Episode 10

56 28 18
                                    

"Lantas, bagaimana jika mimpi itu tidak terwujud?"

_______

Di sebuah lorong gedung yang kini sangat ramai, Gwen tampak mondar-mandir. Hari ini merupakan hari dimana lomba dimulai, dan tersisa 1 tim lagi, setelah itu giliran timnya. Namun, ada satu kendala. Yakni Cello -salah satu personil tim Dylan belum datang. Meski sudah dihubungi beberapa kali, tetap tidak bisa.

"Tetap ga diangkat, Dyl?" tanya Gwen pada Dylan.

Dylan menggeleng. Gwen semakin panik. Ia terus memikirkan berbagai cara untuk mengulur waktu. Dua menit lagi giliran timnya untuk tampil. Namun, bagaimana bisa tampil maksimal jika personil saja masih kurang?

"Hai, semua! Sorry gua telat."

Beruntung, yang ditunggu datang tepat satu menit sebelum mereka tampil. Gwen akhirnya dapat bernapas lega.

"Yeuuu telat!" cibir Twyla.

"Yaudah sih, namanya juga macet," balas Cello.

"Udah, ga usah berantem. Kita siap-siap aja, habis ini giliran kita." Gwen menengahi.

Satu menit kemudian, kini giliran mereka. Nama "Luminescent" sudah dipanggil dengan lantang menggunakan mikrofon. Tepukan tangan meriah menyambut mereka. Semua penonton tampak antusias menyaksikan.

Dua menit kemudian, musik pun diputar. Gwen dengan anggota timnya mulai melaksanakan tugas mereka. Tepukan tangan semakin meriah kala mereka sudah memulai.

***

"Terima kasih ya semuanya, udah berusaha dengan maksimal hari ini dan hari-hari sebelumnya. Sekarang tinggal nunggu pengumuman aja, semoga hasil yang didapat bisa memuaskan."

"Gua yakin, kali ini kita pasti dapat juara," imbuh Rora.

Semuanya mengangguk, setuju.

"Makan aja yuk! Gua lapar, tadi belum sarapan," ajak Sylvie yang disetujui oleh semuanya.

Semuanya pun beranjak pergi menuju restoran sederhana di dekat lokasi lomba. Candaan terus terdengar. Melupakan sejenak tentang lomba.

***

Satu jam setelah makan-makan, Gwen dengan yang lain sudah kembali. Sekarang saatnya sang juara lomba diumumkan.

Gwen sudah duduk manis di salah satu kursi bagian tengah, disusul dengan yang lain. Perasaan takut mulai menyelimuti Gwen. Takut bahwa timnya tidak akan masuk kategori juara. Takut bahwa timnya tidak akan mendapat juara pertama. Jika itu benar-benar terjadi, artinya ia harus mengorbankan mimpinya bukan?

"Tenang, Gwen. Luminescent pasti menang," ucap Dylan yang berada di samping kanan Gwen, berusaha menenangkan.

Gwen menoleh dan tersenyum tipis, lalu mengangguk. Mau bagaimana pun, ia harus yakin dengan timnya. Ia harus yakin bahwa timnya akan mendapat juara.

"Selanjutnyaa! Juara kedua jatuh kepada......"

Suara sang pembawa acara menggelegar dari penjuru ruangan. Membuat atmosfer ruangan menjadi tegang. Gwen sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat, berharap bukan timnya yang disebut.

"Beri tepuk tangan tim Luminescent yang menjadi juara kedua."

Napas Gwen tercekat. Perasaannya campur aduk. Ketakutan terbesarnya kini terjadi. Seluruh rapalan do'a dan harapannya seolah berakhir sia-sia. Bahunya merosot. Jika Ayahnya tahu, beliau pasti langsung mendaftarkan Gwen pada berbagai les akademik. Sungguh, Gwen sangat muak dengan les akademik. Ia tidak memiliki bakat pada bidang akademik.

A Gwen's Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang