Kesebelas

111 27 0
                                    

Di sebuah tempat berbeda dimana terdapat seorang anak laki-laki yang sedang memperhatikan sebuah foto yang terpajang figura foto diatas tembok kamarnya. Foto yang diperhatikan nya merupakan foto alumni teman teman SMP nya yang berbaris rapih diatas panggung seusai wisuda kelulusan.

Tapi yang membuat ia terus memperhatikan figura itu adalah yang dimana terdapat sebuah foto yang terpajang disana dan memperlihatkan sesosok gadis tanpa ekpresi mengenakan gaun berwarna merah tua.

Datar, mungkin lebih tepat. Foto gadis itu berada di sebelah kiri dari ketiga teman yang berada di bersebelahan dengan nya. Cowok itu memandang perempuan itu dengan pandangan nanar, dadanya serasa sesak dan merasa bersalah juga.

"I'm Sorry, Yesa"

David— anak laki laki itu tidak tahu dimana kediaman Yesa, Yesa yang merupakan sosok menjadi korban nya dalam pembully an saat masih sekolah menengah pertama. Pertemuan kembali dan menjadi yang terakhir adalah pada saat berada di sebuah taman dan disitulah niat hati terulangi kembali untuk membully gadis yang tidak bersalah.

Namun ada sesuatu yang membuatnya ia tersadar mengapa setelah melihat obat yang berada di dalam saku kantong hoodie milik Yesa. Dia tahu walau memang tidak hafal persis jenis obat obatan tapi yang pasti obat itu merupakan obat penenang.

Jadi separah itu sampai ia harus menggunakan obat penenang, David ingin mencari tahu lebih dalam.

Yesa yang dulu tak lebih seorang perempuan bodoh dengan mudah diinjak injak sesuka hati, menurut dan tunduk takut akan ancaman dan lebih mengenakan lagi ketika dia tidak pernah melaporkan guru dan orang tuanya. Hampir semua teman sekelasnya menindasnya dan yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dan menangis.

Bayangan Yesa di masalalu dan kini ia melihat sosok Yesa yang berbeda, dia tampak jauh lebih muram dan aneh sekarang. Dulu meski ia selalu sendirian dia tidak pernah seperti ini, dia hanya diam dan fokus pada kegiatan nya yang entah membaca buku atau mengerjakan soal yang seharusnya untuk PR.

Suatu mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah, arti dari mimpi yang seolah jiwa masuk dalam pikiran Yesa dan dapat dirasakan bagaimana menderitanya jika ia menjadi Yesa. 

Seorang cowo pengangguran, hobi dan kegiatan sehari harinya tidak jelas sama sekali tapi dia memiliki mimpi besar. Di dalam hatinya itu terdapat satu nama yang tersimpan dengan harapan dia bisa menjadi miliknya. 

Tapi sekarang dia tidak mengerti, dimana rumah dari Yesa itu. Keinginan nya adalah meminta maaf serta mengobrol lebih banyak kepada Yesa dan dia tidak tahu apakah perempuan yang menjadi korban bully ini masih mau memaafkan nya atau tidak.

Hari ini merupakan Hari Sabtu, hari yang ia tahu bagi anak SMA sudah pasti libur dan berada dirumah dan karena mungkin saja Yesa berada di taman dia bergegas menuju ke sebuah taman dan mulai mencari-cari sosok yang bernama Yesa.

Gadis itu tidak terlalu banyak berubah sejak pertamakali bertemu pada saat SMP, mungkin dia yang bertambah tinggi sekarang dan lebih dewasa dan memang karena berada di bawah tekanan akan penindasan membuatnya aneh.

Mencoba untuk duduk di bangku sembari menghirup rokoknya, semenjak dia lulus SMP kebiasaan merokoknya menurun dari ayah dan paman nya hingga menjadi laki laki pengangguran sekarang tanpa masa depan.

***

"Permisi... Yesa..." terdengar sebuah panggilan disertai ketukan pintu mampu membuat Yesa yang sedang memasak itu keluar dan membukakan pintu.

BULLYING. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang