Hari ini merupakan keempat minggu pertama latihan untuk lomba satu bulan lagi. Berdasarkan hasil rapat waktu itu, diputuskan bahwa latihan pada minggu pertama dilakukan secara terpisah. Guna melatih kekompakan antar anggota tim.
Namun, sudah 4 hari ini, ada 1 anggota yang tidak pernah mengikuti latihan. Ia adalah Amber. Siswi kelas 11 yang bakat dance nya lebih baik daripada Gwen.
Gwen mendekat ke arah kumpulan 3 anak yang merupakan teman dekat Amber di tim ini.
"Kalian tahu kenapa Amber ga pernah ikut latihan?" tanya Gwen.
Ketiganya menggeleng.
"Amber ga pernah ngasih tahu," ujar salah satunya, Odette.
"Bisa kalian bantu tanyain ke Amber alasannya?"
"Harusnya lo lah, kan lo kaptennya," sahut yang lain.
"Lagian kenapa sih kalo Amber ga ikut latihan? Toh bakat dia lebih baik daripada kita semua, termasuk lo."
Seorang anggota lain tiba-tiba menyahut dari arah belakang. Ia adalah Twyla.
"Terus kalo bakat dia lebih baik dari kita, dia bisa bebas ga ikut latihan gitu?" ucap Gwen.
"La, yang gua butuhin di sini itu kekompakannya, bukan mana yang lebih baik bakatnya. Percuma kalo tim kita isinya anak-anak hebat, tapi pas tampil nanti ga kompak. Kita ga akan menang," sambungnya.
Semua terdiam, termasuk Gwen. Ruangan yang sebelumnya terasa menyenangkan dan hangat, kini berubah menjadi dingin dan mencekam.
"Lombanya satu bulan lagi, masih ada waktu buat melatih kekompakan. Lo emang ngebet banget, ya? Ga bisa gitu sabar dikit," ujar Twyla.
"Lagian lo itu ga cocok jadi kapten. Harusnya yang jadi kapten itu Amber, bukan lo," ketus Twyla dengan menekankan pada kalimat terakhir.
"Bukan gua juga yang mau jadi kapten, itu berdasarkan hasil voting, kan?" balas Gwen.
"Tapi aslinya lo mau, kan?" Twyla tersenyum sinis.
"Heh sudah dong, jangan berantem. Mending kita latihan aja sekarang, oke?" Sebelum perdebatan semakin panjang, Rora segera menengahi.
Twyla beranjak lebih dulu, meninggalkan Rora dan Gwen yang masih berada di posisi awal.
"Yuk, Gwen!" ajak Rora.
Gwen segera mengikuti langkah Rora yang sudah beranjak lebih dulu.
***
Latihan sudah selesai. Saatnya Gwen untuk pulang. Gwen menunggu di salah satu bangku dekat pos satpam. Ia mengotak-atik ponselnya, memesan ojek online ia gunakan pulang.
Tin
Sebuah klakson sepeda motor terdengar tiba-tiba di telinga Gwen. Membuatnya terlonjak kaget, hampir melempar ponselnya. Rupanya itu adalah Dylan.
"Lo bisa ga sih ga usah ngagetin? Kalau jantung gua copot gimana?" omel Gwen.
Dylan memutar bola matanya. "Ga usah alay."
Memilih tidak memedulikan Dylan, Gwen kembali dengan ponselnya. Dylan yang merasa tidak dipedulikan mendecak.
Tin
"DYLAN!" Gwen terlonjak kaget.
Namun, kali ini ponselnya tidak selamat. Ponselnya terlempar dan jatuh di bawah.
"Oh sorry, ga sengaja," ujarnya enteng.
"Ada masalah apa sih lo?"
Dylan hanya mengangkat bahunya.
Untuk kedua kalinya, Gwen tidak memedulikan Dylan. Dylan yang merasa kesal karena Gwen tidak segera paham dengan kode yang ia berikan, dengan gesit meraih kunci motor dan melemparnya ke arah Gwen.
"Hei!"
Gwen mendongak dan tangannya reflek terulur ke depan menangkap kunci motor itu. Gwen menatap Dylan dengan raut kesal.
"Lo kenapa sih?!" sungut Gwen.
"Naik!"
"Hah?"
"Ck, lo belum bisa pulang karena belum dapat ojol, kan?"
Gwen mengangguk.
"Yaudah, ayo bareng gua! Gitu aja ga paham," cibir Dylan.
"Ga usah, gua ga mau ngerepotin," pungkas Gwen.
"Gua ga nawarin, gua nyuruh lo."
Gwen terdiam sejenak, nampak berpikir.
"Cepat! atau gua angkat badan lo."
"Ck, yaudah iya gua mau," putus Gwen.
Gwen segera mendekat ke arah Dylan. Menyerahkan kunci motor di tangannya ke Dylan. Ia juga duduk di kursi belakang motor, sedangkan Dylan di depan menyetir.
Setelah keduanya sudah duduk, Dylan segera menarik pedal gas. Meninggalkan halaman sekolah yang sudah sangat sepi.
***
Rupanya, Dylan tidak langsung membawa Gwen pulang, melainkan membawa Gwen menyusuri jalanan kota terlebih dahulu. Dylan tahu jika Gwen. utuh menyegarkan pikirannya sejenak. Maka dari itu ia mengajak Gwen berjalan-jalan dahulu.
"Lo mau makan ga?" tanya Dylan.
Namun, sepertinya pertanyaan Dylan terdengar oleh Gwen. Terbukti karena Gwen hanya diam saja, tidak mengatakan apapun.
Dylan memperlambat laju motornya, menepi.
"Ngapain berhenti?" tanya Gwen penasaran.
"Lo mau makan, ga?" tanya Dylan lagi.
"Engga, gua ga lapar," tolak Gwen.
"Yaudah."
Dylan meraih stir motornya. Melajukan motornya kembali. Melanjutkan perjalanan yang terhenti.
Jalanan kota sekarang sangat ramai. Mungkin karena sudah waktunya orang kantoran pulang. Gwen tidak memedulikan hal itu. Ia hanya fokus melihat-lihat bangunan kota yang bervariasi.
______
Haloo! Kembali lagi denganku
Bagaimana episode 3 nya? Seru? Atau justru membosankan? Apapun jawaban kalian aku akan menerimanyaa.
Episode 3 sampai di sini dulu yaa. Sampai jumpa di episode 4.
Maafkan aku jika ada kesalahan dalam ketikan🙏🏻
Jangan lupa follow Instagram ku @lvywriting
Vote+share nya jangan lupa yaa
![](https://img.wattpad.com/cover/378327349-288-k432843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gwen's Dream [Sudah Terbit]
Teen FictionGwyneth Riuzi, yang akrab disapa Gwen adalah seorang gadis yang memiliki bakat dalam dunia menari. Namun, ayahnya tidak merestui dirinya untuk menjadi penari mahir. Ayahnya sering kali melontarkan kalimat-kalimat menusuk mengenai hal yang ia sukai...