"caramel macchiato satu, lo apa, Nat?"
Mata Anata menyusuri papan menu itu sambil menyipitkan matanya cukup lama. Dalam hati ia berdebat dengan dirinya sendiri antara ingin memilih vanilla latte atau chocolate frappe.
"Kakaknya mau yang coffee atau non coffee?"
Mata Anata dan Ningtyas sama-sama mengarah ke barista yang baru saja menanyai Anata. Membuat gadis jangkung itu akhirnya tersenyum lalu mengajukan pertanyaan, "latte sama frappe enak mana ya, kak?"
Mendengar pertanyaan yang tidak biasa, lelaki itu terdiam sejenak lalu terkekeh, "kalo itu, sih, tergantung selera kakak. Mau yang ada krimnya, berarti saran saya pesen frappe aja, kak."
"Yaudah vanilla latte aja, kak."
"Oke, caramel macchiato sama vanilla latte, ya," barista itu mengotak-atik ipad di depannya, "udah, kak, itu aja? Nggak sekalian snacknya kita ada menu baru brownies cheesecake atau barangkali kalo kakaknya gak suka manis soalnya udah manis, ada mix platter juga."
Ningtyas mendengus geli, "manisan saya apa dia, kak?" Tanyanya random.
Sedangkan tangan Anata di bawah sibuk menyenggol paha Anata, kesal sendiri sama pertanyaan Ningtyas.
Barista itu tersenyum, "dua-duanya manis. Yang satunya manis madu, yang satunya manis stevia."
"Asik juga jawabannya," ucap Ningtyas sambil mengangguk puas.
Jarang-jarang nemu pegombal yang handal begini. Kayaknya syarat buat kerja di cafe ini harus ahli dan gak kaku dalam menggombali customer sambil upselling.
"Yaudah boleh, deh, mix platter yang A. Lo mau makan juga gak, Nat?"
Anata dengan cepat menggeleng, "entar gue nyomot punya lo aja, hehe."
"Dih, awas aja lo abisin."
"Ya gak, lah!" bantah Anata namun setelah itu menggumam, "gak salah."
Gumamannya yang terdengar oleh barista pun mendapat hadiah kekehan sedangkan Ningtyas hanya mendengus.
"Totalnya empat puluh tujuh ribu, kembaliannya tiga ribu ya, kak. Mejanya nomor 20, di lantai 2 ya, kak, terima kasih."
"Iya, sama-sama."
Setelah menyelesaikan pesanan mereka, keduanya pun melangkah menaiki tangga untuk pergi ke lantai 2 dan menempati meja mereka. Selagi menunggu pesanan, keduanya juga menyempatkan diri untuk mengambil foto karena tempatnya bersih, rapi, tapi juga ada kesan vintage yang tentunya jadi buruan Ningtyas buat dipamerin ke instagramnya.
"Lo mau curhat soal apa, mbak?" Tanya Anata pada akhirnya setelah mereka selesai berfoto-foto.
Ningtyas yang tadinya fokus dengan ponselnya pun berdehem lalu meletakkan ponselnya, "crush gue."
"Kenapa? Udah dinotice?"
Ningtyas menggeleng lalu menghela nafas. Awalnya ragu-ragu mau melanjutkan topik namun akhirnya tetap saja bersuara, "jadi cakep enak gak, Nat?"
Anata memutar bola matanya malas, "pembahasannya perasaan bukan ini, deh."
"Ya ini intronya."
"Yaudah, skip aja intronya, bisa gak?"
Belum sempat Ningtyas menjawab, obrolan mereka terhenti saat waiter mengantarkan pesanan mereka. Awalnya lancar, tapi tiba-tiba mereka dibuat bingung karena pesanan mereka hanya 1 mix platter dan bukan 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabotase Rasa
FanfictionSetia pada satu perempuan kau tak pandai, menyabotase perasaan kau paling lihai. © goldenjun, 2024