(05). Perhatian

27 8 0
                                    

Harusnya Anata istirahat soalnya besok masuk shift pagi, harusnya dia sekarang lagi tidur di kamar mamanya, harusnya 1 jam yang lalu dia udah kena efek obat demam yang suka bikin ngantuk gak kepalang bukannya duduk di lantai ngeliatin Jojo yang lagi tidur di atas kasurnya sambil mikirin notifikasi pesan yang ada di ponsel Jojo.

Gimana ya, Anata bimbang antara harus tanya atau membiarkan. Di sisi lain dia punya prinsip kalo gak harus tau semua hal tentang kehidupan Jojo, karena dia nggak mau jadi pacar yang posesif. Dia nggak mau Jojo risih atau tertekan sama perasaan cemburunya itu, tapi Anata juga nggak sanggup kalau harus menahan rasa penasarannya itu tanpa penjelasan sama sekali.

Atau haruskah dia act like nothing happened?

"Kak—"

Panggilan itu tertahan di udara, Anata membelalakkan matanya karena reflek memanggil sedangkan ia sendiri belum menyiapkan pertanyaan seperti apa yang tidak menunjukkan kalau dia cemburu.

Sedangkan Jojo di kasur masih bergeming, tak menunjukkan respon apapun. Membuat Anata menghela nafas lega lalu akhirnya memilih untuk meletakkan ponsel Jojo di nakas lalu mengecek jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah 4 sore.

Anata pun mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Jojo sedikit kasar, harapannya sih agar lelaki itu bisa bangun. Tapi ternyata nggak ada hasil sama sekali, Jojo masih diam dengan tubuh terlentang dan tangan kiri yang menutup wajahnya itu.

"Jadi gini gambaran kalo nikah sama kak Jojo nanti?" Batin Anata disela-sela membangunkan lelaki itu.

Butuh waktu 2 menit sampai akhirnya Jojo menunjukkan pergerakan lalu bertemu tatap dengan Anata.

"Jam berapa?" Adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Jojo.

"Setengah 5, bangun-bangun."

"5 menit lagi."

Anata tergelak sedangkan Jojo terkekeh dan mengubah posisinya menghadap Anata, "tau nggak rasanya bangun dari tidur 2 jam?"

"Gimana emang?"

"Pusing banget, gila. Rasanya pengen resign buat lanjut tidur selamanya."

"Lebay."

Jojo membuka matanya dan menatap Anata sinis lalu tangannya terjulur menggelitiki pinggang ramping Anata. Membuat si gadis memekik dan menghujaninya dengan tamparan di area bisep.

"Geli tau!"

"Bodo amat."

Anata yang greget pun mencubit kedua pipi Jojo cukup keras sampai lelaki itu sendiri memekik kesakitan. Membuat Anata puas, "kapok."

Sementara itu Jojo yang jiwa dendamnya serasa dibangunkan itu pun balas mencubit kedua pipi Anata dari bawah.

"Dih!"

Anata kembali mencubit pipi milik Jojo, begitu terus sampai lama kelamaan Anata merasa sedikit sakit dan akhirnya berdecak, "lepasin gak?"

"Nggak."

"Sakit woy!" Anata melepaskan tangannya lalu menepis tangan Jojo dan mengelus kedua pipinya yang terasa panas.

"Sakit beneran?" Tanya Jojo dengan wajah kagetnya, lelaki itu bahkan langsung bangun lalu menangkup wajah Anata, "padahal aku gak pake tenaga nyubitnya."

Anata hanya diam tak menjawab, ia tak mungkin sanggup berkata dengan posisi sedekat ini dengan Jojo yang fokus mengelus kedua pipinya menggunakan ibu jari. Sampai akhirnya hidung mancungnya diketuk oleh ibu jari Jojo karena Anata jatuhnya malah melamun menatap lelaki itu.

Sabotase Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang