Kedelapan

120 27 0
                                    

Keesokan harinya ia tidak berangkat sekolah lantaran karena ia izin, sesuai dengan permintaan Alice yang kemudian Yesa tidak berangkat sekolah dan memilih untuk berada di rumah saja.

Di rumah dengan berbagai aktivitas yang dilakukan nya setiap hari dengan setia dibantu oleh Alice, seperti Alice yang diperintahkan untuk berbelanja ke warung atau terkadang ia yang memasak menggantikan Yesa, istilahnya ganti-gantian.

Merasakan hari yang damai tanpa bully yang merupakan impian Yesa selama ada di sekolah, tak salah jika Alice menyuruhnya untuk tidak berangkat bahkan lebih baik di rumah untuk menjaga mentalnya membaik dan sejenak melupakan kejadian mengerikan itu.

Tapi dirumah saja membuat ia merasa bosan, meski ada Alice pun tapi tetap saja ia membutuhkan solusi untuk pergi dari rasa bosan. Menonton televisi akan acara yang monoton tak ada menariknya sama sekali untuk dilihat. Ia tidak tertarik sama sekali tapi berbeda dengan Alice.

Ia memberikan remot itu pada Alice dan mempersilahkan nya Alice untuk menonton acara yang ia mau, entah apapun acaranya dan yang Alice suka adalah sinetron biasa di tonton oleh ibu ibu luaran sana. 

Sudah cantik cantik diberi nama Alice tapi sayang terhalang oleh selera nya, bukan nya meremehkan tetapi hanya menyayangkan.

Disini kepala Yesa mulai merasakan pening setelah berlama lama ia di dapur, tiduran bahkan melihat layar ponsel pun tiba pada akhirnya ketika ibunya secara mendadak menelpon dirinya.

Merasa bahwa ia tidak pernah memberitahu walikelas tentang ibu nya atau meminta nomor ibunya apabila terjadi sesuatu pada nya, dirasa tidak. Saat itu Yesa hanya bungkam dan Alice yang menggantikan peran Yesa dalam menjelaskan apa yang terjadi.

Ibunya hanya menanyakan kabar kurang lebih begitu dan mengirim uang bulanan kepada Yesa. Singkat padat dan tanpa bertele tele setelah menanyakan kabar dirinya ibunya tentu kembali bekerja.

Saat ini tujuan nya adalah ia ingin tidur, rasa kantuk yang datang disertai pening membuatnya pas untuk tidur di siang hari. Kediaman nya yang sudah tertutup rapat dengan Yesa memilih untuk tidur dibandingkan dengan Alice memilih untuk menonton televisi.

Ia memenjamkan matanya dan perlahan lahan mulai tertidur dengan damai mulai memasuki alam bawah sadarnya. Di dalam bawah alam sadarnya disitulah kehidupan mimpi akan dimulai.

Kehidupan mimpi yang tidak ia harapkan sama sekali tentang memimpikan mereka berempat. Mereka berempat yang mengunci dirinya di sebuah ruangan yang gelap seperti berada di gudang angker cuman bedanya ini berada di dalam ruang kelas terbengkalai.

Dia dikunci dari dalam dan berusaha untuk keluar tapi tidak bisa, mereka tertawa dari arah luar sedangkan Yesa harus menggedor gedor pintu atau menangis dulu agar mereka mau membukakan pintunya untuk Yesa bahkan sudah menangis kejer pun tanpa perasaan mereka tidak mau membuka pintu.

Sebiasanya ketika mereka hampir kepergok oleh guru yang hendak melintas di jalan itu berakhir Yesa yang terburu buru keluar dan di sangka bolos oleh nya. Selalu sial.

Diingatkan nya pada sebuah kejadian yang dimana Yesa pernah di permalukan di seluruh kelas pada saat guru sedang mengadakan rapat lalu anak anak murid di suruh untuk pulang cepat.

Di sinilah akan terjadi pembullyan, pembullyan secara gila gilaan.

Saat itu kejadian nya masih saat Yesa kelas satu SMA, di awal ia masuk sudah mendapatkan pembully an dari teman teman sekelasnya termasuk terbentuknya empat geng bully itu.

Ia sudah habis ditangan mereka.

"Halo cupu!" Panggil Nata kepadanya sembari berjalan mendekat untuk menakut-nakutinya, "main yuk!" Ajaknya dengan perasaan yang bunggah.

BULLYING. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang