Berasal dari keluarga yang tidak cemara tentu juga punya banyak akibat, di antaranya Anata tidak pernah merasa diberi kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Apalagi dari ayahnya yang memutuskan untuk tinggal terpisah dari mereka, tambah kurang lagi kasih sayang yang bisa didapatkan oleh Anata.
Sebelum magang, hubungan Anata dan mamanya bagai orang asing. Mereka jarang mengobrol, bahkan saat makan pun mereka lebih memilih untuk makan di kamar masing-masing. Aneh ya? Anata juga awalnya begitu, tapi makin lama gadis itu terbiasa, kesehariannya ditemani oleh ponselnya yang hanya mati saat gadis itu tertidur.
Sampai akhirnya Anata pun masuk ke tempat magangnya yang sekarang. Dimana orang-orang makan bersama walaupun berpencar (ada yang dipojok, di teras, di bawah meja, di meja checker) tapi Anata salut dengan loyalitas mereka semua. Begitu pula sifat mereka yang perhatian sampai Anata awalnya kaget karena jarang sekali ditanya-tanya tentang dirinya.
Dan satu lagi,
"Shopee kamu mana, aku top up sekalian."
"Hah?" Anata mengerutkan dahinya bingung, kenapa tiba-tiba jadi dia?
"Mau gak?"
Walaupun bingung, Anata akhirnya tetap mengangguk lalu memberikan ponselnya pada Jojo. Membiarkan lelaki itu mengotak-atik ponselnya yang memang tidak dikunci sejak awal membeli. Sedangkan Anata sendiri tersenyum senang sambil sedikit mengintip.
"Kok tumben? Lagi kaya, kah?" Ledek Anata.
Jojo terkekeh, "lagi latihan menafkahi."
"Alah alah," Anata mendorong pundak Jojo sebagai bentuk pelampiasan salah tingkahnya, "manis bener mulutnya."
"Ya emang, mau nyoba?"
Hanya 4 kata tetapi setelahnya mulut Jojo menjadi sasaran empuk comotan jari lentik milik Anata. Sedangkan si kasir yang melihat interaksi keduanya hanya bisa tersenyum karir.
Dalam hati membatin, "puki."
Selama 17 tahun hidup, percayalah kalau Anata jarang memakai shopeepaynya. Dia juga bukan tipe orang yang aktif dalam membeli barang, jadi uang sakunya selalu lari ke tabungan. Tapi akhir-akhir ini Anata sudah jarang menabung, karena mamanya sudah tidak memberi uang ketika tau makanan disediakan oleh pihak Restoran, ditambah Anata sering pulang bersama Jojo.
Bertambah makmur lah dompet Mamanya itu.
Jadi ketika Jojo menawarkan untuk memberinya uang, tentu Anata bingung. Bisa dibilang ini pertama kalinya Anata dibiayai oleh seorang lelaki.
Rezeki dari Tuhan mana lagi yang dia dustakan.
"Tapi emangnya uang kamu cukup buat bulan depan?" Tanya Anata setelah keluar dari Indomaret.
"Cukup. Ini aja habis bayar Kost masih sisa 500 ribu."
"Hah? Itu cukup buat makan, bensin, sama lain-lain?"
Jojo menggeleng, "itu uang nganggur, kalo makan ya di gopay tadi, kalo uang bensin ada sendiri di ATM."
"Oh, berarti 500 tadi buat foya-foya?"
Sambil terkekeh Jojo mengangguk, "ya dibuat main lah. Foya-foya banget, nih, bahasanya? Kayak boros banget aku kedengerannya."
"Hehe, tapi emang cukup, ya? Katanya gaji cook cuma 4 juta."
"Ya nggak, makanya aku masih terhitung di bawah umur."
"Lah, kok bisa?"
"Soalnya masih di biayain orang tua."
Anata mendengus geli, "yee kirain. Lagian di bawah umur mana yang bentukannya kayak kamu?"
"Lah kamu gak liat mukaku yang baby face ini?" Tanya Jojo mendekatkan wajahnya pada Anata. Bahkan sampai rela menunduk agar Anata bisa melihat dengan jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabotase Rasa
Fiksi PenggemarSetia pada satu perempuan kau tak pandai, menyabotase perasaan kau paling lihai. © goldenjun, 2024