(07). Gatau Aja Dia

24 9 1
                                    

Ojok mbok gandoli karo selendangmu~~

Selendang biru, sing ana ning pundakmu~

Suasana pagi itu mendung tetapi cuaca tidak menghalangi semangat Mas Fandi ketika sudah berkaitan dengan lagu favoritnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah selendang biru. Sambil memanaskan sambel dan bumbu-bumbu, pinggang Mas Fandi yang luwes itu bergerak mengikuti irama lagu seperti biduan.

Anata yang baru melihat pemandangan ini sedari tadi hanya tergelak. Biasanya sih cuma ikut nyanyi, tapi kayaknya hari ini baterai Mas Fandi lagi full jadi sekalian cosplay biduan yang biasanya ada di lomba Agustusan.

Sedangkan Ranu yang tadinya sibuk menata belanjaan jadi sedikit terdistraksi dan bahkan sekarang malah jadi penyawer. Sambil ikut joget, Ranu mengeluarkan uang recehan yang sudah menjadi penunggu abadi di saku apronnya itu.

"Yok, tarek!"

Di sisi lain, Ruli berpegangan pada tembok lalu menggoyangkan bokongnya. Lalu Rafiq yang ada di dekat teras iseng memainkan lampunya, semakin menambah kesan pesta dan clubbing.

Apa Anata perlu pura-pura mabuk biar lebih menghayati?

"Astaghfirullah!"

Dari depan pintu checker berdiri Winda dengan wajah tidak habis pikirnya bersama Jasmin yang membawa mangga muda. Sepertinya baru saja selesai nyolong mangga yang diakui sebagai benefit kerja di sini yang pohonnya terletak di pojok Restoran bagian outdoor.

"Update sold out!" Pinta Jasmin yang sudah siap dengan kertas dan pulpen kesayangannya.

"READY PARAH!" Sahut Mas Fandi.

"Yakin? Kemaren gado-gado sama rujak sold out. Ayo di cek dulu stoknya."

"Ta, check en pasta rujak ndek freezer."

Anata mengangguk, baru saja hendak melangkah tetapi suara Ruli membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

"Lah, kok bisa? Pasta rujak barusan gue buat kok lusa kemaren."

"Akeh seng tuku a, Jas?"

Jasmin menggeleng, "gak kok, gak ada sama sekali malahan."

"Paling rame, kemaren malem, kan, si Dimas helpernya."

"Haha, iya! Biasanya, sih, di sold out soalnya ribet," sahut Anata yang sudah hafal betul kelakuan orang yang satu itu.

Selain suka cari perkara, Dimas itu panutan Anata kalau soal malas. Karena lelaki itu tau cara terbaik menghadapi sesuatu yang malas dia kerjakan. Contohnya ya tadi, karena gado-gado sama rujak banyak kondimennya, otomatis bakal males banget ngerjainnya, apalagi kalo udah rame. Jangan harap makanan itu dibuat dengan cinta, dibaca aja udah Alhamdulillah (se ogah itu).

Kalo bisa protes, kayaknya pihak Kitchen udah nyuruh waiter buat suruh customer ganti menu, deh.

"Berarti gak ada yang sold out, ya?"

"Iyo, Irul dol en pisan!"

Ruli mendelik ke arah Mas Fandi, "wets, sold out nih bos," ucapnya sambil memamerkan lockscreen ponselnya.

"Kok gelem wedok e." Menusuk tepat di jantung, kawan.

"Siapakah wanita tidak beruntung itu?" Tambah Ranu yang langsung dihadiahi lemparan tomat oleh Ruli.

Anata hanya bagian tertawa sambil membereskan peralatan bekasnya prepare. Dan setelah memastikan semua kondimen, saus-saus, dan seasoning terisi, barulah gadis itu berjalan menuju ambang pintu teras dan mengeluarkan ponselnya untuk mengecek notifikasi pesan yang sedari tadi membuat ponselnya tidak bisa diam.

Sabotase Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang