"Terima kasih atas segala hal yang sudah kau berikan."
_______
Dinginnya angin malam terasa menusuk tulang. Langit malam terlihat indah dari bawah. Sang rembulan tampak bersinar terang, membawa cahayanya untuk menerangi bumi. Juga para bintang yang bertebaran dengan indah. Sinarnya tak kalah terang dari rembulan.
Gwen menatap pemandangan di atasnya dengan kagum. Membuat dirinya teringat saat ia tengah berjalan-jalan menikmati angin malam bersama kakaknya waktu itu. Teringat akan segala tawa lepasnya bersama sang kakak.
Namun, tawa lepas itu berubah menjadi senyuman hampa. Binaran matanya seolah hilang, digantikan dengan kekosongan. Raganya seolah tersisa separuh, separuhnya lagi hilang entah kemana.
Gadis yang kini duduk di bangku taman lengkap dengan kruk di samping kirinya, menoleh ke samping kanan, di mana terdapat Dylan yang tengah duduk di atas bangku taman bersamanya. Punggung laki-laki itu disandarkannya pada sandaran bangku yang tegak. Matanya terpejam, tetapi tidak tidur.
"Kalau ada yang mau diomongin, bilang aja, Gwen."
Mata laki-laki itu sudah terbuka. Pandangannya ia arahkan pada paras indah milik perempuan di samping kirinya. Tatapannya tampak teduh. Senyuman terbit di bibirnya. Keduanya saling pandang.
"Kalau kak Kavi ga bisa sembuh gimana, Dyl?"
Dylan tersenyum manis. Mengacak-acak pelan geraian rambut Gwen.
"Dia pasti sembuh, Gwen."
"Di rumah, yang paling dukung mimpi gua cuman kak Kavi. Kalau dia pergi, siapa lagi yang mau dukung gua?"
Gwen menyandarkan kepalanya pada bahu lebar milik Dylan. Dylan menerimanya, tidak menyingkir.
"Masih ada gua dan teman-teman lo."
"Di dunia ini masih ada orang yang dukung lo, Gwen. Jangan cuman berfokus sama omongan orang yang nyakitin lo, terus lo mulai berpikir kalau dunia ga berpihak sama lo. Sebenarnya banyak yang kok yang dukung lo. Cuman banyak yang masih sembunyi aja," tutur Dylan lembut.
"Mereka sembunyi dimana?"
"Di hati lo," jawab Dylan singkat.
"Selama ini lo selalu beranggapan kalau ga ada yang ngedukung lo, itu artinya lo terlalu berfokus sama pikiran lo. Coba lo fokus sama hati dan pikiran lo, lo bakal menemukan hal baru di sana. Seseorang yang selama ini ngedukung lo, akan lo ketahui saat itu juga," imbuhnya.
"Kalau gua belum tahu juga waktu gua udah mulai fokus sama hati gua juga, gimana?"
"Itu artinya lo kurang berkelana. Berjuang bukan hanya mengasah skill lo. Berkelana untuk mendapatkan semangat baru, itu juga termasuk berjuang," timpal Dylan.
Gwen terdiam. Setelah dipikir-pikir, penjelasan Dylan ada benarnya juga. Ia selama ini hanya berfokus pada pikiran negatifnya, tanpa mencoba menoleh pada hatinya yang meminta untuk dimengerti.
"Makasih ya, Dyl."
"Buat?"
"Semuanya. Makasih udah ada buat gua disaat gua lagi di titik terendah. Makasih karena ga pernah sekalipun lo nge-judge diri gua. Makasih karena selalu dorong gua buat terus semangat. Dan makasih untuk banyak hal lainnya," ucap Gwen tulus.
"Gua juga makasih, karena selalu berjuang tanpa henti. Makasih karena selalu berjalan maju ke depan."
"Lo hebat, Gwen. Lo cuman kurang percaya diri aja. Potensi dalam diri lo itu besar. Lo cuman perlu hapus semua pikiran negatif lo. Terus mulai maju perlahan," imbuh Dylan.
"Iya, gua tahu. Yang gua butuhkan cuman terus berusaha. Selama ini, gua selalu pikirin setiap kata yang lo lontarkan ke gua setiap saat. Sampai akhirnya, gua sadar kalau gua terlalu banyak berpikir negatif yang buat langkah gua terganggu."
"Sekali lagi makasih, Dyl. Atas semua hal yang udah lo kasih buat gua."
Dylan menangguk. "Sama-sama. Terus berjuang, ya? Gua selalu ada di samping lo. Gua bakal jadi pendukung lo nomor satu."
Gwen tersenyum tipis. Kemudian mengangguk.
"Ngantuk, Dyl."
Gwen memejamkan matanya perlahan. Kepalanya masih ia sandarkan pada bahu lebar Dylan. Bergerak, mencari posisi ternyaman.
Dylan hanya diam saja. Membiarkan gadis di sampingnya terlelap dalam sandarannya. Kepalanya ikut ia sandarkan di atas kepala Gwen. Bergerak, mencari posisi ternyaman. Matanya juga ia pejamkan.
Malam ini, di bawah tebaran bintang, keduanya saling melepas rasa penat yang selama ini mereka pendam. Menyalurkan perasaan hangat melalui sandaran. Terlelap, sebelum menjalani kerasnya kehidupan pada esok, esok, dan esoknya lagi.
Tamat
________
Haloo👋
Terima kasih sudah membaca cerita A Gwen's Dream. Aku ucapkan terima kasih dengan tulus kepada para pembaca yang sudah setia membaca dan mengikuti alur cerita ini.Jangan lupa untuk vote, komen, share, dan follow sebagai bentuk apresiasi kepada penulis.
Maafkan aku jika ada typo 🙏🏻
Jangan lupa untuk follow Instagram ku @lvywriting
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gwen's Dream [Sudah Terbit]
Novela JuvenilGwyneth Riuzi, yang akrab disapa Gwen adalah seorang gadis yang memiliki bakat dalam dunia menari. Namun, ayahnya tidak merestui dirinya untuk menjadi penari mahir. Ayahnya sering kali melontarkan kalimat-kalimat menusuk mengenai hal yang ia sukai...