke sekolah untuk berbicara empat mata pada orang tua si pembully ini, lalu membantu meluruskan masalah ini yang dimana Alice menegaskan bahwa Yesa bukan sengaja untuk bolos.
Meluruskan kesalahpahaman tentang fitnah yang di ucapkan oleh Nata saat itu, saat ini Yesa masih tidak bisa di tanya bergelut dengan pikiran nya yang masih berantakan.
Diperbolehkan izin untuk pulang ke rumah hari ini, Yesa yang sebelumnya meminum obat terlebih dahulu agar ia bisa lebih tenang baru lah Yesa pergi dari sekolah untuk beristirahat dirumah.
Alice memastikan dan memberitahu walikelas akan kebenaran nya Yesa yang sesungguhnya.
Menimbulkan banyak pertanyaan yang membuat mereka heran adalah Yesa yang berada di parkiran motor hendak keluar mengeluarkan motornya dan segera pergi untuk meninggalkan sekolah.
Lagi lagi Alice berada di belakang Yesa, bersama sama untuk ikut pulang ke rumah demi menjaga Yesa, ia yakin bahwa perasaan Alice ini mungkin bisa lebih tenang saat dirumah setelah tadi.
Semoga saja.
Dari cara Yesa membawa motor dan Alice yang sudah lama bersama dengan nya mungkin bisa lebih mengetahui bagaimana kondisi Yesa dilihat dari bagaimana ia melakukan sesuatu termasuk dia menyetir motor dalam kecepatan sedang yang berarti kondisi mentalnya dalam baik baik saja.
Perlahan Alice mengusap punggung Yesa secara perlahan lahan.
***
Gadis itu memang sudah lebih tenang sekarang dengan Alice yang menemani nya sekarang ini. Mereka berdua yang sedang berada di dalam kamar bersiap-siap untuk tidur nanti, untuk besok Alice meminta Yesa untuk izin sekolah.
Besok, ia takut jika Yesa akan mendapatkan bully yang lebih parah dari sebelumnya. Akan adanya firasat seperti itu membuat Yesa lebih baik menurut saja dan besok ia berada dirumah saja.
Tapi untuk ini dia meminta pada Alice, sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan mental dan sekolah jangan diberitahukan pada ibunya.
Alice bersikeras ingin memberitahu tentang ibu nya tapi di cegah oleh Yesa. Biar mungkin walikelasnya saja yang memberitahu daripada Alice ujung ujungnya malah menjadi kesalahpahaman dan berakhir ribut.
"Janji ya lo, biar guru yang ngasih tahu. Takutnya kalo elo yang ngasih tahu malah jadi salah paham"
"Iya iya, udah gih lo bobok sana"
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Teen Fiction"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...