"Masa lo kagak tahu sih"
"Iya serius gue kagak tahu"
Yesa tidak tahu harus bagaimana begitupula dengan gadis yang tiba tiba muncul tersebut duduk berada di sebelahnya. Tiba tiba muncul bukan membantu gadis malang itu untuk keluar tapi malah sama sama terjebak di dalam gudang terbengkalai ini.
Sebenarnya siapa dia?
Ia terheran heran dan kemudian menatap wajah nya yang bisa dikatakan cantik tersebut, jelas mana mungkin hantu secantik ini. Mata bulat besar, hidung mancung, bibir merah, dan kulit putih bersih bak porselen mana mungkin.
Tapi kenapa dia benar benar bisa ada disini.
Mungkin mereka akan terjebak disini sampai pada akhirnya ada bala bantuan tiba yang di rasa sangat tidak mungkin.
Yesa hampir putus asa sebelum pada akhirnya gadis misterius itu menunjuk nunjuk sebuah kayu yang berada di ujung sana. Kayu yang digunakan untuk menyiksa Yesa oleh pembully tadi berjarak tujuh meter dari posisi mereka berdua.
Alice menunjuk kayu itu yang membuat Yesa kemudian beranjak dari posisinya mengambil sebuah kayu yang akan digunakan untuk membuka kunci di depan.
Kenapa tidak dari tadi? Sekitar sudah dua jam lalu Yesa terjebak disini bersama dengan Alice juga yang menggunakan waktu durasi lama mereka terjebak untuk mengobrol.
Tidak ada keterangan lebih jelas dengan gadis itu, dia hanya memperkenalkan namanya sehabis itu mempertanyakan hal hal yang tidak perlu di tanyakan hingga dijawab oleh Yesa dengan malas.
Dia dibantu dengan Alice untuk bisa membuka pintu gudang tersebut, Yesa memegangi kayu untuk menarik kunci slot dan Alice membuka celah pintu dengan jari jarinya yang mungil.
Dari sekian lamanya berjuang hingga tangan keduanya berujung sakit pintu yang diharapkan untuk terbuka pun pada akhirnya bisa untuk di buka.
Yesa dan Alice kemudian keluar dan mulai masuk ke area sekolah untuk melanjutkan mengikuti pelajaran yang tertinggal tadi. Alice sebagai gadis misterius yang tiba tiba hadir tersebut juga tampaknya ingin ikut masuk ke dalam sekolah tersebut tapi sayang ketika ia hendak masuk tetapi Yesa melarangnya.
"Sorry.. ya Alice. Gue kagak bisa ngajak lo masuk ke sekolah gue" larang Yesa dengan kata yang halus, "lo bisa ketemu gue lagi kalau gue udah pulang sekolah"
Alice mengangguk mengerti, "iya tapi gue tunggu ya" sehabis itu ia pergi meninggalkan Yesa sendirian di depan gerbang sekolah.
Penasaran dari arah Alice pergi membuat Yesa merasa heran, "eh, lo mau kemana?" Anak itu seketika menoleh.
"Lah, katanya lo bilang kalau gue kagak boleh masuk. Yaudahlah gue pergi"
"Iya" dia paham, "maksud gue lo itu mau pergi kemana?"
"Alah elo kagak perlu tahu, dah sana masuk"
Namanya Alice dan di tanya asal darimana secara tiba tiba bisa berada di dalam gudang dia hanya bilang 'lo kagak perlu tahu' dan itu membuat Yesa penasaran dengan sosok teman barunya bahkan dengan di tanya mau kemana pun ia melontarkan kalimat yang sama seperti ia bertanya asal keberadaan anak itu.
Memang aneh tapi yasudahlah Yesa kemudian masuk ke dalam gerbang sekolah bertemu dengan satpam yang berjaga di sana. Lengkap dengan posisi kaki diatas meja sembari menikmati gorengan dan kopi menggambarkan ciri khas orang di warteg kebanyakan.
Melihat keberadaan Yesa yang berada di depan nya membuat Satpam tersebut hafal dengan nya. Anak yang menjadi langganan bolos di sekolah.
"Lo kagak takut bakal di blacklist dek?" Tanya si Satpam tersebut yang seolah sudah hafal dengan tabiat Yesa.

KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING.
Roman pour Adolescents"Kapan gue bisa terbebas dari siksaan selama ini" Kerap kali mendapatkan pembullyan dari teman teman dikelasnya membuat merasa bahwa kondisi mentalnya terganggu. Gadis yang hampir merasakan setengah gila akibat tekanan dan trauma yang berulang kali...